REVANO | 8. Khawatir

37.8K 931 35
                                    

"Perubahan itu sangat kecil sampai-sampai sulit terlihat dan menolak untuk disadari."

Apakah itu?


***
SELAMAT MEMBACA

"Sorry.... gue gak__"

"Gak pa-pa kok." Potong Evelin dengan mengulum senyum. Revano tetap pada wajah datarnya.

"Tapi kamu harus tanggung jawab, karena udah buat aku malu di depan banyak orang." Tambah Evelin.

"Malu? Bukannya urat malu lo dah putus ya." Kata Revano yang langsung berjalan meninggalkan Evelin yang menatapnya kesal. Gadis itu seketika berlari mengikuti Revano.

"Kita mau kemana hari ini?" Ujar Evelin yang kembali memasang wajah ceria.

"Kita?" Evelin mengangguk.

"Gue ada urusan sama temen-temen gue, lo pulang duluan."

"Aku mau ikut kamu aja deh, boleh kan?"

"Gak." Evelin langsung memasang wajah cemberut mendengar penolakan Revano.

"Tapi aku bete kalau di apartement kamu terus."

Revano menatap gadis di depannya sejenak sebelum menjawab.

"Lo bisa keluar kapan pun, gue gak keberatan sama sekali kok. Sekalian bawa barang-barang lo." Katanya yang langsung memasuki mobil sport nya.

Sedangkan Evelin mencibir.

"Inget Rev, lo bakalan jadi milik gue."

Evelin merogoh saku rok sekolahnya mengambil ponselnya yang berdering.

"Iya-iya gue ke sana sekarang."

***

"Hari ini lo udah bisa langsung kerja, dan inget lo harus selalu on time. Jangan telat kek gini lagi, baru hari pertama udah telat."

"Iya sorry Lang, gue ada urusan tadi. Eh tapi makasih yah dah bantu gue buat kesekian kalinya." Ujar Evelin, pria bernama Galang itu menepuk bahunya.

"Santai aja, kayak ke siapa aja lo."

"Makasih ya sekali lagi."

Galang mengangguk. "Kalau ada apa-apa langsung kabarin gue okay?"

"Siap boss."

"Lo tinggal di mana sekarang?" Tanya Galang, seraya menuangkan segelas air putih ke dalam gelas dan menggesernya di hadapan Evelin.

"Gue tinggal di apartement temen gue."

"Kasian banget temen lo."

"Kenapa?"

"Dia pasti berat banget nerima lo tinggal di sana, secara lo kan orangnya jorok."

"Sialan lo, gue gak sejorok itu kali."

Galang tertawa.

"Temen lo cewek or cowok?" Evelin terdiam, Galang seolah sudah tau jawabannya.

"Gue gak masalah dia cewek atau cowok, lo udah besar dan tau mana yang baik dan buruk. Gue percaya sama lo." Tambah Galang.

"Di saat semua orang ngejauhin gue, cuma lo yang percaya sama gue. Kenapa dunia kejam banget sama gue?"

"Bukan dunia yang kejam Lin, tapi takdir lo yang terlalu berat."

"Kenapa tuhan gak ngambil nyawa gue aja sekalian sih, biar gue gak merasakan kesakitan hidup sendiri kek gini."

"Karena belum waktunya tolol, dosa lo tuh masih banyak. Tuhan tuh baik sama lo, karena sampe sekarang lo masih dikasih hidup, gunain waktu itu sebaik mungkin, kejar apa yang menjadi tujuan lo. Jangan sampe lo nyesel pas udah ajal menjemput."

"Bahasa lo.... ngeri gue."

"Bijak kan gue." Kata Galang dengan percaya diri tingkat tinggi.

***

"Dari mana lo?" Baru memasuki apartment, Evelin langsung dikejutkan dengan suara berat dari Revano yang tengah menatapnya tajam.

"Ohh... kamu... belum tidur?"

"Lo tau ini jam berapa?"

"Come on, gue bukan anak kecil Van."

"Gue yang punya tempat tinggal di sini, lo cuma numpang kan? Jangan seenaknya kayak gini."

Melihat aura Revano yang sudah seperti iblis siap membawanya ke neraka, membuat nyali Evelin menciut.

"Iya sorry, aku ada kepentingan tadi."

"Punya kepentingan apa sih lo, sampe jam 12 malem baru pulang dan masih pake seragam sekolah? Seriously?"

"Orang biasa kayak gue juga punya kepentingan Van. Jangan sok deh lo." Evelin terlihat mulai terbawa emosi mendengar perkataan Revano yang terdengar merendahkannya.

"Gue gak sok ya, tapi lo harusnya sadar diri."

Malas memperpanjang perdebatan, akhirnya Revano berlalu menuju kamarnya dengan wajah memerah.

"Kenapa juga gue harus khawatir sama dia? Gak pernting banget." Gumamnya.


TBC

REVANO (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang