REVANO | 04. Apartement Revano

63.2K 1K 3
                                    

"Kamu kapan pulang honey?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu kapan pulang honey?"

"Belum libur sekolah Mom."

"Momy udah kangen sama kamu, tahun lalu kamu gak pulang. Tahun ini harus pulang titik!"

"Ya Mom."

"Bagaimana sekolahmu?"

"Good."

"Apa___ kamu sudah memiliki kekasih?"

"Mom..."

"Mommy hanya bertanya."

"Setiap kali Mommy telepon pasti pertanyaan itu selalu ada."

"Mommy hanya penasaran, bukankah perempuan di sana cantik-cantik?"

"...."

"Honey? Kamu masih belum mau membuka lembaran baru? Mommy rasa Vio akan senang melihatmu bahagia. Jangan berlarut dalam kesedihan, Revano."

Revano menghela nafas, Kania sudah memanggilnya dengan panggilan nama. Itu artinya perempuan yang menyandang setatus ibunya itu sedang kesal padanya.

"Ya Mom, i try."

"Do it okey?"

"Heum."

"Mommy percaya kamu bisa."

"Thank you Mom."

Selesai bercengkrama, Revan melihat ke arah foto berbingkai di meja belajarnya.
Memorinya kembali teringat pada kenangan-kenangan manis yang ia lalui dengan gadis kecilnya. Meskipun terasa singkat namun tak disangka begitu bermakna bagi Revano.

I miss you

Revano mematikan komputernya, mengingat masa lalu membuat ia tak lagi berselera bermain game. Ia hendak bangkit namun tertahan saat melihat ponselnya berdering.

Nomor tidak dikenal

Belum sempat Revan berucap, gadis di sebrang telepon sudah lebih dulu berbicara.

"Buka pintunya."

"Pintu apa?" Tanya Revan.

"Pintu apartementmu."

Dari cara bicaranya saja Revano sudah dapat menebak siapa si penelpon tersebut.

"Bukankah tidak sopan seorang gadis datang__"

"Aku bukan lagi gadis, kau yang sudah membuatku menjadi seorang wanita. Jadi aku minta pertanggungjawabanmu, buka pintunya." Potong Evelin panjang lebar.

Revano menghela nafas "Gak."

"Vano!"

Revano yang hendak mematikan ponselnya tertahan sesaat ketika mendengar Evelin memanggilnya dengan sebutan lain, panggilan itu hanya untuk cinta pertamanya.

"Don't call me like that." Ujar Revano dingin.

"Why? Aku menyukainya dan mungkin itu menjadi panggilan sepesialku untukmu."

Tutututtt

Revano memutuskan panggilan itu secara sepihak, dibalik pintu apartemennya, Evelin mengerutu kesal.

Terpaksa Evelin harus masuk dengan caranya sendiri, jika Revan tak mengijikannya masuk.

Satu persatu ia tekan nomor yang yang sangat ia ketahui pada pintu apartement.

Clik

Pintu itu berhasil terbuka, perlahan Evelin masuk dengan mengendap-endap. Sebisa mungkin untuk tak menimbulkan suara yang bisa membuat Revano curiga.

Dengan gerakan pelan tanpa menimbulkan suara, Evelin membuka pintu kamar Revano, ia dapat melihat pria itu tengah tertidur di kasurnya. Naik ke atas kasur, berbaring di samping Revano dengan memeluk pria itu dari samping.

Evelin merebahkan kepalanya di dada bidang Revano, seketika detak jantung yang terdengar normal dapat Evelin dengar.

"What the.... apa yang lo lakuin?!"

"Tidur." Jawab Evelin dengan tampang polos tanpa rasa bersalah.

"Keluar." Tekan Revano, pria itu berusaha melepas pelukan Evelin.

"Gak mau, aku mau di sini sama kamu."

"Keluar!"

Evelin menatap Revano dengan wajah cemberut.

"Yaudah aku tidur di sofa, kamu di sini." Katanya setelah turun dari tempat tidur.

Revano bangkit, ia kemudian menarik lengan Evelin untuk keluar dari kamarnya.

"Aku gak mau! Lepas!"

Brak!

Pintu ditutup oleh Revano, tak lupa ia mengambil meriset kata sandinya dan menggantinya dengan yang baru sehingga Evelin tak lagi bisa masuk.

"REVANO!"

"Bagaimana gadis itu bisa tau kata sandinya?" Batin Revano bertanya-tanya.

BERSAMBUNG
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

REVANO (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang