41. Sampai jumpa!

2.3K 234 70
                                    

Komenan part sblmnya bikin ide balik😃 

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Ish, pah, geser sedikit atuh pah.. iiih."

"Aw, Aw itu kaki Genta pa, jangan diinjek.."

"Ken, gak bisa geser sedikit apa?"

"Papah beli tendanya kurang besar, mana muat kalo titan titan kayak Genta, Sean masuk ke sini semua."

"Weh, liat badan dong kak, badan sendiri yang gede gitu nyalahin orang.."

Liana menghela napasnya lelah, melirik tenda yang tertutup rapat karena ia sudah mengusir keempatnya untuk tidur setelah berjam-jam menatapi Byan sambil duduk melingkari ranjang rawat Byan.

Lelah meihat kelakuan anak-anak dan suaminya yang justru semakin malam semaki ribut di dalam tenda mereka.

Byan terelap karena kelelahan saat ketiga kakaknya datang tadi, mereka juga sama khawatirnya, namun saat sang momma menjelaskan bahwa Byan baik-baik saja mereka langsung meleleh di lantai.

Andrew menyarankan menghadirkan sebuah tenda agar mereka bisa menemani Byan di ruangan itu malam ini, ruang rawat itu cukup besar, bisa dibandingkan dengan suit room di salah satu hotel bintang 5 di Jakarta, hanya saja tak ada ruang tamu karena kamar anak memiliki peraturan yang cukup ketat untuk masalah penjengukan.

Tiga bujang itu pengecualian. Mereka hasil selundupan.

"Ssstt.. pah, sudah malam ini loh.." tenda yang tadinya penuh bisik-bisik kini senyap tak tersisa suara.

"Good. Byan bisa bangun kalau kalian ribut terus,"

"Byan gak tidur kok mami." Liana hampir saja melompat dari tempatnya duduk. Byan menyahutinya.

Saat ia menoleh, anak itu tersenyum begitu lebar seakan tangisannya siang tadi adalah hal fana. Liana berpikir bahwa tidurnya sudah cukup mengisi kembali energinya. Liana akhirnya ikut tersenyum juga.

"Kamu mau minum?" Liana sengaja tidak menunjukkan terlalu banyak tenaga, ia ingin Byan juga merasa nyaman dan santai berada di sana.

Byan mengangguk. Liana membantu Byan memposisikan dirinya lebih duduk dengan menegakkan kasurnya.

"Ngerasa baikan?" Byan mengangguk, siang tadi terasa samar-samar. namun lelahnya sedikit berkurang.

Andrew memperhatikan dari dalam tenda, ia berada tepat di tengah, tenda yang belum ditutup itu mempermudahnya memperhatikan dari sana. Ia sengaja tak mengapa Byan dulu. Ia sudah lewat tengah malam, malah lebih dekat dengan fajar, ia tak mau membuat Byan terbangun sepenuhnya di waktu-waktu seperti ini.

Namun nampaknya kesadaran Byan terkumpul sepenuhnya. Anak itu membuka matanya lebar-lebar memperhatikan sekitarnya. Lampu kamar sudah dimatikan beberapa, hanya cahaya remang-remang dari lampu di atas nakas yang terisisa.

"Kamu gak mau tidur lagi?" Liana menyisihkan anak-anak rambut yang menutupi wajah Byan.

Byan menggeleng menjawabnya. Liana sebenarnya tahu bahwa Byan telah terbangun sepenuhnya, ia hanya ingin memastikan—karena nyatanya tenaganya lah yang sudah kehabisan. Mereka memang mengambil cuti bersama besok, namun ia juga butuh tidur sebentar untuk malam itu.

If Byanice was adoptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang