ALANA --17

4K 373 62
                                        


"Halo,"

"Hai,"

"Apa kabar?"

"...."

"Alana?"

"Iya, aku baik."

"Malam itu--" Bian menjeda ucapannya.

"Bisa ketemu bentar?" Suara dari seberang sana menyadarkan Alana yang tengah melamun menatap gelapnya langit.

"Hm, A-aku sibuk." Jawab Alana.

"This is important."

"Dimana?"

"Cafe, Aku jemput ya?" Bian menatap foto Alana di kamarnya dengan perasaan cemas takut Alana menolak ajakannya.

"..." tidak ada jawaban dari sana, membuat Bian menghembuskan nafasnya gusar.

"Al," Alana tersenyum miris mendengar panggilan Bian untuknya. Al? Entah mengapa Alana tidak suka mendengar Bian memanggilnya seperti itu.

"I-iya,"

"Aku jemput mau?"

"Hm," Alana mematikan ponselnya dan menutup pintu balkonnya.

♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎

Bian mengajak Alana ke cafe yang ada di jakarta selatan. Alana menatap Bian yang tengah memainkan ponselnya.

Alana diam sambil terus memperhatikan wajah Bian lama. Mungkin setelah pertemuan ini Bian tidak akan mau bertemu dengannya. Apa mungkin setelah ini Bian akan ke Aussie dan menetap di sana.

Apa yang lebih menyakitkan dari pada ditinggalkan?

Alana diam sambil terus meneliti wajah Bian. Berharap semoga wajah itu akan terus Alana ingat untuk selamanya.

Alana bodoh? Ya, dia memang bodoh karena tetap membiarkan hatinya untuk Bian.

Bian menyimpan ponselnya dan menatap ke arah Alana yang tengah asik memperhatikan wajahnya.

"Ekhem." Alana tetap menatap wajah Bian seperti semula padahal Bian sudah berusaha menyadarkannya.

"Kamu-beneran udah tunangan?" Tanya Alana membuat Bian memperhatikan wajah gadis yang pucat itu.

"Iya,"

"Jadi... selama ini aku salah?" Tanya Alana membuat Bian terdiam.

"Salah, karena aku buka hati untuk kamu?"

"Bian,"

Bian masih diam memperhatikan Alana yang masih terus menatapnya.
"Aku tau kenapa waktu itu kamu tiba-tiba meluk aku di sekolah."

"Karena kamu mau di jodohin kan? Kalau aja kamu jujur hari itu, mungkin aku gak akan sesakit ini,"

"Al," Bian menggenggam kedua tangan Alana membuat mata gadis itu berkaca-kaca. Bukan karena perlakuannya tapi karena panggilan yang keluar dari mulut Bian membuat hati Alana sakit.

"Hahaha, Al? K-kamu panggil aku apa?" Alana menatap Bian yang kini diam memandanginya.

"Kamu bilang panggilan Lana itu panggilan spesial dari kamu, t-tapi ini? Al? Iya, aku tau mulai malam itu, aku bukan sesuatu yang special buat kamu lagi."

"Gak gitu maksud aku-"

"Gapapa, Selamat ya Bian. Semoga kamu bahagia dengan tunangan kamu."

"Besok aku pergi." Alana menggigit bibirnya menahan isakannya.

ALANA  (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang