ALANA --15

4.3K 375 16
                                        

Malam ini seperti permintaan Hans, teman-teman sekelas Alana termasuk Bian sedang berkumpul di taman yang sudah di sulap sedemikian rupa dengan beraneka balon dan lampu yang menambah kesan elegan di sana.

Tak lupa Bima juga hadir dan memperhatikan wajah Alana yang bahagia. Bima merasa telah salah karena sudah mengekang Alana. Bahkan selalu mengancam Alana agar tidak pernah mengatakan kalau dia adalah putrinya Bima.

"Bian, Selamat ya." Bian mengelus kepala Alana dengan lembut dan mengecup kening Alana sekilas. Di ujung sana Bima mengepalkan tangannya melihat seorang pria tengah mengecup kening anaknya, yang bahkan Bima sekalipun tidak pernah melakukan itu.

"Alana, Bian sini gabung." Teriakan Hans membuat Alana dan Bian segera menghampiri Sekolompok orang yang tengah membakar sosis, nuget dan ayam. Sebagian lagi tengah bernyanyi di kursi taman yang berada di dekat pohon.

"Hai guys, Jadi kita lagi di rumahnya Alana." Tania tengah melakukan siaran langsung di instagramnya.

"Tan, arahin ke sini dong woi." Teriak Kribo yang tengah membantu mengipas ayam bakar.

"Iye sabar. Nah guys jadi dia namanya Kribo, nah kalau yang itu tuh, yang berdiri di meja makan, itu Alana sama pacarnya Bian. Serasi banget kan?" Alana dan Bian melambaikan tangannya saat Tania mengarahkan kameranya ke arah mereka.

"WOI SINI! UDAH SIAP NIH." Semuanya bergabung dan duduk di meja makan yang sangat besar. Alana duduk di samping Bian.

"Selamat makan," ujar Hans.

"Selamat makan semuanya." Seru Naila.

"Mau aku suapin?" Bian memang selalu menyuapi Alana dimana pun saat mereka makan bersama.

"Ekhem," Bima berdeham membuat Bian menatap ke arahnya.

"Aaaa," Bian mengarahkan sendok berisi nasi ke mulut Alana.

"Enak?" Tanya Bian membuat Alana menganggukkan kepalanya.

"Dia masih punya tangan, gak perlu di suapin segala," Semua mata memandang ke arah Bima membuat Bima segera melanjutkan makannya.

"Lanjutkan." Bima berkata seperti itu karena menghargai teman-teman Alana di sini.

"Kita udah biasa ngeliat mereka kayak gini kok om." Jelas Ranty membuat Bima melirik Alana yang tengah menatap Bian.

"Oh ya?" Raya menatap ke arah Ranty penasaran lalu menatap ke arah Bian yang masih sibuk menyuapi Alana.

"Iya Oma."

"Saya bahkan lebih dari pada itu dulu, ya kan sayang?." Hans menatap ke arah Raya yang tengah salah tingkah.

"Udah," Mereka mengalihkan tatapannya ke arah Alana yang tengah menolak menerima suapan dari Bian lagi.

"Tapi kamu baru makan dikit loh."

"Kenyang," Alana menutup kedua mulutnya menggunakan tangan.

"Yaudah. Makan buah mau? Aku potongin deh." Bujuk Bian namun Alana terus menggelengkan kepalanya tanda tak setuju.

Bian seperti seorang ayah yang tengah membujuk anaknya agar mau makan.

"Yaudah, minum dulu." Alana meminum air yang gelasnya tengah di pegang oleh Bian.

♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎

"Jangan pernah sekalipun menyalahkan senja. Memang pada dasarnya keindahan senja memang tak pernah berlangsung lama, tapi senja tidak pernah ingkar janji. Dia pasti akan kembali lagi walau hanya sebentar dan akan kembali hilang di gantikan oleh kegelapan."

ALANA  (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang