32. it's only a big family

2.4K 298 26
                                    

Setelah Byan tak berhenti bersin sejak Robert mengangkatnya dari taman, dokter keluarga di panggil untuk sebuah keadaan darurat.

Andrew dan Liana sama-sama panik saat menemukan kegaduhan kecil di sisi lain rumah itu, Robert dan Kim berjalan tergesa dengan Byan yang diangkat oleh Robert dan kepalanya terus menunduk dan mengejan untuk bersin.

Tangan dan hidungnya memerah, matanya berair. Mana tega Andrew marah meskipun Byan melanggar janjinya.

"Mm.. maaf, hiks, Hatchi!" Byan juga tak tahan dengan rasa gatal itu. Ia didudukkan di tengah sofa panjang dengan Sean dan Keenan di masing sisinya, membantu mengompres tangan  Byan dengan air dingin karena Byan dilarang keras untuk menyentuh, apa lagi menggaruknya.

Genta berada di sofa yang sama, ia duduk di samping kakak pertamanya dan hanya bisa terdiam. Baru pertama kali menyaksikan gejala alergi yang meenyebar begitu cepat.

Pemeriksaan itu berjalan cepat, Dokter keluarga itu hanya tersenyum hangat saat menjelaskan, dan mengatakan akan mengirimkan resep obat dan salep yang mungkin Byan butuhkan.

Dokter juga mengatakan pada Byan bahwa itu bukan salahnya, karena Byan terus mengatakan maaf, padahal  alerginya bisa jadi keturunan dari gen orang tuanya. Kompres itu termasuk pertolongan pertama yang membantu, dan semua tanda yang ditunjukkan memang umum dialami jika ada pemicu alergi, dan dalam kasus Byan, bulu hewan lah penyebabnya.

Byan sudah berpindah tempat menjadi di pangkuan Liana saat dokter pamit meninggalkan ruang tengah yang justru kembali menjadi ramai karena tangisan Byan.

Tuan dan Nyonya Kennedy kembali turun karena dikabari oleh Kim. Bahkan Aunty Milly, Uncle Ben, tante Nora dan om Loui kini ada di sana.

Suasana jadi kembali sepi karena mereka memilih mengamati Byan dari pada ikut panik yang malah akan membuat suasana tak karuan, lagi pula Byan tak membosankan untuk ditonton.

"Maaf.. hic." Byan memperhatikan tangannya yang memerah dan terasa begitu gatal meskipun kini ada rasa bahal yang mencampur karena es kompresan tadi.

"Mana lagi yang gatal, hm?" Liana mengusap ikut memperhatikan dengan baik tedua tangan Byan. Sambil berpikir dan merasakan, Byan mengulum bibir bawahnya yang terasa asin karena air mata. Hidungnya memerah karena bersin terlalu sering. Andrew membantu mengusap perlahan hidungnya dengan kain lembut agar tidak terluka.

Genta ingin tertawa karena adiknya terlihat sangat lucu. Namun mengingat alergi itu mungkin saja terasa menyakitkan untuknya  jadi ia menahan tawanya.

"Aku ada salep yang biasa dipake kalau Winnie lagi alergi gitu, kak. Sebentar ya, aku call — buat bawain ke sini."

"Thanks, Nor."

"Sebenarmya tadi itu terlalu dini untuk memanggil seorang dokter.." Andrew menyuarakan pendapatnya, ia dan Liana juga pernah menghadapi anak yang mengalami alergi.

"Dokter lebih tahu, begitu diperiksa dia tahu apa yang harus diberikan sesuai dosis, itu lebih aman."  Tuan Kennedy menjawabnya dengan begitu lugas.

Andrew mengangguk, benar. Yang ia khawatirkan Byan akan menjadi tak nyaman seperti saat mereka mengunjungi Julian. Namun ternyata Byan biasa saja, malah menunjukkan kedua tangannya sambil menekuk bibirnya dengan wajah yang sudah basah karena air mata.

Ben yang berada di sofa seberang hanya menyemangati Andrew lewat senyuman. Mereka semua tak masalah jika Byan begitu diperhatikan, Andrew tak perlu merasa bersalah. Justru seharusnya bersyukur akan itu, bukan begitu?

"Byanice, masih gatal-gatal?" Byan yang ditanya mendongak, mata basahnya bertemu dengan Nyonya Kennedy yang memiliki nada suara seperti milik ibunya namun lebih besar dampaknya.

If Byanice was adoptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang