Alana berjalan tak tentu arah, air mata yang sedari tadi dia tahan tumpah begitu saja saat dia meninggalkan tempat itu. Alana menangis sesenggukan di sepanjang jalan.
Alana sudah tidak punya siapa pun. Alana sekarang sendirian. Mengapa tuhan begitu jahat pada dirinya? Apa kesalahannya?
Alana duduk di halte dan memeluk kedua lututnya di sana. Menangis sendirian adalah hal yang selalu Alana lakukan.
"Kenapa rasanya sesakit ini tuhan? Aku memberikan hatiku untuknya t-tapi apa yang aku dapat? Kebahagiaan sementara di gantikan oleh rasa sakit untuk selamanya."
"Mama hiks Alana butuh Mama. Alana mau nyerah aja Mah, Bian udah pergi ninggalin Alana hiks Alana mau Mama hiks Alana mau Mama."
Sebuah mobil berhenti di depan Alana membuatnya segera menghapus air matanya."Masuk, kamu mau jadi gelandangan? Kalau iya, besok saya akan meninggalkanmu di jalanan." Alana menatap Bima dengan mata yang sudah berair.
Apa segitu bencinya Bima pada dirinya? Hingga di setiap kesempatan Bima selalu ingin menjauhkan Alana darinya. Alana masuk kedalam mobil dan duduk menghadap jendela tak ingin menatap Bima.
"Kalau kamu bosen hidup sama saya dan mau hidup sendiri, kamu bisa pergi." Lagi-lagi hati Alana seperti di tusuk ribuan jarum saat Bima memintanya untuk pergi.
"K-kalau alana gak mau pergi? Apa Papa akan tetap tinggal bareng Alana?" Alana menatap penuh harap ke arah Bima yang tengah fokus menyetir.
"Terserah kamu," mendengar itu Alana sedikit mempunyai harapan kalau Bima tidak akan pernah meninggalkannya.
♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎
"Puas! Sudah puas menghancurkan hidup saya!" Bian berkata dengan nada rendah tapi penuh amarah.
"Dia! Wanita satu-satunya yang saya sayangi setelah Bunda, dan kamu?! Kamu bahkan membuat saya tak berdaya untuk menolak keputusan itu."
Risa menatap Bian dengan mata sayu. Putranya sangat menyayangi Alana.
"Tapi lebih baik seperti ini Sam, bunda gak akan biarin kamu sakit." Bian menatap Bundanya dengan kecewa.
"Bunda juga setuju sama keputusan orang ini?" Bian menunjuk lelaki di hadapannya.
"Sam capek Bun, Sam capek harus nurutin semua kemauan dia!"
"Sam bukan boneka dia, Bun,"
"Ini demi kebaikan semuanya." Setelah mengatakan itu pria yang memakai jas navy itu pergi dan bergabung bersama partner bisnisnya.
"Hai, maaf telat tadi macet." Seorang pria yang memakai jas berwarna hitam itu kini tengah meminta maaf atas keterlambatannya dan jangan lupakan dia juga bersama 2 orang wanita.
"Gapapa kok, mari." Risa mengajak pria serta istri dan anaknya ke tempat suaminya berada.
Lalu tak berapa lama nama Bian di panggil dari atas podium membuat Bian menatap datar semua orang yang ada di sana terutama pada gadis yang akan bertunangan dengannya.
Kata sambutan sudah di sampaikan dan saatnya pengumuman Bian yang akan menjadi penerus dan akan bertunangan malam ini.
"Saya akan memperkenalkan penerus saya." Bian naik ke atas podium berdampingan dengan Ayahnya. "Dia putra saya satu-satunya. Bian samudra. Dia yang akan meneruskan perusahaan Mtcrop milik saya." Bian diam menatap datar orang-orang yang tengah menatapnya.
"Dan malam ini saya juga akan melangsungkan pertunangan putra saya dengan putri Pak Farel smith sahabat dan rekan kerja saya." Semua orang bertepuk tangan merayakan kehancuran hubungan Alana dan Bian.
Pertukaran cincin pun dilakukan. Bian bahkan tidak tersenyum pada siapa pun. Setelah selesai memasangkan cincin dan berfoto, Bian segera pergi dari sana dan melepaskan cincin yang melekat di jari manisnya dengan kasar.
"ARRGGH BRENGSEK! BODOH! LO BODOH BIAN!" Bian membasuh wajahnya dengan air dan menatap cermin yang ada di hadapannya.
"LO BRENGSEK BIAN! LO BILANG MAU BAHAGIAIN CEWEK YANG LO CINTA! TAPI INI APA?! ARRGH LO BAHKAN NYAKITIN DIA." Bian mengepalkan tangannya.
"Gue harus apa Lana? Kalau gue gak nurutin permintaan dia lo akan celaka." Bian berkata lirih sambil terus menatap wajahnya di cermin.
♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎"Apa yang harus di harapkan? Berharap Bian akan mengejarku dan menjelaskan segalanya?"
"Tidak! Bahkan untuk menatap ke arahku saja Bian tidak melakukan itu."
Alana menutup kembali laptopnya dan pergi menuju balkon kamar.
Alana ingin sekali menceritakan segalanya pada Omanya. Tapi mereka baru saja meninggalkan rumah karena Hans harus menghadiri pertemuan penting di Milan.Raya juga terpaksa ikut karena Hans tidak mau pergi sendiri. Alana kembali kesepian di sini.
Bian pergi, Oma dan Opanya juga pergi. Alana kembali pada posisinya seperti saat belum mengenal Bian dalam hidupnya.
Hidup Alana kembali di penuhi dengan kegelapan. Cahaya yang berhasil masuk kedalam hidupnya kini tiba-tiba meredup karena cahaya itu di tarik paksa oleh yang maha kuasa. Alana bisa apa?
Liburan kali ini lebih parah dari liburan sebelumnya.
"Bi, Bunganya jangan di petik ya!" Teriak Alana dari atas saat melihat Bi Mun sedang membersihkan taman kesayangannya.
"Iya Neng," Alana menatap wanita yang tengah sibuk merawat bunga-bunga disana.
Alana berharap semoga bunga itu tetap tumbuh dan mekar dengan indah.
Alana berulang kali mengecek ponselnya, berharap satu pesan yang masuk ke ponselnya dari Bian. Tapi sudah 2 hari semenjak malam itu Bian tidak pernah menelfon ataupun sekedar bertanya tentang kondisinya.
"Semoga kamu bahagia ya, Bian."
"Seandainya aku tau ini akan terjadi, aku tidak akan pernah mau menempatkan kamu di sini." Alana menunjuk dadanya sendiri sambil menatap foto Bian yang terpajang di atas nakas.
Alana sudah capek menangis. Menangis hal yang tidak akan pernah menjadi miliknya, untuk apa? Itu hanya akan membuatnya tersiksa dan berakhir menyedihkan.
Alana masuk ke dalam ruangan yang terletak di kamarnya. Duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan kanvas.
Alana mencoret-coret canvas itu dengan sesuka hati. Saat ini yang ada di dalam pikiran Alana hanya Bian Bian dan Bian.
Hingga Alana melukis wajah Bian di canvas nya. Berharap sosok Bian yang ada di sana datang menemuinya.
Alana menatap hasil lukisannya dengan pandangan rindu akan sosok yang ada di sana.
Dan jangan lupakan tulisan yang berada di bawah lukisan itu. 'Protector and pain giver'
******
TbcSPAM NEXT!!!
3 Maret 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (REPUBLISH)
Teen FictionCover by me [FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!] Budidayakan meninggalkan jejak seperti VOTE DAN KOMEN! ♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎ "Only one day," Alana menatap Bian yang tengah menatapnya. "LO COWOK BRENGSEK BIAN! LO BILANG BAKAL BUAT ALANA BAHAGIA?! TAPI INI APA? LO NYAK...