If Byanice was adopted

3. Nightmare

btw, gais. kalo kalian baca lagi part 1 Umur Byan aku ganti ke 8. Ehehe. Tdnya mau lebih kecil, cuma dari awal pemikiran akunya udah kayak pinter banget anaknya. Jadi dikuragin sedikit, 12 kebesaran keknya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Selamat membacaaa!

Mmf typo, sebagian dr hidup.

Apdet ini dulu yah:33

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Byan selesai. Ia sudah memakai pakaian yang dipilih langsung oleh momma. Sebuah piyama berbahan katun lembut dengan tulisan Daddy's Daughter di perutnya. Liana tersenyum puas melihatnya, meskipun lengan dan bagian pinggangnya harus dilipat sekali karena itu ternyata terlalu panjang untuk badan Byan.

Rambutnya sedang disisiri halus di depan sebuah meja rias dengan momma berdiri di belakangnya.

Byan tak ingat kapan terakhir kali ia memotong rambut dan disisiri begitu telaten seperti ini. Suster yang berjaga selalu sibuk membagi tangan mereka untuk banyak anak lain. Tak cuma dirinya yang perlu diurus, begitu kata mereka.

Tapi melihat Liana yang terlalu suka menyisir rambutnya hingga memakan waktu lama membuat Byan jengah juga. Byan mulai bergerak gelisah, bunyi perut menyelamatkannya.

Liana terkekeh, meletakkan sisir yang tadi dipegangnya sebelum menatap Byan. "Momma lupa kamu butuh makan malam.. habis rambut kamu panjang sih, kakak-kakak kamu mana ada yang rambutnya sepanjang ini, lembut lagi🥺." Byan tersenyum.

Ia masih belum terbiasa memanggil nama-nama di sana, jadi ia hanya tersenyum ramah dan mengucapkan terimakasih setiap kali ada hal baik datang.

Liana merusak gemas tataan rambut Byan.

"Ayo, makan," Tadinya Liana berniat akan mengangkat Byan kembali ke pelukannya, tapi anak itu secara sengaja meloloskan tubuhnya. Menggeleng sopan.

"Byan bisa jalan, m-mom." Liana kecewa pemirsah. Anak-anaknya yang lain padahal masih selalu meminta digendong jika memungkinkan. Bayangkan saja mereka yang semuanya lelaki. Tapi karena Byan berani memanggil namanya, ia tak begitu masalah.