Cilla menyuapi Hana ice cream sedangkan gadis kecil itu sedang mencoba belajar menulis. Mereka memang singgah di kedai ice cream yang ada di mall Surabaya ini.
Cilla menoleh menatap Aya yang sedari tadi hanya diam. Sahabatnya itu hanya mengaduk-aduk ice cream coklat yang biasanya ia sudah habiskan.
"Ada masalah apalagi, Ya?" tanya Cilla membuat Aya tersadar dan menatap kembali sahabatnya.
"Gak ada," jawab Aya berbohong dan memakan ice creamnya meskipun hanya sedikit-sedikit.
Cilla tahu betul sahabatnya itu sedang berbohong. Tapi Cilla juga tidak akan memaksa Aya untuk bercerita kepadanya. Mungkin dia sahabatnya, dan Cilla juga ingin tahu masalah apa yang sampai membuat Aya terus melamun begitu. Tapi Cilla juga tahu apa yang namanya privasi.
Aya itu terbuka, setiap dia memiliki masalah atau beban pikiran, gadis itu akan bercerita kepada Cilla. Berbeda dengan sekarang, Aya hanya diam.
"Gue gak maksa lo buat cerita, Ya. Tapi kalau itu terus menganggu pikiran lo, lebih baik lo bagi ke gue. Mungkin gue bisa kasih saran atau sebagainya buat lo," ujar Cilla menatap Aya.
"Gak bisa sekarang, Cil. Ada Hana," jawab Aya yang menelan diakhir dua kata terakhirnya.
Cilla mengangguk paham kemudian dia menatap Hana yang masih sibuk sendiri dengan bolpoin dan kertas yang tadi dia pinta ke kasir.
"Hana, main di sana dulu ya. Banyak mainan noh, ada perosotan, loncat-loncatan," ujar Cilla sambil menunjuk ke arah tempat bermain yang ada di kafe ini.
Hana menoleh ke arah Cilla kemudian menggelengkan kepalanya. "Hana takut, gak kenal sama mereka."
Cilla menatap Aya dan sahabatnya itu hanya mengangguk, seakan berkata biarin aja. Akhirnya Cilla pasrah dan kembali menyuapi Hana ice cream.
"Gue gak yakin bisa ninggalin Hana dengan semudah itu, Cil. Gue terlanjur sayang banget sama dia," ujar Aya pelan agar Hana tidak mendengarnya
Cilla menoleh kemudian berdeham. "Jujur ya, gue yang baru duabelas hari dekat sama Hana. Gue juga udah sayang banget sama dia, makanya gue punya niatan gak balik ke kosan gue sendiri."
Aya yang mendengar itu langsung menatap tajam Cilla membuat sahabatnya itu hanya menyengir ketika menyadari ucapannya.
"Lo mah bilang aja, karena semenjak lo tinggal di kosan Mirasena, lo gak ngeluarin uang buat makan," sindir Aya sebal membuat Cilla terkekeh mendengarnya.
"Itu juga termasuk sih, Ya. Ternyata enak tinggal deket Kak Gara. Gak harus ngeluarin duit."
"Yeuh dasar lo." Aya berdecak sebal dan memakan ice creamnya yang mulai mencair.
Cilla menatap Aya membuat sahabatnya itu mengerutkan dahinya bingung dengan tatapan yang Cilla berikan padanya.
"Gue penasaran, Ya," ujar Cilla memperhatikan sahabatnya itu.
"Penasaran apalagi sih, Cil? Kayaknya hidup lo emang kebanyakan kepok," kata Aya yang mendapatkan tatapan tak suka dari Cilla.
"Gue penasaran. Semenjak lo tidur di kamar Kak Gara bertiga sama Hana. Udah ada kejadian apa apa aja? Lo masih perawan kan, Ya?" tanya Cilla menatap lekat Aya membuat sahabatnya itu mendengus sebal.
"Masih lah, Cil. Gue sama Kak Gara gak ngapa-ngapain kali, kita cuma tidur satu ranjang. Udah gitu aja," jawab Aya kemudian menatap lekat sahabatnya itu. "Awas loh ya. Jangan lo kasih tahu Mama sama Ayah gue kalau beberapa hari ini gue tidur bareng Kak Gara dan Hana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-kosan Mantan [Terbit]
General FictionCERITA 1 "Jangan lupa follow sebelum baca. Kamu happy, aku juga happy." :) [CERITA INI AKAN MEMBUATMU MERASAKAN GREGET DAN BAPER PARAH.] .... Aya harus rela tinggal di kos-kosan milik mantannya yang terkenal cuek. Ingin pindah rasanya pun tidak mu...