➡ Chapture 22

61.3K 7.2K 181
                                    

Aya mengerjapkan matanya, dia mengerutkan dahinya saat merasakan sesuatu yang menindih perutnya. Aya mengira itu guling, tapi saat dirinya menoleh ternyata itu tangan kecil Hana.

Gadis itu menatap ke arah sekitar kamar yang sedang dia tiduri ini. Keningnya semakin mengkerut saat mengingat ini bukanlah kamar kosannya.

Dia memindahkan tangan kecil Hana dan menggantikannya dengan guling yang ada. Kamar ini sangat tercium harum mint. Harum yang sangat melekat dengan seorang Gara.

Aya membuka pintu dan keluar dari kamar, dia berjalan ke arah ruangan pertama. Di sana dia melihat Gara tidur di atas sofa dengan selimut warna abu-abu.

"Jadi gue tidur di rumahnya Kak Gara? Demi apa? Malu dong gue," gumam merutuki kebodohannya yang kembali kumat.

Aya berjalan mendekati Gara, dia berjongkok tepat di hadapan Gara. Tangannya terangkat untuk menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutup mata laki-laki itu.

Aya tersenyum dan memandangi wajah Gara yang sudah lama tidak dia lihat dengan jarak sedekat ini.

"Bunda."

Aya menoleh dan memberikan isyarat kepada Hana untuk diam dengan telunjuknya. Hana mengangguk dan mengikuti apa yang Aya perintahkan, gadis kecil itu ikut berjongkok di samping Aya.

"Bunda ngapain?" tanya Hana pelan dan menatap Aya.

"Yaya? Ana?"

Aya dan Hana menoleh menatap Gara. Karena tidak ingin ketahuan jika Aya habis memandangi Gara, gadis itu mengelus rambut Hana dan membenarkannya.

"Hana ngapain di sini? Kok keluar kamar gak bilang Bunda dulu?" tanya Aya tersenyum canggung. Baru saja dirinya menyebut Bunda.

Hana mengerutkan dahinya. "Bukannya Bunda yang keluar kamar gak bilang Hana?" tanya gadis kecil itu dengan polosnya.

Aya melirik Gara yang hanya memperhatikan saja. Gadis itu tersenyum dan berdiri.

"Aya mau balik ke kamar. Hana sama Ayah aja," ujarnya dan segera ingin keluar dari rumah Gara.

Tapi, sebelum itu terjadi Gara sudah bersuara membuat Aya terdiam.

"Di luar hujan deras. Kamu gak denger suaranya?"

Aya mengintip lewat jendela, dan benar saja di luar sedang hujan. Tidak lama kilat datang membuatnya langsung mundur dan kembali berjongkok di hadapan Hana dan di bawah Gara.

"Serem," gumamnya pelan sambil bergidik.

"Kamu semalam itu pingsan atau ketiduran? Kok bangun-bangun jam dua begini?" tanya Gara dengan tangan yang melipat selimutnya.

"Dua-duanya. Sekalian," jawab Aya asal dan enggan untuk menoleh ke arah Gara.

Gara berdeham dan menatap Hana. "Karena Hana udah bangun, gimana kalau kita sholat tahajjud sama-sama? Ajak juga itu Bunda kamu yang ngeselin."

Hana menganggukkan kepalanya mantap. "Mau mau. Bunda ayo."

Aya mendengus sebal dan menatap Gara tajam. "Kak Gara lebih ngeselin dari pada Aya."

"Iya saya ngalah," sahut Gara dan berdiri dari duduknya begitu juga dengan Hana yang menarik-narik tangan Aya.

Aya berdiri dan berjalan mendahului membuat Gara hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia memegang tangan kecil Hana untuk digandeng.

Saat Aya ingin berjalan ke arah dapur, tiba-tiba seekor tikus nyelonong begitu saja melewati kakinya membuat Aya langsung terlonjat kaget dan membalikkan badannya. Tepat saat itu Gara dan Hana berdiri di belakang Aya membuat gadis itu tidak sengaja langsung memeluk Gara.

Kos-kosan Mantan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang