TBW; 23🥀

282 29 68
                                    

• LavenderWriters Project VI •

• The Best Way © Kelompok 03 •

 • Part 23 By : FiyaAlifiyani

 • Jum'at, 12 Februari 2021 •

---

H A P P Y  R E A D I N G

"Jangan biarkan air mata kamu terbuang sia-sia, Dania. Saya ada di sini, dan siap untuk melindungi." — Razzan Maheswara.

---

"Kamu habis nangis? Kenapa? Pasti gara-gara cowok tadi, kan? Dia siapa, Dania? Dia nyakitin kamu?" Pertanyaan yang bertubi-tubi membuat Dania sakit kepala mendengarnya. Masalah satu belum selesai, sekarang Razzan malah datang dengan segudang keingintahuannya.
 
Namun, tetap saja Razzan tidak boleh mengetahuinya. Ya, setidaknya tidak sekarang. Mungkin suatu hari nanti.

"Gak, gue gak nangis. Dah, ah! Gue mau masuk," kilah Dania yang lalu hendak berjalan masuk ke butiknya.

"Saya rasa kamu gak pandai berbohong, Dania. Dia siapa?" Langkah Dania terhenti, kala Razzan kembali melontarkan pertanyaan-pertanyaan. Dania menghela napas, mau tak mau ia harus memberikan laki-laki itu jawaban. Karena jika tidak, maka pasti dia akan bertanya terus.

Dania berbalik. "Cuman temen, Zan," jawabnya mencoba meyakinkan Razzan.

"Beneran cuma temen? Tapi kenapa—"

"Kok lo ngeyel, sih? Dibilang temen, ya temen! Kalo lo lo gak percaya, pergi aja sana! Ngapain di sini," rajuk Dania.

Razzan menghela napasnya. "Iya, iya. Maafin saya. Nih, saya bawain sarapan buat kamu." Laki-laki itu menyodorkan kotak bekal kepada Dania.

Dania menatap bekal itu tanpa minat. "Gak usah, buat lo aja. Biar gue cari makan sendiri nanti. Lagian, ngapain lo repot-repot bawain gue makanan? Lo aja barusan gak percaya sama gue. Udah, sana pergi!"

"Maaf, Dania. Tapi saya gak mau kamu sakit," ucapnya begitu manis, akan tetapi malah membuat Dania semakin teringat dengan Rega.

Rega, apa laki-laki sungguh kecewa padanya? Tapi untuk apa? Bukankah seharusnya Dania yang kecewa, karena Rega lah yang mengawalinya?

'Dia yang selama ini gue anggap lebih dari segalanya, malah nyakitin.'

Seketika, setetes cairan bening meluncur begitu saja membasahi pipi Dania. Razzan yang melihatnya pun langsung menangkup kedua pipi istrinya, dan menghapus bercak air mata tersebut.

"Hei, kamu kenapa? Saya nyakitin kamu?" Razzan menatap Dania khawatir, takut gadis itu tersakiti oleh ucapannya. Dania yang diperlakukan malah semakin menjadi tangisannya. Sontak saja, Razzan menarik istrinya itu ke dalam pelukannya.

"Maafin saya. Saya gak akan nanya kamu yang aneh-aneh." Razzan mengusap lembut surai Dania.

Sang empu menggeleng dalam pelukan suaminya. 'Kenapa lo terus minta maaf sih, Zan? Ini bukan salah lo!' Rasanya ingin sekali Dania berteriak pada Razzan saat itu juga.

Setelah merasa sedikit tenang, Dania melepas pelukan Razzan. "Gue gapapa, lo pergi aja," usirnya cepat.

"Oke, saya pergi. Tapi kamu harus mau terima bekal ini. Saya bener-bener gak kau kamu jatuh sakit." Razzan kembali menyodorkan bekal yang dibawanya kepada Dania.

Mau tak mau, Dania pun menerimanya.

"Terimakasih," ucap Razzan setelah Dania menerima bawaannya.

03; The Best Way✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang