"Lo tidur di sini, Ya?" tanya Cilla heran ketika melihat Aya tiba-tiba datang ke kamar kosan miliknya sendiri dan langsung mengunci pintu. Padahal jam masih menunjukkan pukul setengah delapan malam.
Bahkan suara ukulele Mas Doni dan tabuhan galon kosongnya Pak Sulis masih terdengar di telinga Cilla.
"Masalah buat lo? Ini kamar kos gue," jawab Aya tak selow dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka, sikat gigi, dan mencuci kaki.
"Woles aja kali jawabnya." Cilla mendengus sebal dan mematikan laptopnya. Dia menutup benda persegi itu kemudian menaruhnya di atas meja.
"Lo lagi ada masalah sama Kak Gara?" tanya Cilla menatap Aya yang mengeringkan wajahnya.
"Gak ada," jawab Aya sekenanya. Sebenarnya dirinya sangat tidak suka ditanya-tanya seperti ini. Tapi, mungkin hanya Cilla yang sekarang bisa menjadi tempat curahan hatinya.
"Yakin lo? Gue hafal betul sama sikap lo, Ya. Kita udah sama-sama dari masa pakai sempak sama kaos kutang doang waktu tidur."
Aya menghela napasnya kemudian menghadap Cilla. Gadis itu mengangguk. "Gue gak ada masalah sama Kak Gara. Tapi gue punya masalah sama hati dan rasa gue ke Kak Gara."
"Cerita sama gue. Semuanya," ujar Cilla dan menepuk sebelah tempat duduknya agar Aya cepat duduk dan bercerita semua yang ada dibenak sahabatnya.
Aya menurut, dia memilih merebahkan badannya di atas kasur dan mengatur bantal agar lebih tinggi.
"Capek gue, Cil. Rasanya tuh udah kayak naik roller coster. Serasa hati gue diubek-ubek terus." Aya memulai ceritanya sedangkan Cilla memasang kupingnya sambil menatap Aya.
"Kalau lo pada akhirnya capek begini. Kenapa pas gue tanya dulu lo gak papa tinggal di sini, dan masih milih tinggal di sini?" tanya Cilla lembut.
"Gue gak punya pilihan lain. Keuangan gue sedang menipis, dan pilihan terakhir supaya gue gak jadi gelandangan di kota orang. Ya, gue harus tinggal di sini," jawab Aya dan memeluk gulingnya merubah posisi tidurannya menjadi ke samping.
Cilla menghela napasnya. "Memang berhubungan dekat dengan masa lalu itu gak semudah yang dibayangkan, Ya."
"Gue tahu. Gue kira, gue bakalan kuat. Tapi nyatanya, itu cuma penyemangat bukan realitanya." Aya menenggelamkan wajahnya di bantal. "Anjir, Cil. Ini guling kenapa bau iler lo?!" Aya menatap tajam Cilla.
Cilla meringis kemudian menyengir dan merebut guling itu dari pelukkan Aya. "Sorry, gue gak sadar kalau tidur ternyata gue ngiler."
"Ihh jorok banget. Pokoknya gak mau tahu, itu seprei ganti. Sekalian sama seprei kasur dan bantal juga. Buruan, Cil." Aya berdiri dan menatap Cilla tajam.
"Iya iya. Galak banget lo."
Cilla segera menuruti semua perkataan Aya untuk mengganti seprei malam-malam seperti ini.
"Seharusnya lo jangan tidur di sini, Ya. Kan gue jadi keringetan malem-malem begini," ujar Cilla yang baru saja menyelesaikan tugasnya mengganti seprei.
Bruk.
Cilla menjerit dan menatap tajam Aya yang baru saja memukulnya dengan guling.
"Bawel." Aya kembali merebahkan badannya di atas kasur. Dan tepat saat itu Cilla membalas dendamnya dengan memukul Aya menggunakan bineka chimmy Aya. "Arcilla! Lo ngeselin."
Dan malam itu Cilla dan Aya hanya menghabiskan waktu dengan main pukul bantal dan guling satu sama lain. Melupakan suara ketukan pintu yang sedari tadi bunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-kosan Mantan [Terbit]
General FictionCERITA 1 "Jangan lupa follow sebelum baca. Kamu happy, aku juga happy." :) [CERITA INI AKAN MEMBUATMU MERASAKAN GREGET DAN BAPER PARAH.] .... Aya harus rela tinggal di kos-kosan milik mantannya yang terkenal cuek. Ingin pindah rasanya pun tidak mu...