"Bisa bicara sebentar?"
"Iya sayang," Sarah tersenyum dan duduk di dekat suaminya.
"Apa setelah ini kita akan menetap kembali di jakarta?" Ryan tersenyum sambil memegang tangan istrinya.
"Pasti. Doain aja semoga kesya baik-baik aja." Mendengar itu Sarah membalas tersenyum menatap suaminya.
"Mas," Sarah menatap suaminya dengan dalam.
"Iya,"
"Aku pernah bilang kan, kalau aku pernah menikah dan punya anak perempuan satu-satunya." Sarah menatap Ryan yang tengah menatapnya bingung sambil mengangguk.
"A-aku, apa boleh aku menemui mereka?"
"Aku sangat merindukan Caca." Ryan menatap mata istrinya intens lalu kemudian tersenyum.
"Iya,"
"Makasih mas." Sarah memeluk suaminya dengan erat berterima kasih karena masih di izinkan untuk menemui anaknya yang sudah di tinggalkannya selama 9 tahun itu.
Di kediaman Bima saat ini tengah ramai karena tiba-tiba saja orang tuanya datang setelah bertahun-tahun menetap di Milan.
Mereka duduk di ruang keluarga yang memang sangat jarang di tempati. Bima menatap malas ke arah Papa nya yang tengah membuatnya kesal.
Bagaimana tidak? Papa nya datang-datang sudah memberikannya banyak pertanyaan yang menurut Bima sama sekali tidak penting.
"Alana dimana?" Bima mengedikkan bahunya menjawab pertanyaan sang Ayah.
"Anak sendiri kok gak tau." Bima memutar bola matanya malas menanggapi perkataan seseorang yang duduk bersebrangan dengannya.
"Assalamualaikum," Alana hendak naik ke lantai atas tapi segera berhenti saat melihat orang tengah berkumpul di ruang keluarga.
Alana seperti pernah melihat kedua orang yang tengah duduk di sana, tapi Alana lupa mereka siapa, segera berhenti.
"Waalaikumsalam. Ini Alana? Ya allah dulu masih kecil banget." Wanita paruh baya itu menghampirinya dan memeluknya dengan erat.
"I-iya." Alana tersenyum canggung sambil terus menatap ke arah Bima yang tengah memalingkan wajahnya.
"Gantian dong, aku juga mau meluk cucu kesayangan ku." Pria paruh baya yang semulanya memperhatikan kedua wanita itu berpelukan tiba-tiba menghampiri dan merusak suasana.
"Hmm iya nih, peluk." Pria paruh baya itu memeluk Alana dan mengelus pipi Alana dengan sayang.
"Cantik, mirip Sarah." Bima diam begitu pun dengan Alana.
"Um kalian siapa?" Tanya Alana dengan ragu.
Bugh
"Kurang ajar kamu! Orang tua sendiri gak pernah di ceritain ke anak?!"
Bima mengaduh kesakitan saat Papa nya melemparnya dengan bantal yang ada di dekat sofa.
"Ya, salah sendiri kenapa gak pernah datang." Mendengar itu Pria paruh baya yang tengah berkacak pinggang kesal setengah mati.
"Oh jadi selama ini kamu pikir kita meninggal? Makanya kamu gak pernah kasih tau Alana kalau dia punya Kakek sama Nenek?" Bima kelabakan saat di tanya seperti itu.
"E-enggak astaghfirullah, suudzon banget jadi orang tua."
Alana memperhatikan Bima yang banyak bicara saat ini. Apalagi saat mengetahui ternyata dua orang di hadapannya adalah orang tua Papa nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (REPUBLISH)
Novela JuvenilCover by me [FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!] Budidayakan meninggalkan jejak seperti VOTE DAN KOMEN! ♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎ "Only one day," Alana menatap Bian yang tengah menatapnya. "LO COWOK BRENGSEK BIAN! LO BILANG BAKAL BUAT ALANA BAHAGIA?! TAPI INI APA? LO NYAK...