ALANA --09

4.4K 398 22
                                    

Ini jadwal Alana kemo untuk kedua kalinya. Setiap dua bulan sekali Alana harus berbohong kepada Papa nya agar bisa ke rumah sakit. Seperti saat ini Alana tengah berada di ruangan inap setelah semuanya selesai.

Bosan di ruangannya seharian, Alana memencet tombol yang ada di dinding dan tak berapa lama seorang suster masuk dan tersenyum kepadanya.

"Ada yang kamu inginkan Alana?" Tanya suster itu membuat Alana mengangguk.

"Bisa temani saya ke taman? Saya bosen di sini terus." Suster itu mengangguk dan segera mengambil kursi roda dan membantu Alana duduk di sana, lalu mendorong kursi roda itu ke arah taman.

Alana memperhatikan taman di rumah sakit itu. Lalu Alana melihat seseorang yang sangat dia rindukan juga berada di sana. Tapi dia tidak sendirian, melainkan dengan seorang anak kecil yang berada di pangkuannya.

Alana sekarang tau mengapa Bima sangat membencinya. Ternyata, karena seseorang yang tengah tertawa bahagia di sana.

Alana melihat keluarga kecil tengah tertawa bersama dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Keluarga yang harmonis," ujar Alana membuat suster yang bersamanya juga tersenyum.

"Keluarga dokter ryan memang sangat harmonis, saya juga mengagumi keluarga mereka." sahut suster itu membuat Alana menatap ke arahnya.

"Dia dokter bagian apa?" Tanya Alana.

"Dokter Spesialis jantung." Jawab suster itu membuat Alana menatap ke arah mereka kembali.

"Tapi sayang, anak mereka justru menderita gagal jantung." Mendengar itu Alana menatap ke arah wanita yang tengah tersenyum menatap anaknya dengan tatapan yang menurut Alana, wanita itu sangat menyayangi anaknya.

"Mereka sudah melakukan berbagai pengobatan untuk putri mereka Kesya. Tapi tidak ada yang berhasil. Kesya sudah lumayan pulih tapi tetap harus di rawat disini. Kesya juga membutuhkan pendonor jantung, mereka sudah mencari pendonor kemana pun tapi-- tidak ada pendonor yang cocok." Jelas suster itu membuat Alana terdiam.

"Mereka hanya bisa pasrah pada tuhan, dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Kesya." Alana menghapus air matanya saat melihat wanita yang di pandangi nya sedari tadi melihat ke arahnya.

Wanita itu tersenyum menatap Alana, Alana yang di tatap seperti itu pun tak sanggup menahan air matanya, dia tersenyum menatap wanita itu dan segera menghapus air matanya membuat wanita itu menatap bingung ke arahnya.

"Sus, saya mau istirahat." Suster itu mendorong kursi roda Alana dan pergi dari sana.

Wanita yang di tatap Alana tadi menatap heran ke arah gadis yang tengah di dorong oleh suster itu. Dia seperti tak ingin berhenti menatap gadis itu. Kenapa? Ada apa dengan dirinya? Dia bertanya-tanya di dalam hatinya.

"Iya mas," dia menoleh saat suaminya menepuk pundaknya dan mengajaknya masuk kedalam rumah sakit.

"Pah, gendong," ujar gadis kecil di hadapannya.

"Baik tuan putri," Mereka tertawa dan masuk ke dalam rumah sakit.

♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎

"Hiks Mama, Alana pengen peluk Mama," Alana menangis memeluk lututnya.

Alana ingat bagaimana Mama nya tersenyum manis melihat kearahnya. Ingin sekali dia berlari dan memeluk wanita itu dengan erat. Menumpahkan segala kerinduan di sana. Menangis di pelukan mamanya dan mengadu layaknya anak kecil.

Tapi Alana takut. Alana takut mengganggu kebahagiaan wanita itu. Alana tak mau mama nya juga ikut membencinya seperti Papa nya, Bima.

Seorang perempuan paruh baya tak sengaja melewati kamar inap Alana, dia mendengar seseorang menangis dengan pilu, membuat dadanya sakit saat mendengar tangisan itu, dia menyentuh dadanya dan menatap ke arah pintu di sampingnya.

Dengan perlahan dia mendekati pintu itu dan melihat kearah pintu yang ke betulan kaca buram dan sedikit ada celah supaya bisa melihat kedalam.

Seorang gadis tengah menangis sambil memukul dadanya berkali-kali. Dia memperhatikan gadis itu dengan seksama. Ternyata gadis yang di temui nya di taman waktu itu.

Dibukanya pintu itu dengan perlahan membuat Alana menatap ke arahnya saat mendengar suara pintu terbuka. Alana terdiam dengan air mata terus jatuh di wajahnya.

Mama nya datang menjenguknya, mama nya datang untuknya. Alana tak akan pernah melupakan hari ini. Alana tak akan pernah melupakan momen ini untuk selamanya.

"Kamu baik-baik aja?" Tanyanya membuat Alana mengangguk gugup.

"Kamu sakit apa?" Tanyanya lagi membuat Alana menahan mati-matian isakannya saat mama nya datang dan bertanya tentangnya.

"Kanker tante,"

"Astagfirullah, orang tua kamu mana?" Tanyanya membuat Alana tak kuasa menumpahkan air matanya.

"Papa saya kerja m- tante," hampir saja Alana keceplosan menyebut wanita itu dengan sebutan Mama.

"Mama kamu?" Alana menatapnya dalam.

"Dihadapan saya," batin Alana.

"Saya gak tau tante," jawab Alana.

"Orang tua kamu tau kamu sakit parah?" Tanyanya sambil mengelus rambut Alana yang tiba-tiba rontok di tangannya. Alana menggeleng sambil terus meresapi perlakuan wanita yang tak lain adalah ibu kandungnya.

"T-tante," panggilnya membuat wanita itu menatapnya dalam.

"Sa-saya--" Alana memainkan jemarinya dengan gugup.

"--Belum pernah ngerasain gimana rasanya di peluk Mama. S-saya boleh pe-peluk tante?" Alana menatap wanita yang juga sedang menatapnya dalam sambil merentangkan kedua tangannya, membuat Alana menghambur ke dalam pelukannya.

Alana merasakan kehangatan yang selama ini dia cari. Mama nya. Penyemangat nya, sekarang ada di hadapannya. Sedang memeluknya.

"Alana nyaman sama tante,"

"Tante juga nyaman sama Alana."

Alana bahagia hari ini. Momen yang di nanti-nantikan nya sekarang tercapai. Alana bisa menatap dan memeluk Mamanya sekarang.

Alana tertidur di pelukan wanita itu membuat wanita itu melepaskan pelukannya dan membaringkan Alana di tempat tidur setelah itu menyelimuti Alana. Di tatapnya wajah cantik gadis itu. Di kecup nya kening gadis itu hingga tak sadar air matanya jatuh tepat di pipi gadis itu.

******
Tbc

SPAM NEXT!!!

22 februari 2021

ALANA  (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang