Bel pulang sekolah sudah berbunyi 5 menit yang lalu, sedangkan Alana baru keluar dari toilet dan berjalan santai ke gerbang sekolah. Dia lupa kalau seharusnya dia harus cepat-cepat ke parkiran agar tak membuat Bian marah dan membuatnya di keluarkan dari sekolah.
"Ekhem!"
Alana tetap berjalan tanpa menghiraukan deheman seseorang yang mungkin iseng untuk menggodanya.
Alana membalikkan badannya kala melihat tangan seseorang menggenggam tangannya dengan erat.
"Lo-" ucapan Alana terhenti kala Bian menariknya dan berhenti tepat di samping motor besar berwarna merah.
"Naik,"
"Gue di jemput,"
"Supir lo udah gue suruh pulang," ujar Bian dengan santai mengabaikan ekspresi Alana yang menatapnya tajam.
Mau tidak mau, suka tidak suka, dan rela tidak rela, Alana harus pergi bersama Bian yang menyebalkan itu.
"Kita mau kemana sih?" Tanya Alana saat melihat Bian tak bertanya di mana letak rumahnya.
"Lo harus tanggung jawab,"
"Ya apa? Ke mall ganti sepatu lo?" Tanya Alana.
"Lo bisa diem gak sih?! Gue gak suka sama cewe bawel."
"Terus ngapain ngajak gue, kalau lo gak suka." gumam Alana menatap sebal Bian yang sedang mengendarai motornya.
♡︎♡︎♡︎♡︎♡
"Dari mana kamu?" Tanya Bima.
"Kerja kelompok pah," percayalah di balik kata-kata Alana yang kelewat santai itu, di hatinya dia tengah gelisah takut papanya akan menghukumnya.
"Kamu pikir saya percaya?"
Alana sudah berkeringat dingin di tempatnya, dia gugup di tatap seperti itu oleh papanya."Kamu mau jadi anak gak bener?"
"Kamu mau maluin saya?"
"JAWAB!"
Alana terkejut mendapat bentakan seperti itu, dia menggeleng menatap mata papanya dengan air mata yang hampir jatuh.
"Enggak pah,"
"ANAK GADIS MANA YANG PULANG SEKOLAH JAM SEGINI!"
Hei kalian harus tau, ini masih jam 7 malam. Banyak anak sekolahan yang pulang di atas jam 9 malam. Apalagi mereka singgah ke mall untuk belanja dan menonton bioskop.
"Maaf pah,"
"Besok uang jajan kamu saya sita," setelah mengatakan itu Bima segera masuk kedalam kamarnya meninggalkan Alana seorang diri di sana.
♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎
Alana menatap ponselnya yang bergetar. Di lihatnya sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.
+628********* : Jangan lupa yang gue bilang tadi 😊
Alana menatap jengah pesan dari Bian. Seketika Alana mengingat Bian mengajaknya ke sebuah danau yang sangat tenang.
"Gue mau lo jadi pacar gue mulai detik ini." Perkataan Bian membuat Alana yang tengah memandang danau segera mengalihkan tatapannya dan menatap Bian dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Gila lo, baru kenal sehari udah ngajak pacaran, gimana kalau kenal seminggu, mau lo ajak nikah?" Sinis Alana.
"Mungkin," jawab Bian cuek.
"Hm,"
"Gue serius," ujar Bian.
"Gue gak mau," tolak Alana.
"Lo harus tanggung jawab karena udah numpahin makanan lo di sepatu mahal gue."
"Gue ganti besok."
"Gue mau lo tanggung jawab dengan lo jadi pacar gue, bukan ganti sepatu gue," ujar Bian.
"Lo pikir gue gak mampu beli sepatu yang lebih mahal," ujar Bian menatap mata Alana yang entah mengapa, setiap dia menatap mata itu, dia nyaman dan merasa damai.
"Ya, terus kenapa lo minta gue tanggung jawab?" Tanya Alana.
"Karena lo salah!"
"Tapi kan gue mau ganti sepatu lo,"
"Tapi gue maunya lo jadi pacar gue!"
"Lo kenapa maksa sih?!" Alana menyugar rambutnya prustasi.
"Makanya lo harus mau biar gue gak maksa," jawab Bian santai sambil tersenyum tipis melihat wajah kesal Alana.
"Gue mau pulang," Alana meninggalkan Bian sendiri di sana.
"Jawab dulu," Bian menahan tangan alana agar tak pergi.
"G u e g a k m a u," jawab Alana dengan penuh penekanan di setiap katanya.
"E l o h a r u s m a u," kata Bian.
"Aaaaaaa gue gak mau," ujar Alana dengan nada manjanya membuat Bian gemas sendiri di tempatnya.
"Harus mau Lana," ujar Bian sambil mengacak rambut Alana.
"Apa lo bilang? Lana?" Tanya Alana.
"Iya. Lana, panggilan spesial dari gue," jawab Bian
Entah mengapa mendengar nama panggilan dari Bian membuat pipi Alana memanas, dan gugup menatap Bian.
"Jadi gimana? Kita pacaran kan?" Tanya Bian.
"Ihh gak! gue bilang gak mau ya gak mau."
"Lo harus mau Lana,"
"Enggak Bian!"
"Lo mau pulang apa nggak? Kalau mau pulang lo harus mau pacaran sama gue," ujar Bian.
Alana menatap jam ditangannya lalu dengan segera dia mengiyakan pertanyaan Bian. Eh lebih tepatnya pernyataan bukan pertanyaan, karena mau tidak mau, Alana harus mau.
"Besok tunggu gue di parkiran, gue gak mau tau! besok pagi lo udah harus ada di sana pas gue nyampe." Kata Bian saat mereka sudah sampai di depan pagar rumah Alana.
*******
TbcSPAM NEXT!
08 februari 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (REPUBLISH)
Teen FictionCover by me [FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!] Budidayakan meninggalkan jejak seperti VOTE DAN KOMEN! ♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎ "Only one day," Alana menatap Bian yang tengah menatapnya. "LO COWOK BRENGSEK BIAN! LO BILANG BAKAL BUAT ALANA BAHAGIA?! TAPI INI APA? LO NYAK...