REVANO | 19. Amel, Revano and Reihan

942 31 0
                                    



Reihan menatap bahagia pemandangan di depannya, seorang gadis yang sudah bangun dari komanya selama 2 tahun. Ia ingin sekali masuk dan mendekap gadis itu dengan penuh rindu, namun rasanya masih sakit. Ia tak ingin membuat trauma gadis itu semakin dalam.

Reihan hanya melihat dari kaca pintu yang memperlihatkan gadis itu tengah berpelukan dengan Revano, mantan sahabatnya.

Sangat sakit rasanya, gadis yang ia cintai sejak lama lebih memilih pria lain.

Jauh sebelum ia dan Revano seperti sekarang, mereka berteman baik bahkan seperti sahabat yang tidak bisa terpisahkan. Amel, Reihan dan Revano sudah berteman sejak memasuki sekolah dasar. Banyak orang yang melihat dengan iri hubungan persahabatan mereka bertiga.

Sejak awal Reihan sudah menyukai Amel, perasaan itu semakin besar ketika mereka memasuki sekolah menengah atas. Ia ingin sekali menyatakan bagaimana perasaannya pada Sahabat kecilnya itu, perasaan yang bukan hanya sekedar sayang sebagai sahabat.

Namun, ia selalu urungkan niatnya karena hubungan mereka yang erat sebagai sahabat. Reihan tidak ingin hubungan mereka menjadi canggung hanya karena egonya.

"Reihan?" Merasa terpanggil lelaki itu menoleh ke belakang.

"Tante?" Dilihatnya ibu dari Amel tersenyum.

"Kenapa berdiri di depan pintu? Kenapa tidak masuk?"

"Aku...." Imelda menatap sahabat anaknya tersebut dengan perasaan yang cukup ia pahami.

"Ini bukan salahmu nak, ini kecelakaan. Ayo masuk, Amel pasti senang melihatmu. Setelah 2 tahun penantian kita akhirnya dia bangun dari koma." Ujar Imelda, namun semakin membuat Reihan ragu untuk masuk. Ia belum siap melihat tatapan benci dari Revano dan Amel.

"Mungkin lain waktu tante, aku masih ada keperluan. Permisi tante." Jawab Reihan, seraya melangkahkan kaki menjauh dari ruangan inap sahabatnya itu.

Di perjalanannya Reihan mengusap pipinya yang dijatuhi air mata. Rasanya sangat sesak.

Andai saja ia tak melakukannya saat itu
Andai saja ia mengikuti perkataan Revano
Anda saja.....

Tubuh Reihan luruh ke bawah, ia menggengam pegangan tangga dan mendudukan diri di sana seraya menunduk dengan derasnya air mata.

Saat itu usia mereka memasuki kelas 3 sekolah menengah pertama (SMP) pertama kalinya Reihan mendapatkan hadiah ulang tahun mobil dari ayahnya, namun ayahnya sudah memberitahunya jika mobil itu bisa di gunakan saat Reihan sudah cukup umur.

Namun karena ia sudah bisa mengendarai mobil sejak memasuki kelas 2 SMP sang paman yang mengajarinya, saat itu Reihan memamerkan hadiahnya kepada Revano dan Amel lalu mengajak mereka berkeliling dengan mobil pemberian ayahnya tersebut.

Revano menolak keras ide tersebut, ia memberi peringatan kepada Reihan bahwa dirinya belum cukup umur untuk mengendarai mobil. Tapi, Reihan dengan rasa percaya dirinya ia bisa mengendarai mobilnya karena sudah berlatih dan akan mengajak mereka hanya berkeliling kompleks saja.

Setelah di yakinkan dengan rasa terpaksa Revano menurut karena Amel mendukung Reihan.

Namun, ucapan Reihan hanya bualan semata. Nyatanya lelaki itu mengendarai mobilnya keluar kompleks perumahan, menyebabkan kepanikan Revano dan Amel. Revano terus mencecer Reihan untuk membalikkan mobilnya menuju kompleks kembali, tapi Reihan keras kepala. Di saat perdebatan mereka kala itu sebuah mobil truk yang berlaju kencang karena rem blong itu mengakibatkan kecelakan yang fatal.

Revano di rawat selama 2 bulan karena patah tulang di kaki, Reihan di rawat selama 2 minggu tidak banyak luka yang di alaminya dan Amelia koma selama 2 tahun.

Itulah yang mengakibatkan hubungannya dengan Revano renggang. Rasa bersalah Reihan semakin besar pada sahabat-sahabatnya itu.

***

"Jaga dirimu baik-baik, makan teratur." Ucap Revano pada gadis dengan wajah pucat di depannya.

"Kau bawel sekali."

"Karena aku mengkhawatirkanmu." Jawab Revano, Amel tersenyum lalu mengangguk "Terima kasih."

Mereka saling bertatapan dengan dalam, tak bisa di pungkiri jika keduanya saling merindukan.

"I miss you." Revano mengangguk lalu menarik tubuh Amel untuk dipelukannya, diusapnya pelan rambut gadis itu.

"Aku pasti sudah melewatkan banyak hal." Ucap Amel dalam pelukannya. Revano hanya diam.

"Aku merindukan momen kita."

REVANO (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang