GAUSA CPT CPT VOTENYA AAAAAARGHH
.
.
.
.
.
.
.
.
Byan bertengkar dengan Genta.
Itu yang terjadi.
Liana sudah menanti saat-saat ini akan tiba. well, kenyataannya sebaik apapun ikatan saudara, mereka akan bertengkar juga.
Justru itu bagus, karena mereka mempertahankan pendapat mereka masing-masing dan mengadunya jadi satu. Mereka memiliki pendapat yang berbeda. Namun tidak sampai menghasilkan air mata, Liana tidak akan menyukainya.
"Why, why? Kenapa? Ada apa?" Liana baru saja tiba seusai bekerja menghadiri beberapa conference. Bajunya bahkan belum sempat berganti karena panggilan dari John yang mendapat kabar dari Robert tentang situasi yang kurang mengenakkan antara Byan dan Genta.
Setelah hari di mana Byan pulang tertidur dalam pelukan papahnya, Liana belum menemukannya menangis lagi.
Dan sekarang anak itu menangis, wajahnya memerah menahan emosi. Saat tangan Liana menyuruhnya untuk mendekat, ia bersikukuh berdiri di tepi ruangan. Jauh dari jangkauan kakak-kakaknya yang sepertinya sedang dalam emosi yang meledak-ledak juga.
Selain Byan dan Genta, ada Sean di sana. Berada di pihak Genta. Entah apa yang terjadi.
Liana menjadi satu-satunya yang duduk di sofa luas itu, memperhatikan dua kubu yang sedang bersituru. Alot.
"Kenapa? Genta take a seat. Sean juga." Liana akhirnya menyerah membawa Byan duduk terlebih dahulu, kakaknya harus bergerak duluan.
Genta dan Sean berjalan pelan ke bagian sofa yang ditunjuk oleh Liana. "Byan? Gak mau duduk? Oke." Liana bermaksud menawarkannya untuk mengusap perlahan wajahnya yang penuh peluh dan air mata. Namun Byan tak mau, jadi ia biarkan.
"Ada apa?" Pertanyaan itu membuat ruangan terasa berlipat-lipat tegang. Tengah hari begini biasanya maid akan berlalu lalang menyiapka makan siang, namun kali itu sepi. Seakan waktu dipersilahkan untuk mereka membuka sidang ini.
Genta menatap mata maminya dengan berani, Sean tak begitu terlihat mendesak sesuatu namun sepertinya ia setuju dengan Genta. Tapi belum ada yang mau membuka suara.
"Kenapa?" Robert bersembunyi di belakang salah satu pilar, fokusnya tertuju pada sang nona muda. Ia tahu tak ada yang salah, baik Genta dan Byan memiliki alasan mereka masing-masing.
"Mau mami serahkan ke papah?"
"Genta cuma kasih tau dia, mom!" Papah Andrew bisa lebih menyeramkan jika sudah serius.
Byan sedih, namanya digantikan dia, kak Genta bensr-benar marah.
"Kasih tau dia apa?"
"Buat berhenti melakukan pekerjaan para maids. It's their job. Byan gak seharusnya kecapean gara-gara bantuin segala pekerjaan Maids."
"Dia juga ga seharusnya ngabaiin kita."
"Yes."
"Aku gak kecapean! Aku gak ngabaiin kakak-kakak juga!" Byanice seems frustated. Byan frustasi dengan kalimat kakak-kakaknya.
"You are! Its okay kalau sebentar, tapi dia ngelakuin semuanya mii, its maids, mereka dibayar untuk itu kan? Mereka bekerja di sini."
Liana sedikitnya memahami maksud Genta. Namun mengenai membantu pekerjaan maid adalah hal yang tak bagus, itu tak sepenuhnya benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Byanice was adopted
Fiksi UmumBagaimana jadinya jika Byan adalah seorang anak yang diadopsi? Cast: Anaies family x Momma Liana