REVANO | 6. Perlahan Tapi Pasti

55.1K 985 17
                                    

Di dedikasikan untuk orang yang pertama kali koment. Terima kasih ❤

Selamat Membaca...

"I don't have it."

Sebelah alis Revano terangkat, menatap gadis di pangkuannya dengan penuh tanda tanya.

"Terus lo berojol dari mana kalau gak punya orang tua?"

Evelin mengerucutkan bibirnya lalu merebahkan kepalanya di dada pria itu. "Mereka udah pergi, udah tenang di atas sana." Jelasnya.

Pernyataan itu membuat Revano terdiam sesaat, ia mencoba mencerna dan sadar jika orang tua Evelin telah meninggal.

"Sorry gue___"

"It's okay, aku udah kebal. Meskipun rasa sakit dan rindu itu masih ada, tapi aku bisa mengatasinya."

Ternyata dibalik sifat keras kepala dan bar-barnya, Evelin memiliki hati yang rapuh yang gadis itu pertahankan untuk tak membuatnya semakin hancur.

Kehilangan orang tua bukanlah hal yang di inginkan setiap orang, tapi jika takdirnya seperti ini apa yang harus Evelin lakukan? Marah? Pada siapa?

Butuh bertahun-tahun dan perjuangan yang panjang untuk bisa bertahan sampai sekarang, Evelin sudah menemukan orang yang bisa memberikannya kekuatan untuk tetap bertahan. Ia tak ingin melepaskannya, tak akan pernah.

"Kamu tumben banyak tanya, penasaran ya?" Gadis itu menaik-turunkan kedua alisnya menggoda Revano.

"Mending lo tidur sana, gue tidur di sini."

"Emm, ada yang mau aku omongin sama kamu... tapi jangan marah ya." Revano menatapnya.

"Ngomong apa?" Tanya Revano dengan wajah malas.

"Sebenarnya tujuan aku datang ke sini emmm.... mau numpang tinggal beberapa hari di sini dan___"

"Apa lo bilang?" Melihat wajah terkejut Revano membuat Evelin panik.

"Denger dulu kamu dah janji gak bakal marah."

"Gue gak pernah bilang janji!"

"Iya-iya tau, tapi kamu tadi diem aja pas aku tanya. Jadi aku ambil kesimpulan kamu gak akan marah."

Revano mengatur nafasnya perlahan demi meredamkan emosinya yang hendak meledak.

"Kamu ngijinin aku kan tinggal beberapa hari di sini?"

Revano hendak mengangkat tubuh Evelin untuk menyingkirkan tubuh gadis itu dari pangkuannya, namun karena Evelin tahu itu adalah bentuk penolakan dari Revano, gadis itu segera mencegahnya dengan mengeratkan kembali pelukannya.

"Revano plisss, aku kan udah bilang aku di usir dari apartement. Jadi aku sekarang belum punya tempat tinggal. Jadi please ijinin aku tinggal sementara waktu di sini sampai aku dapat tempat tinggal baru, ya?"

"Revano?"

"Revano jawab dong jangan diem aja, kamu gak kasihan sama aku? Aku hidup sendirian loh di sini, aku juga gak punya siapa-siapa lagi, cuma kamu yang aku punya sekarang. Revano__"

Evelin memberanikan diri melirik wajah Revano untuk melihat ekspresi pria itu.

Datar.

Hanya itu yang Evelin lihat, akhirnya gadis itu menghela nafas.

"Oke gini aja, gimana kalau kita buat kesepakatan?"

Revano masih memasang wajah datar, namun pria itu meliriknya dengan tanda tanya.

"Kalau kamu ngijinin aku tinggal di sini, aku akan membalas jasa kamu dengan beres-beres di apartement kamu. Nyuci baju, nyuci piring, masak, nge-gosok dan lain-lain. Gimana?"

"Gimana kalau gue cariin lo kos__"

"Gak mau!" Potong Evelin dengan tegas.

"Kenapa?"

"Aku__aku, aku gak punya uang buat bayarnya." Jujur Evelin dengan wajah menunduk.

"Aku punya tabungan... tapi itu untuk biaya sekolah dan... kemungkinan aku akan cari pekerjaan part time untuk biaya tambahan." Tambahnya.

Mereka terdiam sesaat sebelum Revano kembali berbicara.

"Bisa turun?" Tanya Revano seolah meminta Evelin untuk turun dari pangkuannya.

Evelin mendongak lalu menatap Revano dengan lekat, membuat pria itu sedikit salah tingkah.

"Kamu mau ngusir aku lagi?" Tanya Evelin dengan nada pilu, membuat Revano luluh dibuatnya.

Evelin tak mengalihkan sedikitpun tatapannya dari mata Revano, hingga akhirnya mereka saling pandang dalam waktu yang cukup lama. Dengan keberanian dan modal nekat yang Evelin miliki, ia perlahan mulai mendekatkan wajahnya.

Revano hanya diam, seolah terhipnotis oleh tatapan Evelin yang memintanya untuk terus menatap mata coklat gadis itu.

Evelin memiringkan wajahnya, hingga penyatuan benda kenyal itu terjadi.

Evelin memiringkan wajahnya, hingga penyatuan benda kenyal itu terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Bersambung...

REVANO (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang