"Kamu ngapain aja sama kakek, By?" Byan yangs edang mengunyah potongan apelnya mendongak untuk berpikir tentang pertanyaan yang ditanyakan papahnya itu.
"Coba naik kuda!! Byan masih nama loh, pah, namanya Uni (baca: yuni) Kepanjangannya Unicorn! Soalnya selain warna putih buntutnya punya warna keunguan, kayak kudanya princess sofia."
"Wahh, kamu yang kasih nama??" Genta bertanya karena ikut penasaran, ia belum pernah benar-benar diajak berkuda apa lagi menamai seekor kuda oleh kakeknya. Mereka kan LDR.
"Iyah, kata kakek kudanya buat Byan.. jadi Byan kasih nama.." Liana yang kini terkejut. Kalau Andrew sih sudah lelah terkejut. Perjalanan di dalam mobil yang sedang menuju rumah mereka itu menjadi ajang interview yang dibintangi Byan sebagai korban yang baru saja hilang setengah hari.
"Kamu sudah bisa naik kuda?" Andrew penasaran apakah yang kali ini Byan juga dengan mudah menaklukkannya.
"Em! Bisa naik, bisa mengendarai kuda juga! Kakek bilang kalau sering latihan Byan mungkin bisa ikut lomba.."
"Waaah.." yang mereka tahu pasti bahwa Byan yang kecil itu besar potensinya dalam berbagai macam aktivitas luar ruangan. Byan selalu menonjol dalam hal itu, dan Byan menyukai alam tanpa harus disebutkan bagaimana.
Robert mendengarkan sesekali mengangkuk membenarkan di kursi sebelah driver, tangannya memegang erat pegangan di atasnya. Nonanya memang hebat. Tak sepertinya yang langsung terkena kibasan ekor kuda di detik pertamanya menapakkan kaki di sana. Memalukan.
Itu mengapa moodnya tak terlalu bagus di sana.
"Kamu berenang juga??" Byan mengangguk semangat. "Ada kak Guru!"
"Kak Guru?" Nama itu sedikit janggal terdengar di telinga mereka.
"Kakak guru yang ajarin Byan berenang, em.. gak berenang juga sih.. Byan baru diajarin mengapung soalnya kata kakek kolam renangnya dalam banget.. 3 meter?" Lagi-lagi waah terdengar berjamaah. Sean menelan salivanya bulat-bulat, itu kolam yang dilihatnya tadi sebelum mereka pulang, ada dua sisi dan sisi yang terujung memiliki peringatan karena dalamnya yang tak masuk akal untuk kolam sebuah Villa.
Dan yang Byan maksud kak Guru adalah seorang guru renang.
"Kamu capek?" Hanya itu yang terlintas di pikiran Liana. Dari semua cerita yang didengarnya, hari itu jelas panjang untuk Byan. Byan menguap sebentar. Apel yang ditawarkan untuknya lagi ditolak halus.
"Hm.. lumayan." Jika Keenan yang berada di posisi Byan, ia pasti sudah mengeluh sana-sini. Karena jelas aktivitas yang terlalu menguras keringat dan mendapat sorotan terik matahari sangat bukan kesukaannya.
Ada yang Liana tangisi diam-diam dalam hati, yaitu kulit Byan yang menggosong walau tak begitu terlihat seperti terbakar sinar matahari. Mereka seharusnya mengoleskan sunblock terlebih dahulu sebelum membiarkan bayinya bermain di lapangan. Bahkan Liana bisa mengetahui baju apa yang dipakai Byan sebelum ini karena bekas cetakan di mana dua kulit yang berbeda warna bertemu.
Liana mengusap Byan perlahan untuk membiarkan anak itu beristirahat di pangkuannya. Biarkan percakapan tentang sunblock ini akan dilanjutkannya lewat panggilan telepon lain hari.
📞📞📞
"Seharusnya papah oleskan sunblock dulu di seluruh tubuh Byan sebelum biarin Byan aktivitas di luar..Lihat kulitnya sekarang, jadi belang dan kemerahan.. hhh.. mungkin Liana terlihat kurang memperhatikan Byan karena jadwal bekerja Liana masih ada di jam normalnya, tapi papah harus tahu.. bahwa Liana adalah ibunya. Liana juga punya cara Liana sendiri dalam memperhatikan anak-anak Liana.
Liana harap papah gak begini lagi lain waktu.. Juga, tentang hari libur Byan, seharusnya hari ini jadi hari libur dia seutuhnya karena hari minggu dia masih punya jadwal untuk klub sepak bola."
KAMU SEDANG MEMBACA
If Byanice was adopted
General FictionBagaimana jadinya jika Byan adalah seorang anak yang diadopsi? Cast: Anaies family x Momma Liana