ALANA --11

4.2K 369 4
                                        

"Kamu jahat Mas! AKU KURANG APA HAH?! TEGA KAMU MAS HIKS TEGA KAMU KHIANATIN AKU. APA YANG KURANG DARI AKU MAS?! KAMU GAK PERNAH SEDIKIT PUN SAYANG SAMA AKU! KAMU GAK PERNAH BENAR BENAR SAYANG SAMA AKU DAN CACA!"

"Kamu salah paham sayang, aku gak pernah khianatin kamu. Aku benar benar sayang sama kamu dan anak kita. Please jangan begini sayang. Aku gak ngelakuin itu semua. Sumpah! Aku gak pernah khianatin kamu."

Bima berlutut di hadapan istrinya yang tengah menangis.
Bima baru saja pulang dari kantor dan terkejut saat mendapati istrinya tengah menangis di ruang keluarga dan jangan lupakan sebuah koper juga berada di sana.

Bima terkejut saat tiba-tiba istrinya menamparnya dan mengucapkan kata cerai yang sangat tidak di sukai oleh Bima. Bima membenci kalimat itu. Dan sekarang kalimat itu keluar dari mulut wanita yang sangat dia sayangi. Bima menatap wajah kemarahan istrinya dengan pandangan heran dan terkejut.

Apa salahnya? Bima makin di buat terkejut saat mendapati beragam foto di atas meja, menampilkan seorang wanita dan pria tengah tertawa di restoran. Foto wanita dan pria yang tengah berpelukan. Foto seorang pria yang membelakangi kamera seperti orang yang tengah berciuman. Dan satu lagi foto yang menampilkan seorang wanita tengah duduk di pangkuan seorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Bima.

Bima melihat foto-foto itu dan terkejut saat mengetahui semua itu salah paham. Siapa yang melakukan ini semua? Kenapa ada orang yang ingin menghancurkannya? Wanita yang ada di foto itu adalah sahabat Bima.

"Sayang ini salah paham. Ini gak seperti yang kamu pikirkan. Ini rekayasa sayang. Aku berani sumpah foto-foto ini gak benar sayang. Percaya sama aku. Aku gak mau pisah, ingat anak kita, dia masih butuh kita sayang." Bima menangis di hadapan istrinya.

"Udah cukup Mas. Aku gak akan pernah kembali sama kamu lagi. Ingat Mas kaca yang udah pecah gak akan bisa balik lagi."

"Aku akan bawa Caca sama aku, kamu gak perlu takut. Aku gak akan pernah halangin hubungan kamu dan selingkuhan mu itu."

Mendengar itu Bima segera mengejar istrinya yang tengah berlari ke arah kamar sang buah hati. Wanita itu membangunkan putrinya dan mengajaknya pergi yang langsung di hadang oleh Bima.

"Gak! Kamu gak boleh ajak anak kita. Aku gak ngizinin kamu bawa dia. Kamu harus ingat dia darah daging aku. Aku berhak atas anak kita." Bima menahan tangan wanita yang tengah mengajak anaknya keluar dari kamar.

"Aku yang lahirin dia, aku yang ngandung dia selama 9 bulan bukan kamu! Aku yang lebih berhak atas Caca!"

"Gak! Selangkah lagi kamu ajak Caca pergi, aku akan buat keluarga kamu hancur."

Anak kecil yang berada di tengah-tengah mereka menatap heran ke arah kedua orang tuanya. Biasanya mereka akan selalu tertawa dan akan mengajaknya pergi bersama-sama. Tapi ini? Mereka justru saling memperebutkan dirinya.

Wanita itu melepas pegangan tangannya pada Caca dan menatap wajah Bima dengan pandangan kecewa.

"Ok, kalau kamu mau Caca sama kamu gapapa, asal jangan sentuh keluarga aku. Aku akan antar surat perpisahan kita. Kamu jaga caca baik-baik. Jangan buat dia nangis," wanita itu berjongkok di hadapan anaknya.

"Caca sayang mama kan?" Tanyanya membuat anak kecil itu menganggukkan kepalanya dengan air matanya yang terus mengalir.

"Caca sama Papa aja ya sayang. Jangan pernah bantah omongan Papa, Caca nya mama anak baik kan?" anak kecil itu mengangguk dan segera memeluk wanita di hadapannya dengan erat.

ALANA  (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang