"Hai," Alana menoleh ke samping dan mendapati anak seusianya tengah duduk di sampingnya.
"Main yuk," Alana menatap ke arah anak laki-laki itu.
"Aldi," Alana menerima uluran tangan anak laki-laki itu.
"Alana," Aldi tersenyum menatap gadis kecil di hadapannya.
"Teman?" Tanyanya membuat Alana tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Teman,"
Sejak hari itu Alana dan Aldi selalu berdua dan tak terpisahkan. Aldi selalu melindungi Alana. Selalu menjadi teman curhat Alana. Tapi satu yang Aldi tidak tau tentang Alana.
Orang tua Alana? Aldi tidak tau itu. Rumah Alana? Aldi bahkan tidak pernah di ajak ke sana.
♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎
Alana menatap beberapa pelayan dan penjaga tengah sibuk membawa koper keluar.
Alana yang penasaran pun berlari mengikuti mereka. Alana terdiam saat mengetahui Bima akan pergi meninggalkannya.
"Papa," Alana berlari menghampiri Bima yang hendak masuk kedalam mobil.
Bima menutup kembali pintu mobilnya dan menatap ke arah Alana yang tengah menangis.
"Mau kemana? Alana ikut ya," Alana mengganti nama panggilannya saat tau ternyata Bima lebih suka memanggilnya dengan sebutan Alana.
"Kamu di sini aja, saya akan segera pulang. Ingat! Jangan pernah nangis apalagi buat saya malu." Bima memandang wajah Alana yang sedang menangis menatapnya.
"Hiks Alana mau ikut," Alana menarik ujung jas Bima membuat Bima menatapnya tajam.
"Jangan nangis dan jangan buat malu saya kalau kamu mau saya cepat pulang!" Alana diam menundukkan kepalanya.
"Janji cepat pulang?"
"Iya,"
"Alana gak akan nangis ataupun bikin Papa malu,"
Alana menatap beberapa mobil yang melaju mengikuti mobil Bima.
"Hiks Papa," Zidan mengangkat Alana dan memeluk gadis kecil itu di gendongannya.
"Alana mau eskrim?" Alana menatap Zidan dan menggelengkan kepalanya.
"Alana mau Papa," Zidan mengecup kepala Alana dan membawanya ke Taman.
♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎
1 bulan kemudian...
"PAPAAAAAAAAAAA," Alana berlari memeluk Bima dengan erat.
"Kangen," Bima diam dan perlahan membalas pelukan putrinya.
"Janji gak bakalan ninggalin Alana sendiri lagi?" Alana mengangkat jari kelingkingnya ke arah Bima.
"Asal jangan menangis dan membuat saya malu," Bima mengangkat jari kelingkingnya.
"Janji," Alana menyatukan kelingkingnya dengan kelingking Bima membuat beberapa pelayan dan penjaga di sana tersenyum haru.
Alana selalu tersenyum di hadapan Bima. Alana tidak akan menangis, tidak akan.
Bima duduk di kolam renang seorang diri tiba-tiba teriakan anak kecil membuatnya menatap was-was ke arah Alana yang tengah berlari mengejar kucing kesayangannya.
"DASH," Alana tidak memperhatikan apapun di sekitarnya kecuali Dash kucing yang sangat aktif itu.
Byurr
Alana berlari di pinggir kolam hingga tergelincir dan jatuh. Bima yang melihat itu segera melompat dan menolong Alana yang tidak pandai berenang.
Bima mengangkat tubuh Alana yang sudah tidak sadar kan diri. Bima menepuk-nepuk kedua pipi Alana tapi Alana tak kunjung membuka mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (REPUBLISH)
Teen FictionCover by me [FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!] Budidayakan meninggalkan jejak seperti VOTE DAN KOMEN! ♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎ "Only one day," Alana menatap Bian yang tengah menatapnya. "LO COWOK BRENGSEK BIAN! LO BILANG BAKAL BUAT ALANA BAHAGIA?! TAPI INI APA? LO NYAK...