ALANA --04

5.4K 479 124
                                        

Sudah seminggu semenjak kejadian dimana dia saling bertukar pesan pada Alana. Alana tak pernah membalas dan mengangkat telponnya lagi. Bahkan, di sekolah pun Bian tak pernah bertemu dengan Alana.

Alana dimana? Bian mendatangi kelas XI Ipa 2 yang saat ini Naila, Cika, Tania dan Ranty tengah presentasi di depan kelas tanpa adanya Alana.

BRAK!

"Allahuakbar." Guru yang sedang berbadan dua itu segera menyentuh dadanya, begitupun dengan semua siswa siswi yang ada dikelas itu.

"Bian, kamu gak bisa ngetuk pintu dulu?" Tanya Bu Nia menatap tajam ke arah Bian.

"Ini sekolah saya, suka-suka saya mau sekalian hancurin nih pintu." Jawab Bian santai membuat Bu Nia berkacak pinggang menatapnya.

"Mau apa kamu?"

"Alana." Mendengar nama Alana disebut oleh Bian membuat Bu Nia dan yang lainnya bertanya-tanya apa hubungan Bian dan Alana sebenarnya? Karena memang selama ini mereka di kabarkan dekat.

"Mau apa kamu dengan Alana?" Tanya Bu Nia.

"Terserah saya mau ngapain Alana. Alana pacar saya!" Ucapan Bian membuat semua yang ada di kelas itu membelalakkan matanya tak percaya.

Karena yang mereka tau, Bian tak pernah serius dengan wanita. Bian memang badboy tapi untuk menjalin sebuah hubungan? Bian akan berpikir ribuan kali untuk itu. Tapi ini? Dia justru mengatakan Alana pacarnya di depan publik.

"Jangan ngada-ngada kamu, Alana gak akan mau sama cowok urakan seperti kamu," komentar Bu Nia membuat semua siswa yang ada dikelas menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Apalagi setau mereka Alana itu cewek baik-baik dan tak pernah dekat dengan laki-laki. Eh ada deng, dan laki-laki pertama yang dekat dengan Alana adalah Bian. BIAN SAMUDRA.

"Dih terserah Ibu mau percaya apa enggak. Saya kesini cuma mau nyari Alana. Karena udah seminggu dia gak ada kabar Bu." Ujar Bian.

"Iya Bu, Alana juga gak masuk sekolah seminggu ini," sambung Naila.

"Bener Bu, di hubungin juga nomornya gak aktif," kata Cika yang di angguki oleh Ranty dan Tania.

"Ya allah. Alana gak ngasih surat atau sejenisnya?" Bu Nia menatap muridnya satu-persatu.

"Enggak Bu, jadi saya buat absen." Jawab sekretaris kelas yang bernama Mira.

Nia selaku wali kelas pun heran di buatnya. Dia tak mendapat pesan apapun dari orang tua Alana. Ah harusnya dia lebih memperhatikan siswanya, kalau begitu kan dia tak akan se-khawatir ini.

"Kalian tau rumah Alana?" Tanya Bu Nia.

"Enggak bu,"

"Saya tau bu,"

Jawab mereka bersamaan hingga pandangan berbinar mereka arahkan ke arah Bian.

"Pulang sekolah kita sama-sama ke sana," tukas Bu Nia yang tak dapat di ganggu gugat.

♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎

Mereka menatap takjub rumah megah yang ada di hadapan mereka saat ini. Bagaimana tidak? Rumah Alana sangat sangat besar. Bahkan tak pantas di sebut rumah melainkan istana.

"BUSET, ini mah bukan rumah tapi istana." Komentar Aldi selaku ketua kelas.

"Bener banget Di, anjir kira-kira pembantu Alana berapa ya?" Tanya Kribo teman sekelas Alana.

"Pantesan Alana gak pernah mau kita ke rumahnya, ternyata rumahnya segede ini, takut kita norak kali ya?" Tania menatap takjub rumah di depannya ini.

ALANA  (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang