REVANO | 16. VIO

2.6K 66 20
                                        

Coment and like kalian buat aku semangat 🥰🥰

Sebuah suara not-not piano terus menggema di ruangan yang menjadi tempat Evelin bermain musik, perempuan itu memainkan piano nya dengan lihai terlihat dari cara jari tangannya yang panjang saat menekan not piano tersebut hingga membuat sebuah alunan musik ballad terdengar begitu merdu.

Evelin menutup matanya sesekali sambil menghayati lagu yang sedang dimainkannya, hingga tak menyadari seseorang yang tengah memperhatikannya sejak 3 menit yang lalu. Seorang laki-laki yang sepertinya baru pulang dari suatu tempat.

Laki-laki itu menyilangkan kedua tangannya di atas dada dengan wajah datar Ia menyandarkan setengah tubuhnya di dekat pintu. Terbawa suasana dengan musik yang Evelin mainkan membuat laki-laki itu mengingat masa-masa yang ia lalui dengan gadis yang sedang bermain piano tersebut.

Revano tak bisa pungkiri jika rasa itu masih sama dan semakin kuat tertanam dalam dirinya. Hari ini ia tahu semua yang menjadi kecurigaannya sejak bertemu Evelin pertama kali, gadis itu benar-benar membuatnya kecewa dan marah. Berani-beraninya dia membohongi Revano.

"Vano." Cowok yang sedang melamun itu seketika tersadar saat mendengar suara perempuan yang memanggil namanya.

Evelin berdiri hendak berjalan menghampiri Revano. Namun, pria itu berlalu begitu saja menuju kamarnya.

Ia ingin menyegarkan tubuh serta pikirannya yang sangat kacau hari ini. Revano mengguyur tubuhnya dengan shower yang menyala, Ia menunduk sembari memejamkan mata menikmati pijatan dari rintikan air yang membasahi tubuhnya.

Revano terkejut ketika merasakan sebuah lengan yang memeluk ya dari belakang, Ia tahu siapa pemilik tangan dengan jari-jari lentik serta kuku yang putih bersih tersebut. Siapa lagi jika bukan Evelin.

Tangan itu menyentuh dadanya, menyandarkan kepala di punggungnya. Revano bisa merasakan payudara Evelin yang masih tertutupi bra tersebut, udara disekitarnya seketika bertambah panas air dingin yang mengalir kini terasa hangat di tubuhnya.

"Vano..."

Revano menenguk salivanya sendiri saat tangan halus Evelin menjalar turun ke bawah, sampai akhirnya Lelaki dipelukannya itu menahan tangan itu yang hampir menyentuh miliknya.

Revano membalikan tubuhnya menghadap Evelin, gadis itu hanya mengenakan celana dalam hitam dengan bra yang senada. Melihatnya seperti saat ini membuat Revano tidak dapat menahan lagi untuk tidak mencium bibir merah muda yang terlihat menggoda itu.

Diciumnya dengan lembut bibir Evelin yang terasa manis di bibirnya. Pelan tapi pasti Lelaki itu membimbing kedua tangan Evelin untuk mengalung di bahunya. Semakin memperdalam ciumannya hingga menjalar ke leher dan payudaranya yang masih tertutupi bra.

Evelin menengadahkan kepalanya dengan suara-suara kenikmatan yang Ia ciptakan akibat sengatan listrik dari cumbuan Revano. Revano benar-benar mempermainkannya, pria itu mencium pinggiran payudaranya tanpa membuka cup branya, Evelin tersiksa.

"Ahhh....Vano...." desahnya ketika tangan lebar Revano menyentuh kewanitaannya yang sudah terasa basah, perlahan jemari itu masuk melewati celana dalamnya, bermain disana, menggodanya dengan erotis hingga Evelin semakin dibuat terbang tinggi olehnya.

Cumbuan lihai Revano tak berhenti, seiring dengan tangannya yang bermain di bawah sana, Evelin hanya bisa mengerang nikmat sampai akhirnya Ia orgasme.

"Kau puas?" tanya Revano menatap Evelin yang terengah.

"Vano..."

Revano menatap datar perempuan di hadapannya, tapi sungguh hatinya sangat sakit dan kecewa atas apa yang telah Evelin lakukan padanya selama ini.

***

Evelin keluar dari kamar setelah berganti pakaian dengan hoddie abu-abu milik Revano, hoddie tersebut hanya sampai di atas lututnya.

Dengan rasa gugup Evelin duduk di sebuah kursi selagi menunggu Revano yang sedang memasak, ia merasa ada yang berbeda dari Revano hari ini.

"Vano, aku mau pamit sore ini."

Revano berbalik, kemudian memberikan sebuah roti panggang kepada Evelin menaruhnya di atas piring. Revano berjalan ke arah sofa untuk mengambil jaketnya yang tergeletak di sana.

"Kamu mau kemana?"

"Bukan urusan lo, jangan pergi ke manapun."

"Aku ikut,Revano!"

Revano tak mempedulikan teriakan Evelin yang memanggilnya, pria itu hanya terus berjalan sampai akhirnya menghilang di balik pintu.

Evelin menghela nafas pasrah di depan pintu yang tertutup, entah apa yang terjadi pada Revano hari ini Evelin merasakan pria itu sangat marah. Mungkin hari ini ia harus menunda untuk perpindahannya, menunggu hingga Revano kembali.

Tepat pukul 2 pagi, Revano kembali. Revano membuka jaketnya serta menaruh buah-buahan ke dalam kulkas, setelah itu ia berjalan menuju kamarnya.

Ia melihat Evelin sudah tertidur di atas kasur tanpa selimut, tubuhnya meringkuk seperti orang kedinginan. Revano berjalan mendekat dan ikut berbaring disampinya dan menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya.

Revano menatap wajah cantik Evelin dengan tatapan sendu, Ia begitu merindukan gadis kecilnya ini.

Revano kembali mengingat percakapannya dengan Galang.

Flasback on

"Aku sudah mengenalnya sejak 5 tahun lalu, ia pertama kali menetap di apartement ku yang tak aku tinggali saat itu. Lalu ia menceritakan dirinya kepadaku dan semua tentang dirimu."

"Saat pertama kali melihatmu datang tadi, aku sudah tau maksud dan tujuanmu datang ke sini. Tapi yang membuatku penasaran, kenapa?"

"Bekas luka, aku melihat itu di keningnya. Itu yang mengingatkan aku pada seseorang, karena itu aku penasaran." Jawab Revano.

Galang mengangguk mengerti. Evelin menceritakan bahwa ia pernah kecelakaan saat kecil saat bermain bersama Revano, hingga menimbulkan bekas luka di kening yang sampai saat ini blm hilang.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan setelah mengetahui siapa dia?"

"Aku tidak tahu." Jawab Revano dengan wajah prustasi.

"Aku tahu masih banyak pertanyaan dalam benakmu, tapi selebihnya aku tak bisa meberitahumu, akan lebih baik jika pertanyaan itu dijawab oleh orang yang bersangkutan langsung."

Flashback off

"Kemana kamu selama ini?" Gumamnya.

Tangannya terulur untuk menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Evelin, di usapnya dengan lembut pipi gadis itu lalu diciumnya secara singkat tepat di keningnya.

"Selamat tidur, Vio."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
REVANO (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang