"Jangan pernah berpikir untuk mengakhiri segalanya, karena yang berhak memutuskan hanya tuhan."
♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎
Alana menatap ponselnya dengan senyum miris. Di sana terlihat Bian sudah sampai di Bandara Perth, Australia.
Alana di tarik paksa ke dunia nyata. Bian yang di pikirnya hanya bercanda kini benar-benar pergi meninggalkannya. Tuhan benar-benar mengambil Bian darinya.
Sekarang apa yang harus Alana lakukan? Mau tidak mau Alana harus menerima kenyataan itu.
Bian yang selalu memperlakukannya bak ratu kini telah pergi meninggalkannya. Alana kembali sendirian lagi. Dunia Alana yang sudah di penuhi cahaya harapan kini sudah kembali di penuhi kegelapan.
Alana berbaring telungkup memperhatikan jendela kamarnya dengan meletakkan kepalanya di lipatan tangan. Memperhatikan suasana luar yang mulai gelap.
Drrttt...drrttt
Alana mengambil ponselnya dan membaca pesan yang masuk dari Tania.
Tania : Lo udah tau Bian pergi?
Alana : iya
Tania : Lo gapapa kan, Al?
Alana : I'm fine
Tania : Kalau lo butuh temen cerita, gue siap jadi pendengar lo
Tania : Lo masih punya gue, Cika, Ranty, Naila dan temen-temen
Alana menghapus air matanya. Ternyata masih ada yang memperdulikannya. Alana melihat grup kelasnya yang ramai membahas dirinya dan Bian.
Disisi lain Bian tengah duduk termenung di apartnya sambil memikirkan kesehariannya tanpa Alana. Bian memperhatikan ponselnya yang menampilkan wajah Alana. Last seen 9.00 PM.
"Wish you happy," ujar Bian sambil terus memperhatikan wajah Alana.
♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎
Alana duduk termenung di meja makan. Besok Alana akan kembali ke sekolah tanpa Bian. Tahun ajaran baru akan di mulai besok.
"Non," panggil Bi Mun membuat Alana menatap ke arah wanita itu.
"Di makan atuh, jangan ngelamun terus." Bi Mun dari tadi memperhatikan Alana yang tidak ada semangat.
"Bi, aku ke kamar dulu." Alana berdiri dari kursinya dan pergi meninggalkan beragam pertanyaan di benak wanita paruh baya itu.
Alana duduk bersandar di tempat tidur dan menstalk instagram seseorang kemudian tersenyum dengan sorot pilu. Alana menyukai postingan itu lalu mematikan ponselnya.
♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎
Alana menarik nafasnya dalam berusaha meyakinkan diri agar tetap baik-baik saja.
Alana berjalan seorang diri menyusuri koridor, biasanya ada Bian yang selalu di sampingnya, menggenggam erat tangannya dan mengantarnya sampai ke kursi kelasnya. Lalu Bian akan mengacak atau mengelus rambutnya dengan penuh cinta.
Tapi sekarang? Semuanya berubah. Bian tidak lagi di sisinya. Alana kembali melakukan segalanya sendiri.
Alana menghembuskan nafasnya lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk menyusuri koridor yang lumayan ramai karena banyak siswa baru. Alana menjadi pusat perhatian di sana karena kebanyakan adik kelas yang tengah berkelompok di koridor dengan tanda pengenal yang tergantung di leher.
Alana berhenti di mading untuk mengetahui letak kelasnya. Nama Aisyha alana dz terletak di kelas 12 IPA 2 bersama Tania, Cika dan Kribo. Sedangkan Naila, dan Ranty berada di kelas 12 IPA 1 letaknya anak-anak pintar, di sana juga ada Aldi, dan Mira.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (REPUBLISH)
Teen FictionCover by me [FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!] Budidayakan meninggalkan jejak seperti VOTE DAN KOMEN! ♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎ "Only one day," Alana menatap Bian yang tengah menatapnya. "LO COWOK BRENGSEK BIAN! LO BILANG BAKAL BUAT ALANA BAHAGIA?! TAPI INI APA? LO NYAK...