S2: Bertemu nenek penyihir: Sial?! Sial.

1K 131 18
                                    

hallow. 
Kalau kalian merasa pas baca part kemarin itu berantakan, kalian boleh coba baca ulang yaaa🥹

Kemarin ke save yang belum ter-revisi🥲

Twrimakasyi sudah menanyakan kabar Areen, kalau kalian apa kabar?

Bagaimana hidup dan perjalanan pendewasaan kalian?🙋‍♀️Hihi.

...

Happy Reading!

...

Sore itu Byan mau tak mau ikut dengan sang momma. Tentu tidak hanya dengan perkataan, ada sedikit pemaksaan karena momma mengapit lehernya dan membuatnya berjalan sedikit menunduk, tinggi mereka hampir sama, Byan itu definisi bontot yang sesungguhnya.

Akhirnya ia masuk mobil sang papah dengan cuma-cuma. Hanya ada dirinya di kediaman itu hari itu. Kakak-kakaknya belum kembali dari aktivitas mereka. Ia tak bisa meminta bala bantuan, jangan sebut lagi nama Robert, Byan sudah tak mengenal laki-laki yang hanya bisa menuruti perintah anggota keluarganya itu. Ia dalam bencana Robert malah membantu membawakan barangnya, kurang ajar. Lihat saja nanti.

Ia terus mendumal, tapi entah apa yang merasuki mommanya. Sepertinya tidak ada ampun baginya sore itu. Katanya ini untuk menebus dosanya yang sering membolos dan pergi tanpa memberi tahu mommanya—mengakibatkan sering terjadinya situasi panik satu rumah.

Byan sudah tahu, jika membuat skenario di kepalanya tentang berlari kabur mereka pasti bisa membacanya, itu akan menjadi tindakan bodoh yang gagal dilakukannya. Tapi ia juga merasa tak bisa memasrahkan dirinya. Ia jujur sekali tak mau ikut! Timur tengah, timor-timur, timur leste. Tidak, terimakasih, keputusannya sudah bulat. 

ini terdengar dramatis, tapi siapa yang tidak merasa takut?? Hah?! Kunjungan terakhirnya ke dokter adalah pemeriksaan alerginya yang mengharuskan sebuah jarum pendek namun tebal dengan badan yang tak kalah tebalnya ditusukkan ke lengan dalamnya. Siapa yang mau mengulang adegan traumatis itu???? BUKAN DIRINYA. 

Iya, ia sudah dewasa, empat belas tahun.. Ia juga cukup tinggi.. terlalu tinggi? TAPI. tak ada satu pun orang yang tidak memiliki rasa takut. Byan kepalang panik, ia sudah tak lagi perduli citra dirinya yang irit bicara akhir-akhir ini. Ia hanya perlu bicara untuk meyakinkan maminya. 

Lantai demi lantai terasa bergulir lama menguliti tingkat kepercayaan dirinya. Demi kerang ajaib, ia biasanya pergi untuk mendapat vaksin itu 6 bulan sekali. Dan itu biasanya berbarengan dengan jadwal kakak-kakaknya. Ia bisa membagi rasa khawatirnya. Sekarang?? Papahnya bahkan sama sekali tak membantunya, ini semua karena papahnya. Byan sudah sedikit putus asa untuk tetap pada sifat bawaannya.

Awalnya hanya sebatas pertanyaan yang mempertanyakan rasa cinta sang mommy untuknya, lama-lama itu terdengar seperti sebuah rengekkan dan Byan sudah tidak menahan dirinya lagi.

"Mami gak bole gini doong, ini namanya pemaksaan tauk, huhu.. aku sedih, Miii.. Mamiii.." Liana sebenarnya sedikit ingin mengakak, Byan yang seperti ini kan jarang-jarang, semenjak anak itu memasuki masa pubertas Liana jadi banyaknya diacuhkan, hah, sekarang liat siapa yang mencoba mengambil perhatiannya. Apa lagi melihat muka suaminya yang sepertinya terkejut melihat kelakuan Byan yang sangat out-of-the-box di dalam elevator yang akan membawa mereka ke lantai klinik Julian. 

Andrew tidak berani menjegal Byan, itu menyakiti hatinya (katanya). Halah, padahal Liana hanya tahu suaminya itu tidak ingin jadi objek yang akan dimusuhi Byanice setelah ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

If Byanice was adoptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang