"Permisiii, permisi paak, permisii, maaf, permisi," Byan memacu lari kaki kecilnya, ia tak menyangka hari ini akan terjadi. Telapak kakinya yang telanjang menerjang sisi jalan yang sedikit berkerikil, sudah tak pedulikan rasa sakit yang masih sesekali mengejutkannya.
Plastik berisikan jeri payahnya hari itu didekapnya erat-erat di dada.
"Eh, dek! Dek!" Ada banyak rintangan orang dewasa juga di hadapannya. Namun sepertinya mereka lebih baik dari pada membiarkan dirinya tertangkap.
"Jangan lari kesini.. sedang ada pertemuan di dalam." Tak ada jalan lain selain jalan itu, meskipun banyak orang-orang yang berpakaian rapih memiliki tatapan yang cukup mengintimidasinya—paman-paman berseragam coklat lebih mengerikan untuknya!
Jadi dengan badannya yang kecil Byan dengan mudah menghindari sana-sini. Para paman sekuriti itu hanya bisa mencoba menangkapnya dengan lembut karena jelas tubuh ringkihnya terlihat memperihatinkan dibalutan baju lusuh seadaanya.
"Dek, dek, haduh.. dek, jangan main di sini." Saat langkah kaki Byan sudah lebih jauh masuk ke dalam wilayah halaman belakang restauran yang dipenuhi rumput sintetis itu kepalanya menengok ke belakang untuk memastikan.
Paman-paman berseragam tak bisa masuk ke area in ak—
'Bugh'
"Awch," Byan menumbruk sesuatu yang keras namun juga empuk.
dengan tubuh seringan itu Byan mudah saja jatuh dan terbanting. "Maaf, maaaf," Byan hampir melotot saat melihat kaki bercelana bahan menjulang dihadapannya.
maaf pak, By buru-buru.." tapi tak ada waktu untuk bersujud menyesali perbuatannya. Tubuhnya yang baru saja terjerembab itu dipaksa bangun dengan sendirinya.
Kaki bercelana bahan itu dengan kecepatan reflel mendekat dan membantunya menyeimbangkan diri. Perutnya dan punggungnya yang terbantu. Seperti mendirikan sebuah patung manekin. Tubuhnya sedikit merendah untuk melihatnya lebih jelas.
"Hai, kamu gak papa?" Suaranya membuat Byan kecil bergidig. tidak mengerikan. Namun Byan kaget mendengarnya, sudah jarang orang yang berbicaranya dengan nada seperti itu.
"DI SITU PAK!" nah, benar. Ia tak ada waktu untuk memikirkannya. Ia bahkan tak mampu mengangkat kepalanya untuk mengucapkan terimakasih dan maaf lagi.
Tangannya berusaha melepaskan tangan yang lebih besar, saat terlepas dari jerat itu Byan kembali berlari memacu kakinya, menghiraukan semua perhatian orang yang kini tertuju padanya.
"Tunggu, nak," Byan dengan badan kecilnya berlari ke arah lain melewati tamu undangan yang menghadiri acara peresmian siang itu.
Sambil berusaha berlari menjauh,
Byan merasa rindu ayahnya.apa mungkin ayahnya akan datang untuk membawanya pulang lagi?
Sepertinya, memikirkannya saja sudah seharusnya tak dilakukannya.
Ayahnya sudah membuangnya dengan anak-anak lain yang tak punya rumah.
...
"Li, sepertinya anak perempuan gak seburuk itu."
"I KNOW RIGHT??"
...."Can we adopt???? Please??"
-may be a to be continue-
Author's note: Ini permintaan maaf ya belum bisa update reguler kayak biasa:(((( im so hecticc sjsjsjjs tapi akan Areen usahaain okey, love y♡
Ada yang minta tele group, yay or nay?
KAMU SEDANG MEMBACA
If Byanice was adopted
General FictionBagaimana jadinya jika Byan adalah seorang anak yang diadopsi? Cast: Anaies family x Momma Liana