13. Tangan kecil tidak seperti tenaganya

3.4K 304 43
                                    




Halo, selamat malam sabtu, semoga terhibur sedikit kangennya, ya💛

Maapin kalow ada—banyak typo oke 👍🏻
———————————————————


Saat mendengar kabar Byan yang terlibat perkelahian, Andrew tidaklah kaget.

Tapi istrinya tentu sangat panik, mereka yang baru saja memulai rapat hingga menunda rapat itu dengan sangat menyesal.

Bukan karena takut Byan menyakiti anak lain, tapi sangat takut jika Byan yang tersakiti. Gadis kecil itu tak akan menyerang jika tak ada alibi kuat. Dan Liana yakin sekali dengan itu.

Jika mobil yang dikendarainya ini sampai Andrew akan langsung mengatakan ia bangga akan Byan.

Tapi jelas tak ia katakan kencang-kencang yang nantinya bisa menggugah amarah sang istri tercinta.

Andrew sudah mengamati putrinya sejak mereka pertama kali bertemu. Dari latar belakang Byan yang tak terisi kenangan manis pun sudah bisa tertebak jika gadis itu bukanlah gadis manis biasa yang hanya akan bersembunyi jika wilayah radarnya dicemari.

Dia seperti kucing kecil, terlihat begitu rapuh, namun banyak yang melupakan jika dia juga memiliki cakar.

Mereka berjalan tergesa, Liana sudah menanggalkan jas kerjanya, lengan kemeja coklatnya sudah ditekuk hingga siku, mulutnya tak berhenti merapal doa dan kata-kata kutukan kecil mengenai bangunan yang mereka pijaki. Iya, di hari keduanya bekerja lagi Byan malah membuat terobosan.

"Mamah sudah bilang kan, untuk sekolah ini.. mamah gak yakin. Gimana bisa mereka biarin dua orang anak kelas 3 berantem, pah.." Andrew hanya bisa mendengarkan.

Jalan mereka yang tergesa dengan Alfa, asisten pribadinya mengikuti membuat Andrew tak mungkin menenangkan istrinya.

"Dari semua lorong ini.. mamah sudah berperasangka gak enak. Gak normal dong buat sekolah dasar bangunanya dibangun kayak tembok penjara?!" Beberapa satpam bahkan guru yang tak sengaja berpapasan dengan mereka hanya berani menunduk. Liana jelas nampak begitu berwibawa tanpa harus berteriak di depan banyak orang yang ditemuinya.

Istrinya itu.. "PAPAH?!" Andrew mengerjabkan matanya, ia menengok dan mendapati istrinya berdiri depan di pintu lain, Andrew menggelengkan kepalanya, ia melamunkan istrinya sampai mereka terpisah.

Andrew, oh god.

"Sorry," Alfa mempersilahkan tuannya untuk berbalik arah mengikuti istrinya. Well, Andrew sedikit merasa tak profesional di sini.


Mereka sampai di ruangan konseling, perhatian beberapa orang di sana langsung mengarah ke arah mereka, dan keduanya langsung merasa begitu bersalah saat menemukan Byan yang berdiri sedikit terasing di depan meja pemilik ruangan. Orang tua anak yang terlibat masalah dengan Byan sudah sampai lebih cepat dari mereka.

Liana mengabaikan sapaan tiga orang penting di sana. Ia hanya mempedulikan Byannya. "Hai, sayang, kamu baik-baik aja?" Liana merendah untuk menyamakan tingginya dengan Byan yang masih belum mau mengangkat kepalanya. ia menangkup wajahnya dan melihat ada sebuah lebam di pipinya yang cukup kontras dengan warna kulitnya.

Andrew melangkah masuk setelah memahami keadaan di hadapannya. Ia juga membalas bungkukan sopan kepala sekolah dan kedua guru lainnya.

Anaknya tak menangis, justru yang terlibat sedang mengusap air matanya, duduk di tengah-tengah apitan kedua orang tuanya dengan wajah yang sedikit membiru di bagian dagunya.

Andrew membalas tatapan menghakimi wali murid di hadapannya. "dia baik-baik aja? Apa yang sudah dibuat anak saya?" Sebelum ikut menghampiri Byan Andrew malah menanyai keluarga di hadapannya.

If Byanice was adoptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang