Alana menatap suasana di kediamannya yang sepi. Alana berdiri di balkon kamarnya. Di lihatnya Satpam tengah bermain catur dengan seorang Supir.
Alana beralih ke arah taman, di sana Bi Mun sedang menyiram tanaman kesayangannya. Alana beralih ke arah ayunan yang ada di sana. Dia melihat dirinya kecil tengah tertawa bersama kedua orang tuanya di sana.
Mama nya hanya tersenyum sambil sesekali menyuapinya brownis coklat kesukaannya. Sedangkan Papa nya asik memeluknya dan sesekali menciumnya hingga membuatnya tertawa karena geli.
Keluarga yang harmonis bukan? Tidak ada yang bisa mengalahkan kebahagian Alana dulu. Tapi, semenjak Mama nya pergi, Papa nya berubah.
Papa nya menjauh, papa nya kasar, papa nya membencinya. Apa yang harus di salahkan dari anak sekecil Alana dulu.
Dia tidak tau apa-apa. Anak usia 7 tahun yang masih belum mengerti apa yang terjadi waktu itu.
Alana tersadar dari lamunannya kala mendengar suara mobil memasuki halaman rumah. Di lihatnya wajah papa nya yang sangat dia rindukan.
Ingin sekali Alana berlari memeluk pria itu dan menceritakan kesehariannya. Tapi semua itu hanya angan, dan angan itu tak akan pernah terjadi.
Alana masuk ke dalam kamarnya. Dihidupkannya ponselnya yang sudah lama tak dia pegang. Banyak notifikasi masuk ke ponselnya terutama dari Bian. Dia tak berniat membaca ataupun membalas pesan yang masuk ke dalam ponselnya.
Alana membuka rekaman suara di ponselnya lalu dia bercerita mengenai semua masalahnya di sana. Ya, selama ini Alana selalu mengadu di sini, menceritakan segala keluh kesahnya di sana.
Berharap suatu saat nanti papa nya akan mendengarkan segalanya dari sana. Ya, Alana harap seperti itu.
♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎
Alana membuang tisu yang dia pegang tadi ke dalam tong sampah. Dia duduk di bawah lantai dan memeluk lututnya dengan erat.
Dia bergetar ketakutan menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Alana ketakutan. Di sini gelap. Alana takut, sangat takut.
"Alana takut. Alana mau papa," Alana meringkuk di lantai memeluk dirinya sendiri berusaha menguatkan.
"Papa hiks Alana takut Pah,"
"Hiks pah please biarin Alana dekat-deket sama Papa. Hiks jangan biarin Alana jauh dari Papa hiks Alana takut Pah hiks Alana takut jauh dari Papa." Alana bangkit dari lantai dan berlari ke arah laci untuk mengambil obatnya.
Di masukkan nya 2 butir obat itu ke mulutnya dengan tangan bergetar lalu dia meminum air yang ada di dalam gelas dengan tangan bergetar dan menahan tangisnya.
Perlahan tapi pasti, Alana tenang dan berbaring di tempat tidur, menatap langit langit kamarnya yang di hiasi bintang.
Alana tertidur dengan nyaman dan nyenyak malam ini, mungkin akan sampai besok. Akhir-akhir ini Alana tak bisa tidur dengan nyenyak. Alana selalu menangis dan meratapi dirinya sendiri di ruangan gelap nan sunyi ini.
♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎
"Dimana alana?" Bima heran karena akhir-akhir ini Alana tak pernah keluar kamar bahkan tak pernah duduk di sini menemaninya makan.
"Non Alana sudah berangkat tuan." Mendengar itu Bima melanjutkan makannya berusaha tak perduli padahal dalam hatinya dia tengah merindukan Alana.
"Saya akan ke luar kota, bilang pada Alana jangan macam-macam kalau tidak ingin saya kirim jauh dari saya!" Setelah mengatakan itu Bima segera pergi meninggalkan Bi Mun yang tengah menahan air mata di sana.
Bi Mun menghapus air matanya, kemudian beliau menyiapkan piring dan mengisinya dengan nasi dan lauk pauk untuk Alana, tidak lupa dia juga mengisi gelas berisi air putih dan juga gelas berisi susu.
Ceklek
Bi Mun menatap Alana yang tengah tertidur pulas. Di letaknya nampan di atas nakas lalu menghampiri Alana.
"Non bangun." Bi Mun menggerakkan lengan Alana.
"Bibi bawa sarapan buat kamu." Alana tak terusik sama sekali dalam tidurnya.
Bi Mun panik dengan segera dia mengecek suhu tubuh Alana takut kalau Alana demam.
"Enggak panas," ujar Bi Mun.
"Non bangun, Neng." Bi Mun mengguncang tubuh Alana dengan sedikit keras.
"Pak supri!" Bi Mun berlari sambil berteriak membuat Satpam yang ada di depan gerbang langsung berlari menuju asal suara.
"Kenapa, Bi?"
"Non Alana gak bangun-bangun pak, ini gimana?" Bi Mun panik.
"Saya telpon dokter Bi. Bibi coba bangunin Non Alana lagi," Ujar pak supri yang langsung di laksanakan oleh Bi Mun.
Tak lama Pak Supri datang dengan seorang Dokter. Wanita itu segera memeriksa Alana. Dia terdiam lalu menatap kearah Pak Supri dan Bi Mun dengan pandangan miris.
Apa yang terjadi? Mengapa anak seusia Alana meminum obat penenang? Pikirnya.
"Non Alana baik-baik aja kan, Dok?" Tanya Bi Mun.
"Begini, sebenarnya apa yang terjadi dengan Alana?" Tanyanya membuat dua orang itu terdiam.
"Dia mengonsumsi obat penenang. Apa dia tak tidur dengan nyenyak selama ini?"
"A-apa obat penenang?" Bi Mun menutup mulutnya tak percaya.
"Iya, dia meminum dengan dosis tinggi, mungkin 1 atau 2 hari lagi dia bangun." Ujar Dokter wanita itu.
"Apa kalian--"
"Pak Supri pintu gerbang udah di tutup belum?" Bi Mun mengalihkan pembicaraan wanita itu.
"Oh iya, saya lupa. Bisa gawat kalau Tuan tau." Dia berlari menuju gerbang menyisakan kedua wanita itu di sana.
"Lanjutkan Dok," pinta Bi Mun.
Dokter itu terus menjelaskan tentang tubuh Alana yang lemah dan kurang mengonsumsi makanan bergizi. Bi Mun menganggukkan kepalanya tanda mengerti dan tersenyum kepada wanita itu saat sedang berpamitan.
♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎
"Arrggh,"
"Lo kenapa sih? Gak ada lagi cewek yang mau sama lo? Sampe lo stres gitu." Tanya Gio heran melihat Bian dari tadi mondar-mandir seperti setrika.
"Gue bingung."
"Kenapa?"
"Gue suka sama cewe, tapi dia ngilang."
"Anjir, mati maksud lo?" Ingin sekali Bian melempar Gio dari atas tebing saat ini tapi dia masih mikir gimana nanti kalau Gio menghantuinya?
"Ngomong sekali lagi kalau gak gue tebas kepala lo!"
"Wuidih santai, Al," ujar Gio. "Lo udah lapor ke Polisi?"
"Ya kali gue lapor, Orang kata pembantunya dia lagi pergi sama Bokap nya."
"Gimana sih? Kata lo dia ilang. Di suruh lapor Polisi malah bilang dia lagi pergi sama Bokap nya." Nyinyir Gio. "Itu bukan hilang njir, itu namanya dia lagi jalan-jalan!"
"Males gue ngomong sama lo, otak lo gak nyambung," tukas Bian berjalan meninggalkan Gio sendiri di kamarnya.
******
TbcSPAM NEXT!!!
10 februari 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (REPUBLISH)
Teen FictionCover by me [FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!] Budidayakan meninggalkan jejak seperti VOTE DAN KOMEN! ♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎ "Only one day," Alana menatap Bian yang tengah menatapnya. "LO COWOK BRENGSEK BIAN! LO BILANG BAKAL BUAT ALANA BAHAGIA?! TAPI INI APA? LO NYAK...