REVANO | 22. Perempuan tersayang

875 37 2
                                    



"CHEERSSS."

Suasana yang bahagia dan haru malam ini Amelia rayakan di rumahnya, mengundang beberapa temannya dan teman Revano.

Semua orang yang hadir merasa senang atas kesembuhan Amelia, sosok gadis ceria yang mereka kenal kini kembali lagi.

Revano melirik Amelia yang duduk di kursi roda dengan senyum bahagia yang gadis itu tampilkan, melihat teman-temannya yang di rindukan tengah berpesta di taman belakang rumahnya.

"Aku sangat bahagia Revano." Ujar Amelia, ia tahu sejak tadi sahabatnya itu memperhatikannya. Amelia membalas tatapannya lalu menggenggam tangan Revano.

"Akan lebih senang jika ada Reihan di sini." Katanya dengan nada lirih. Revano hanya diam, ia memang tidak memberitahu mantan sahabatnya itu jika Amelia sudah sadar dari komanya yang panjang, tapi Revano yakin Reihan akan tahu dengan sendirinya. Meskipun kecewa besar terhadap mantan sahabatnya itu, tetap saja Revano tak bisa membencinya. Mereka sudah bersahabat sejak kecil.

"Apa kamu belum memaafkannya?" Tanya Amelia. Revano hanya diam, perempuan di sampingnya sudah tau jawabannya.

"Aku sudah memaafkannya, ini hanya kecelakaan. Aku harap kita bisa seperti dulu lagi."

Nyatanya Revano memang merindukan momen-momen mereka bertiga, namun mengingat kembali kejadian 2 tahun lalu membuat ia belum bisa memaafkan Reihan sepenuhnya. Apalagi saat ia mendengar jika Reihan menyukai Evelin, perasaannya semakin tak karuan.

***

"Berapa banyak bunga yang tante punya?" Tanya Evelin ketika melihat taman belakang rumah keluarga Revano yang di penuhi dengan berbagai macam bunga.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Banyak sekali, aku bahkan lupa berapa banyak macam bunga yang ku tanam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Banyak sekali, aku bahkan lupa berapa banyak macam bunga yang ku tanam. Aku hanya fokus merawatnya agar tetap cantik. Tak banyak kegiatan yang bisa aku lakukan jadi aku menghabiskan banyak waktu di tamanku. Ayah Revano sangat posesif, dia tidak mengijinkan aku bekerja dan melakukan kegiatan yang melelahkan."

Evelin terkekeh. "Dia sangat mencintaimu." Ujarnya, Kania hanya mengangguk.

"Bagaimana hubunganmu dengan Revano?"

Evelin terdiam, ia sendiri bingung menjawabnya. Akhir-akhir ini mereka sering sekali berdebat, ternyata sangat susah menaklukan sikap dingin Revano.

"Semua baik-baik saja tante."

"Bisakah kamu memanggilku bunda?" Evelin menatap Kania dengan tatapan bingung.

"Kemarilah." Ucap Kania seraya menepuk kursi di sampingnya, Evelin yang dibuat heran hanya menurut.

Kania menggenggam kedua tangan Evelin dengan lembut, menatap mata gadis di depannya dengan penuh kasih sayang.

"Bunda tahu, kehidupan yang kamu jalani sangat berat setelah kepergian mamahmu." Evelin menatap Kania dengan terkejut, bagaimana wanita di depannya tau siapa dirinya?

"Kalau saja sejak awal kita tahu kamu di mana, pastinya kami akan menjagamu." Kania menjeda. "Mulai sekarang, kamu punya kami. Jangan pernah merasakan kesendirian lagi, bunda akan selalu ada untuk kamu." Kania membawa Evelin kedalam pelukannya dengan sayang, air matanya tidak lagi bisa ia bendung. Melihat Evelin mengingatkannya kembali kepada Yola, sahabatnya.

Evelin membalas pelukannya perlahan, sudah sangat lama ia tidak merasakan pelukan seorang ibu. Kini akhirnya ia bisa merasakannya melalui ibu Revano, tangisannya pecah seketika akhirnya ia dapat kembali menemukan rumahnya.

"Mamah....hiks...mamah ninggalin aku bunda..."

Kania mengelus lembut dan sabar punggung Evelin, dalam hati ia berjanji akan menjaga Evelin seperti anaknya.

Tanpa di sadari keduanya, Revano sudah berdiri di balik tembok mendengar mereka dengan tenang. Selama di rumah Amelia, pikiran Revano sangat tidak fokus memikirkan kekasihnya. Ia tahu Evelin akan aman dengan bundanya, tapi perasaan khawatir dan rindu tak bisa ia bendung lagi hingga akhirnya ia memutuskan pulang lebih awal.

Melihat 2 perempuan yang sangat ia sayangi tengah saling berpelukan dengan tangisan membuat hatinya tersayat, dalam benaknya ia berjanji untuk membahagiakan kedua perempuan itu.

***

"Loh, Kamu udah pulang?" Kata sang bunda saat ia dan Evelin masuk ke dalam rumah sudah menemukan Revano yang tengah asik menyantap cemilannya seraya memainkan ponselnya di ruang tamu.

"Tumben udah pulang jam segini." Komentar sang bunda, karena biasanya jika ada acara penting anak bungsunya itu akan pulang larut malam.

Revano tak menjawab, Kania mendudukan diri di sofa begitupun Evelin yang duduk dengan canggung.

"Gimana Amel? Sudah lebih baik." Tanya Kania. Revano mengangguk "tinggal perlu latihan jalan aja." Jawabnya.

Evelin mendengar dengan baik, tanpa niat mengeluarkan suara. Ia bahkan tidak sanggup menatap Revano, hatinya terlalu sedih.

Amelia, hanya nama gadis itu yang terngiang di pikiran Evelin saat ini.

"Lain kali kamu ajak Evelin, kenalin sama Amelia siapa tau jadi temen kan." Ujar Sang bunda. Revano melirik sekilas ke arah Evelin yang hanya menunduk, ada apa dengannya?

"Amelia, Reihan sama Revano sudah berteman sejak mereka memasuki sekolah dasar, kamu harus banget ketemu Amelia, dia orangnya asik dan ceria." Jelas Kania pada Evelin, tanpa gadis itu bertanya.

"Oh yah, aku jadi penasaran." Jawab Evelin dengan senyum.

Revano yang melihat senyum sok tegar kekasihnya itu hanya diam memperhatikan, ia sangat tahu jika Evelin cemburu.

"Bunda udah makan?" Tanya Revano.

Kania mengangguk. "Kamu ajak Evelin gih makan di luar, biar dia gak merasa sumpek di rumah terus." Evelin menggeleng.

"Aku makan di sini aja, bunda juga udah masak kan."

"Gak papa sayang, sekalian cari udara segar di luar."

Revano bangkit dari duduknya. "Aku tunggu 5 menit."

Tbc...

REVANO (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang