➡ Chapture 15

74K 8.2K 275
                                    

Aya tersenyum saat menatap pantulan dirinya di dalam cermin. Dia segera mengambil tas kuliahnya. Saat dirinya akan membuka pintu, tiba-tiba dirinya memukul jidatnya sendiri.

"HP gue," gumamnya dan segera mencari ponselnya di pinggiran kasur, karena seingatnya semalam dia sedang memainkan ponsel hingga tertidur. Bisa jadi ponselnya itu masuk ke dalam sana.

Setelah menemukan ponselnya, Aya berjalan keluar dari kamar kosnya. Dia sudah siap untuk bimbingan hari ini.

Aya menatap ponselnya yang bergetar, terdapat notifikasi chat yang Cilla kirimkan padanya.

Arcilla.
- Gue tunggu di kantin seperti biasa.

Aya segera berangkat dan mempercepat langkah kakinya. Saat dirinya ingin membuka pintu pagar kosan Mirasena, dia menatap Gara yang sedang memainkan ponsel di teras rumah laki-laki itu.

Aya mendesis dan membuka pagar kosan, dia keluar tidak lupa menutup kembali pintu pagar. Gadis itu mempercepat langkah kakinya menuju kampus.

Saat di jalan Aya memilih sambil menggunakan headset di kupingnya. Menyetel lagu Korea kesukaannya, terkadang bibirnya juga bergelar mengikuti irama dari lagu tersebut.

Aya menghentikan langkah kakinya saat melihat seorang ibu-ibu sedang merapihkan belanjaannya yang berceceran. orang yang melintas itu di jalan yang sama dengannya hanya melirik si Ibu dan kadang entah sengaja atau tidak menginjak belanjaan si Ibu.

Aya segera membantu si Ibu tersebut untuk merapihkan belanjaannya yang berceceran. Tomat dan kentang yang menggelinding pun dia ambil dan mengomel jika ada pejalan kaki yang hampir saja menginjak tomat atau kentang belanjaan Ibu paru baya tersebut.

Setelah semua belanjaan terkumpul dalam satu keranjang, Aya tersenyum dan memberikannya kepada si Ibu paru baya.

"Terima kasih ya, Mbak. Boleh Ibu pinjem tangannya sebentar?" tanya si Ibu paru baya membuat Aya mengerutkan dahinya bingung. "Tidak Ibu apa-apakan kok, Mbak."

Aya dengan ragu menyodorkan tangannya membuat si Ibu paru baya itu tersenyum hangat dan menarik Aya ke pinggir untuk duduk di paling pinggir trotoar dekat pohon besar.

Aya merasa ngeri, tapi dia tetap bersikap tenang. Lagi pula jalanan ini ramai, jika si Ibu ingin berniat buruk padanya, dia bisa berteriak dan kabur. Jika itu belum terlambat.

"Mbak ini baik hati sekali, saya suka dengan sikap baik hati dan ramahnya Mbak Aya," ujar si Ibu paru baya membuat Aya menatapnya dengan wajah kaget.

"Loh, Ibu tahu dari mana kalau nama saya Aya?" tanyanya bingung, setahu Aya dia belum menyebutkan namanya siapa kepada Ibu paru baya ini.

Sedangkan si Ibu paru baya hanya tersenyum dan mengelus lembut tangan Aya.

"Mbak Aya akan mendapatkan apa yang Mbak Aya inginkan, tapi itu semua tidaklah mudah. Mbak harus melewati rasa pahit dan harus lebih berbesar hati kedepannya."

Aya mengerutkan dahinya, ucapan si Ibu paru baya yang duduk di sampingnya membuat otaknya harus berpikir secara dua kali. Dia tidak mengerti apa yang beliau katakan.

"Suatu hari Mbak akan dihadapkan oleh dua pilihan. Cinta, atau kesabaran hati. Dan Ibu minta pada Mbak Aya, Mbak ikuti kata hati Mbak Aya. Jangan sampai kemudian hari Mbak Aya semakin merasa menyesal. Meskipun jodoh tidak akan kemana-mana."

Aya semakin mengerutkan dahinya. "Jodoh? Tapi Aya kan belum menemukan jodoh Aya, Bu. Lagi pula Aya gak punya pacar," ujar gadis itu heran.

Ibu paru baya itu tersenyum. "Ibu tahu, tapi Mbak Aya akan ada di dalam fase itu. Mbak merelakan cinta Mbak untuk seseorang yang bahkan tidak Mbak Aya sukai."

Kos-kosan Mantan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang