children day yang diwarnai boomingnya nama Byan menjadi perbincangan netijen negara, sampai pemberitaan lokal, kekekeke
...
Byan dengan sepasang kruk.
Andrew kira perpaduan itu akan membuat Byan sedih dan menggiringnya untuk lebih banyak berbaring dan mengistirahatkan dirinya, namun nyatanya ia salah. Salah besar. Banyak laporan yang diterimanya semenjak datang ke negara ini, dari mulai video, foto hingga facetime yang menunjukkan kelakuan Byan yang justru makin enerjik.
Kruk itu malah membuatnya lebih semangat menjalani hari, melompat sana-sini, bahkan mempersembahkan banyak atraksi dengan tawa riangnya. Membuat para maid bahkan Robert dan John kewalahan melihatnya. Mereka hanya akan mengkap Byan jika ia akan terjatuh, dan hanya bisa memperingatkannya jika ia sudah benar-benar terjatuh. Namun lincahnya Byan, begitu banyak pergerakan hanya membuatnya oleng sedikit, belum benar-benar jatuh. Dan itu membuat mereka frustasi.
Seperti sekarang contohnya, Byan dengan celana pendek selututnya bersama dua kaki tambahannya sedang menggiring bola kertas menyusuri lantai rumah seakan sedang berlari di lapangan luas. Mulutnya tak berhenti mengoceh bak komentator bola. "Byanice, Byaanice berlari dengan bolanya mendekati gawang lawaaan, ay, ay, kecepatanyaa.. anginpun kalah, Wooou, Byanice.. dan.. dan.. GOO-" tubuhnya melayang.
"-oool."
"oke cukup." Sampai Keenan yang memperhatikan sedari tadi dibuat gemas karenanya, ia sedang rapat online dengan background ruang tamu, dan Byan yang berkeliling sejak tadi sama sekali tak membantu fokusnya, jadi saat selesai, ia berlari tak tahan ke arah Byan.
Badan Byan yang tak tak sebearapa berat diangkatnya hingga kruknya terjatuh tak terbawa melayang, bisa ditebak ekspresinya, padahal golnya sudah di depan mata!
"Kak KeenAAAAAN.." Keenan menggendongnya begitu mudah, matanya memberi instruksi kepada John untuk membawa tongkat Byan bersamanya. Byan mencoba melihat ke balik punggung kakaknya di mana golnya baru saja digagalkan, bibirnya melengkung ke atas.
Robert tersenyum, diam-diam mengucapkan terimakasih karena wewenangnya belum sampai bisa membuat Byan meninggalkan apa yang sedang dilakukannya, apa lagi jika anak itu belum terluka. Keenan melihat senyumannya.
"Lain kali kamu bisa lakukan ini, Robert. itu sudah termasuk cukup membahayakan. Hanya tuhan yang tahu kapan dia akan terjatuh, menunggunya sama saja membiarkan bahaya yang lain datang." Robert mengangguk paham, berjalan di belakang sang tuan muda yang menaiki tangga untuk kembali ke kamar Byan.
Byan memberikan kerutan dahi tanda tak suka padanya.
Dua hari ini adalah libur yang Byan dapatkan dari pertandingannya, dan dua hari ke depan adalah libur yang ia dapatkan dari hari anak nasional. Tradisi sekolahnya selalu meliburkan dua hari berturut-turut agar mereka memiliki waktu lebih banyak untuk menikmati hari mereka.
Namun dua hari ini juga sang Nyonya dan Tuan besar sedang menghadiri sebuah acara pembukaan di negeri orang, jadi mau tak mau Keenan yang memegang penuh tugas kepala keluarga di rumah itu.
"Aku mau main bola," Keenan sedang membantu Byan untuk kembali berbaring di kasurnya.
"Boleh. Tapi nanti, okay? masih sakit kan kakinya?" Byan memalingkan wajahnya ke arah yang lain. Kakaknya benar, meskipun sudah cukup membaik kakinya masih sakit. Tak seharusnya ia sudah berlarian seperti ini. Habis, saat bangun tadi otaknya tiba-tiba bersemangat ingin main karena sudah berbaring terlalu lama di atas tempat tidurnya.
Keenan menghela napas, "besok hari anak tau, kamu boleh minta apa aja sama mamah, papah." Kepala Byan yang tadinya berpaling kini terlihat ragu untuk berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Byanice was adopted
General FictionBagaimana jadinya jika Byan adalah seorang anak yang diadopsi? Cast: Anaies family x Momma Liana