18. lanjutan 9 Tahun

2.4K 241 19
                                    

selamat ulang tahun buat yang lagi ulang tahun wkwkwk.


apdet cepet, yey!

——————

Banyak temannya yang menghadiahi pelukan dan tepuk tangan saat ia kembali— dari pada ikut membanggakan aksinya tadi Byan malah sibuk mengapresiasi teman-temannya di lapangan tadi. Permainan mereka bisa berjalan mulus juga karena kerja sama tim mereka yang bagus.

"Congratulation to youu.." Byan selalu memutar balikkan pujian yang masuk untuknya.

"CONGRATULATION TO US!!" Jeritnya bersemangat. Semuanya berpelukan dalam satu liangkaran, Miss Eva terlihat kelabakan karena pesan dari ibunda salah satu muridnya membuatnya tak bisa bersantai melihat mereka selebrasi sebegitu ketatnya -ketat menebar afeksi maksudnya-

"Oke..oke.. that's enough kids. Cukup," mereka mendesah hampir berjamaah, sedang seru-serunya menikmati euphoria kemenangan padahal.

"Kalian sudah berusaha yang terbaik hari ini, kalian sudah bermain hebat hari ini, tapi kita juga harus tetap peduli tubuh, oke? Kalian pasti capek. Jadi ayo semua duduk dan biarin Coach Levi dan kawannya bantu kalian bersih-bersih dan obatin luka kalian kalau ada. Orang tua kalian sudah menunggu di ruang tunggu gedung utama, bisa dipahami??" Mereka serentak menjawab bisa, ada yang masih bersemangat ada juga yang sudah melemas efek selebrasi mereka yang terpaksa disudahi.

Mereka bubar untuk duduk di hadapan loker masing-masing yang terisi oleh barang mereka masing-masing. Hanya Byanice yang tetap berdiri di tempatnya dengan ekspresi rumit menatap sang Miss yang berjalan ke arahnya dengan kotak P3K di tangannya.

"Kenapaa??" Sudah bersama Byanice beberapa hari ini membuat Eva mengerti banyak tentang anak itu.

"Miss bubarin kita lagi selamat-selamat gara-gara momma, ya!" Ekspresinya sangat lucu, baginya mungkin mencoba menakutkan agar bisa menggertaknya bahwa ia tak menyukai yang diterimanya, tapi bagi Eva ia justru seperti melihat Byan yang merajuk padanya.

"Kemari.." Eva duduk di bangku dekat loker milik Byan. Mengabaikan pertanyaan yang jika dijawab sebenarnya ada benarnya juga.

"Kemarii Byanicee.. kita harus bersihin luka kamu, atau itu mungkin infeksi."

"Miss Eva!" Byan menyebut namanya. Wajahnya masih sama merengut, tangannya lebih aktif menghentak seirama dengan sebelah kakinya.

"Byanice!" Eva memanggil balik. Bukan nada yang tegas, ia hanya memanggil Byan agar anak itu bertambah kesal, wajah kesalnya sangat menggemaskan untuk dilewatkan.

"Ish, miss Evaaa." Persimpangan seperti tercetak di dahinya.

"Kemarii, Byanice.. panggilan terakhir ya, kalau kamu masih disitu dihitungan tiga Miss minta tolong coach Levi untuk angkat kamu kesini." Coach Levi yang sedang sibuk membantu temannya melirik ke arahnya dengan senyum lebar, Byan bergidig— coach Levi seperti ayahnya sangat menyukai kegiatan mengunyel-ngunyel dirinya. Byan tak suka.

Jadi dengan langkah terpaksa dan menghentak kecil sebagai tanda tak-kebersediaannya Byan berjalan mendekat ke arah gurunya.

"Kemariii.." Eva membawa Byan agar duduk di sampingnya.

"Kenapaa, kamu selalu gak suka kalau momma minta tolong sama miss? Itu tugas miss, Byanice. Juga, kalian butuh istirahat, momma gak salah buat minta kalian dipulangkan lebih cepat." Byan tak menjawab. Tapi sepertinya ia mendengarkan karena sepatunya menggesek lantai lebih intens.

Miss Eva mengusak rambutnya gemas. "Nah, biar miss bersihkan lukanya."

Byan memperhatikan gurunya yang menyingkap sedikit celana pendeknya. Miss Eva mendesis, dengan cepat mengeluarkan sebuah botol air dan menatapnya. "Luruskan, tahan oke?" Byan mengangguk. Air itu mengalir membasahi lututnya.

If Byanice was adoptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang