1. Adoption day

7.8K 445 57
                                    








Note: Tulisan ini hanyalah fiktif/fiksi

Fiksi adalah cerita atau latar yang berasal dari imajinasi—dengan kata lain, tidak secara ketat berdasarkan sejarah atau fakta. Fiktif bersifat fiksi, tidak realistis, atau tidak bersifat nyata.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

murni imaJinasi Areen, enjoy your tour to Byanice world!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Akan ada hari di mana panti asuhan mendadak menjadi sepi setelah hari besar. Byan sudah lama tinggal di panti asuhan ini. Setengah hidupnya— dari yang ia bisa ingat (ia hanya ingat ia mantan pengamen yang terciduk petugas keamanan dan digiring menuju panti asuhan). Ia tak mengenali lagi wajah kedua orangtuanya. Hanya ada suster-suster dan bapak kepala panti yang merawat mereka di sini.

Ah, mengenai hari sepi itu.. Byan seharusnya akan melewatinya lagi. Setiap tahun, di tanggal yang mereka tentukan, akan ada hari bernamakan hari adopsi yang akan mencuci populasi panti asuhan. Banyak pasangan maupun orang dewasa berstatus single datang untuk mengadopsi banyak dari mereka. Dan tahun-tahun sebelumnya Byan hanya bisa melihat satu persatu teman sekamarnya yang sebelumnya mengemasi barang mereka bersama tapi berakhir dengan mereka yang benar-benar pergi sore harinya. Tak pernah kembali. Dan esoknya panti sepi sampai menerima anak-anak baru lagi.

Mereka pergi dengan senyum dan kebahagiaan yang menanti. Mereka beruntung.

Suster selalu mengatakan kepada sisa dari mereka bahwa mungkin mereka belum dipertemukan dengan keluarga yang tepat untuk mereka, suster mengatakan bahwa mereka ingin keluarga yang terbaik untuk mereka.

Byan akan menginjak 9 tahun beberapa hari lagi, dan itu membuatnya cemas. Ia memang bukan yang tertua, ada Zarina yang menempati posisi pertama— ia 16 tahun bulan depan.

Bukan itu, masalahnya adalah karena ia dinyatakan teradopsi oleh sebuah keluarga di hari adopsi. Yang notabenenya beberapa hari sebelum ulang tahunnya.

Byan bingung. Ia tak tahu harus mengatakan apa. Siang itu, di hari adopsi, saat ia sedang duduk terdiam di bangku yang mengarah ke kolam ikan seperti tahun-tahun sebelumnya, seorang pria mendekatinya. Pria dengan rambut disisir rapih, pakaian santai, dan jam tangan yang terlihat menonjol namun begitu terasa teratur.

Raut wajahnya begitu teduh. Byan seakan tertarik untuk berhambur ke pelukannya. Ia telah lama merindukan pelukan hangat.

Pria itu mengenalkan dirinya dengan panggilan papa, nama panjangnya Andrew son Anaies— tapi hanya rekan kerjanya yang boleh memanggil seperti itu, kalau untuknya itu berlaku papah. Harus. Byan agak takut sendiri saat mengingat nada suara papah yang berubah hanya karena ia tak memanggilnya demikian.

If Byanice was adoptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang