Alana bangun dari tidurnya, di lihatnya suster sedang meletakkan sarapan pagi di atas nakas. Alana menatap ke arah jendela yang ternyata sudah menampilkan langit yang begitu cerah.
Sudah dua kali Alana tidur nyenyak tanpa bantuan obat penenang, dan semua itu berkat Bian dan Mama nya.
Siang ini Alana sudah dibolehkan pulang, tapi entah mengapa Alana tak ingin meninggalkan rumah sakit ini. Apa mungkin karena Mama nya juga ada di sini? Tapi mau tak mau Alana harus segera pulang takut Papa nya akan marah besar.
Di koridor Alana tak sengaja berpapasan dengan wanita yang menemaninya kemarin malam. Wanita itu tersenyum dan berhenti di hadapan Alana begitu pun dengan Alana.
"Kamu mau pulang?" Tanya wanita itu.
"Iya Tante,"
"Saya boleh peluk kamu? Mungkin kita gak akan ketemu lagi setelah ini." Mendengar itu mata Alana langsung berkaca-kaca. Dengan segera Alana memeluk wanita di hadapannya dengan erat.
"Alana sayang Tante," wanita itu mengelus punggung Alana dan mengecup kening Alana lama.
Membuat Alana menutup matanya merasakan kehangatan yang diberikan oleh Mama nya saat ini."Tante juga sayang sama Alana tapi-- Tante akan ke singapura malam ini, mungkin saat kamu ke rumah sakit ini, kita gak akan ketemu lagi." Jelas wanita itu membuat Alana mengeratkan pelukannya.
Wanita itu tak ingin meninggalkan Alana, apalagi dalam kondisi seperti ini. Bertemu dengan Alana 2 hari yang lalu sudah membuatnya se-sayang ini pada Alana.
"Tante jaga kesehatan ya, jangan lupa istirahat," ujar Alana setelah itu melepaskan pelukannya walau tidak rela berpisah.
"Jaga diri kamu baik-baik, Al."
"Iya,"
Alana berbalik dengan air mata yang terus jatuh di pipinya, meninggalkan wanita itu di koridor rumah sakit. Sepanjang jalan Alana menangis mengingat dia tak akan pernah bertemu Mama nya lagi.
Alana ingin selalu dekat dengan Mama nya. Alana sangat menyayangi wanita yang sudah melahirkannya itu. Tapi kenapa tuhan selalu menjauhkannya dengan orang yang dia sayang?
Alana menghapus air matanya dan memberhentikan taksi. Di dalam taksi Alana terus menghapus air matanya, tapi air matanya tak kunjung berhenti jatuh dan terus membasahi wajahnya.
♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎
"Bi, Papa masih di luar kota?" Tanya Alana yang tengah duduk di meja makan dengan kedua tangan terlipat di atas meja dan wajah yang bertumpu pada lipatan tangan.
"Iya Non," Alana menatap Bi mun yang tengah memasak sup untuknya.
Alana diam memandangi wanita paruh baya yang tengah sibuk itu."Alana ketemu Mama Bi," mendengar itu Bi Mun menghentikan pekerjaannya dan menatap Alana yang tengah menatapnya dengan tatapan sendu.
"Mama baik ya, Bi? Mama juga cantiiiik banget," Bi Mun diam mendengarkan Alana bercerita.
"Alana kemarin tidur di pelukan Mama, Bi."
"Bi Mun tau gak? Alana seneeengg banget, Alana bahagia Bi, Mama juga nanya keadaannya Alana, Bi." Alana duduk dengan kepala tegak dan menatap Bi Mun dengan pandangan berbinar.
"Bibi tau?" tanya Alana dengan antusias.
"Enggak Non," jawabnya.
"Mama sayang Alana, Bi. Mama bilang sama Alana gini," Alana menghampiri Bi Mun yang tengah menatapnya dengan sendu.
Alana memeluk Bi Mun lalu mencontohkan kejadian kemarin kepada wanita itu, membuat wanita itu meneteskan air matanya.
"Tante juga sayang sama Alana. Mama bilang gitu Bi, Mama gak tau Alana anaknya. Mama gak tau Alana anaknya bi hiks m-mama hiks mama gak kenal Alana, Bi." Alana menangis di pelukan Bi Mun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (REPUBLISH)
Teen FictionCover by me [FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!] Budidayakan meninggalkan jejak seperti VOTE DAN KOMEN! ♡︎♡︎♡︎♡︎♡︎ "Only one day," Alana menatap Bian yang tengah menatapnya. "LO COWOK BRENGSEK BIAN! LO BILANG BAKAL BUAT ALANA BAHAGIA?! TAPI INI APA? LO NYAK...