35. Scout

2.2K 266 20
                                    

HAHAHAHA HALO AP KABAR, ekhem.

anyways..

.

.

.

.

.

Ruang keluarga

"Apa itu?" Liana sebenarnya belum menaruh curiga dengan gerak gerik Byan yang sejak tadi menyembunyikan sebelah tangannya di belakang tubuhnya. Ia baru saja selesai mendengarkan cerita Sean tentang penelitian terbarunya bersama kelompok belajarnya, anak itu galau berat.

Byan tersenyum malu saat akhirnya perhatian momma terlempar untuknya, ia melangkah mendekat dari belakang sofa. Sean menegakkan posisinya yang tadinya berbaring mempatkan kepalanya di pangkuan sang momma.

"Surat izin orang tua untuk eskul.." Byan baru selesai mandi sore, wangi bedaknya masih tercium harum.

"Bukannya kemarin sudah ya sayang, pramuka?" Liana berfirasat tak baik. Kemarin-kemarin saja saat izin pramuka dikeluarkan mereka sampai berusaha membuat Byan terlupa, namun tetap saja di akhir Liana sendiri yang malah tak tega jika tak mengizinkan Byan mengikutinya. Lagi pula pramuka bukan kegiatan yang buruk... Ya, pukul saja dirinya kemarin-kemarin karena sampai sekarang Liana pun masih belum selesai menyesal dengan keputusannya.

Kali ini apa lagi..

"Ini second optionnya mamii.." wajah Liana terlihat begitu bingung. Robert berusaha menghindari tatapan matanya dari ujung ruangan dengan gugup. Kosa kata Byan bahkan sudah mencapai 'second option'. Anak itu tak main-main. Tatapannya bahkan sudah beralih mode seperti anak kucing yang minta diselamatkan.

"Ada second option juga? Emangnya kamu mau ikut apa?" Liana menarik lembut pergelangan tangan Byan agar lebih merapat padanya. Selembaran itu beralih tangan. Sean ikut menengok, dan mereka membacanya bersama.

"TAEKWONDO, WHAT?!?" Sean yang berteriak. Liana pun sama kagetnya, matanya terbelalak.

Byan menujukkan deretan giginya yang rapih tertata.

...

Satu minggu yang lalu

"Kita main ke taman aja yuk, nanti kita pikirkan lagi setelah main." Kabar duka dibawa oleh Byan sepulang sekolahnya. Mereka merencanakan makan siang bersama setelah minggu yang sibuk oleh kegiatan masing-masing, itu lah yang menjelaskan mengapa mereka bisa berada di sana siang hari untuk menyambut Byan pulang dari sekolahnya-yang ternyata membawa kabar duka bagi mereka semua.

"Aku suka pramuka!" Byan mengangkat tinggi tinggi lembar persyaratannya.

Keenan menghembuskan napasnya, tempat duduknya yang paling jauh dari Byan. telapak tangannya terbalik menengadah memberi gestur menyerah pada sang papah, Keenan sebenarnya bisa saja langsung mengatakan tidak, namun papah Andrew mencegahnya dan berbisik untuk menyerahkan itu padanya.

"Byan.. jujur, papah belum pernah sekalipun mendapat kejutan dari anak papah tentang keinginannya mengikuti eskul apa lagi yang begini ekstremnya... out door, lagi." Andrew menangis dalam hati, menarik Byan perlahan ke sisinya karena istrinya terlihat bisa saja meng-ngap Byan detik itu juga. Byan bisa saja menjadi matang di bawah sinar matahari, bukannya tidak menyukai warna kulit gelap atau sebagainya, membuat Byan terlalu berani juga tak baik, ia juga bisa saja dipecat ayah mertuanya.

"Duh bisa gak sih sekolah ngadain kegiatannya yang bener bener aja, kemaren sudah main bola sekarang mau jadi anak pramuka?? Mommy yang ketar-ketir naaak, ya tuhan Byanicee.." Liana memijat keningnya. Byan tahu ia tak punya hak untuk memaksa, ia hanya bisa memohon.. namun melihat ekspresi tak suka mommanya, Byan rasa ia harus menyerah..

If Byanice was adoptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang