20. Momma gak asik!

2.7K 244 9
                                    





"Sakit kan, giginyaa?" Byan mengangguk, sedetik kemudian ia menggeleng.

Gigi gerahamnya sakit bukan main, sebenarnya saat di panti dulu suster sarah sudah membantunya dengan membuatnya berkumur dengan air garam, namun sepertinya rasa sakit itu kembali.

Saat memakan ice creamnya sepulang dari mall tadi Byan malah merasa sakit yang amat-sangat nyuut karena lembutnya ice cream vanila justru menekan giginya yang berlubang.

Mommanya mendadak khawatir saat Byan justru semakin mendusal dan menyerahkan cup ice creamnya yang tersisa setengah. wajahnya merengut menahan sakit setelah itu.

Liana tidak mengetahuinya, namun lama-kelamaan insting keibuannya lagi-lagi berbicara. Saat ditanya pertama kali Byan mengiyakan, tapi saat dokter gigi ditawarkan kepadanya Byan buru-buru menggeleng seperti orang kebakaran jenggot dan berpura-pura tak ada apa-apa.

1 jam, 2 jam. Ia kira akan usai, namun sudah menjelang malam rasa sakitnya sudah tak bisa ditahannya lagi, papahnya juga sudah menjelaskan baik-baik. Tapi Byan takut.

Jadi ia tak bisa mengatakannya. Kakak-kakaknya ikut meringis menonton adegan dirinya yang uring-uringan di ranjangnya.

Liana mendesis gemas. Ia juga sedikit menyesai tak lebih cepat membawa Byan untuk kunjungan ke salah satu klinik dokter gigi langganan mereka, jika sebelum sakit Byan sudah memeriksakannya mungkin tak akan jadi sefrustasi ini. Nyatanya Byan juga ada ketakutan menghadapi dokter yang lain.

"Kita pergi malam ini." Keempatnya terkejut. Benar bukan cuma Byan yang terkejut.

Keenan, Genta dan Sean yang sejak tadi menonton pun sepertinya akan menjadi korban.



"MOm?? KIta???" Genta menunjuk dirinya dan dua saudaranya yang lain yang sedari tadi berpencar di kamar Byan. Liana mengangguk tenang.

Byan menggeleng untuknya, Byan ingin menolak.

"Well, kalau kita gak pergi berarti gak ada latihan sepak bola juga untuk Byan kedepannya."

"Momma gak asik!" Seru Byan sedikit tak jelas, kekuatan yang datang tiba-tiba membuatnya bangkit dari posisi menunggingnya yang tadi digunakan untuk meredakan rasa nyerinya dan kini duduk tegak menghadap ke arah sang momma.

"Lho, kok gak asik? Mana ada orang sakit gigi gak asik, pilihan untuk Byanice. no dentist, no football. Kakak-kakaknya juga, gak ada yang salah kita datang lebih cepat."


...



Mereka biasanya mengunjungi dokter gigi 6 bulan sekali, sesuai anjuran minimal, karena KEETAN tak begitu memiliki masalah yang serius pada gigi mereka. Jadi 6 bulan sekali selalu cukup.

Namun kini sepertinya mereka datang lebih cepat karena Byan pastinya tak bisa mengikuti jadwal rutin mereka.

Antrian itu tersisa beberapa, mereka datang sedikit terlalu malam tapi Andrian, sang dokter masih mau menyetujui janji yang mereka buat.

Mereka berada di antrian terakhir tentu saja.

"Pah, coba liat, kemarin aku si sempet ngilu cuma ga parah sih," Genta membuka mulutnya lebar-lebar di hadapan sang papah.

Posisi mereka kini duduk berjajar di kursi tunggu. Dengan urutan sang momma yang memangku Byan yang sejak datang tak ingin diturunkan di ujung dekat dengan pintu praktik yang tertutup. Dilanjut Sean yang bersandar pada bahu sang ayah yang sibuk menyerongkan dirinya untuk melihat jelas apa yang Genta berusaha sampaikan padanya. Dan terakhir ada Keenan yang mengaku bosan karena terjauhi dari kedua orang tuanya. Adik-adiknya (baca: kecuali Byan) memang jelmaan Setan! Ia pasti mendapat tempat terasing. Karena di saat seperti mereka akan begitu menempel dengan kedua orang tua mereka.

If Byanice was adoptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang