***

195 21 5
                                    

Pandangan Jihoon lurus ke depan tatapan matanya kosong akhir akhir ini dia lagi banyak fikiran sepertinya.

"Aa ngelamun ya?" Emak entah sejak kapan udah ada di deket Jihoon.

"E-enggak kok mak" jawab Jihoon gugup.

"Aa jangan bohong sama emak" Emak menggandeng tangan Jihoon untuk duduk.

Jihoon menatap wajah emak lalu menunduk menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Aa lagi ada masalah?" Tanya emak dan Jihoon ngangguk. Sekuat kuatnya Jihoon sebagai anak tertua emak, dia gak bisa kalau punya masalah hanya dia simpan sendiri dan tempat cerita terbaiknya adalah emak.

Flash back on

Jihoon baru pulang dia sengaja pulang cepet dari toko kepalanya pusing kayanya Jihoon kurang fit hari ini. Saat lewat kamar Chenle Jihoon gak sengaja mendengar Chenle lagi bincang bincang kayanya sih sama Haruto.

"Kenapa lo tadi berantem sih?" - Chenle

"Gue gak suka mereka hina lo bang"  - Haruto

"Tapi gak harus berantem juga" - Chenle

"Kenapa sih bang kalau anak yang gak punya bapak selalu jadi hinaan? Apa seburuk itu kehidupan kita? Harus banget ya hidup di dunia punya bapak?" - Haruto

"Bapak kita ada kok cuma Tuhan belum mengizinkan kita buat ketemu" - Chenle

Terdengar keduanya terisak.

Flash back off

Emak cuma mengelus punggung Jihoon setelah selesai mendengarkan ceritanya.

"Selama ini aa terlalu menekan mereka ya mak?" Jihoon suaranya bergetar.

Emak menggeleng cepat "aa udah melakukan yang terbaik. Selama ini aa kerja keras biayai mereka sekolah, kasih emak makan bahkan aa juga udah modalin kakak untuk usahanya" emak mengusap air mata Jihoon yang jatuh.

Renjun yang memperhatikan dari jauhpun ikut nangis dia baru sadar betapa beratnya perjuangan Jihoon demi keluarganya.

Renjun masuk dalam kamar dia menatap langit langit kamar dengan tatapan sendu.

"Kak Njun" Chenle nyelonong masuk di ikuti Haruto yang lagi nyemilin snack.

Renjun noleh pada kedua adiknya langsung duduk di pinggiran kasur hmm mereka udah besar bahkan tingginya aja udah mau nyusul Renjun.

Dia jadi ingat waktu bapak pergi meninggalkan mereka saat itu usia Chenle masih kecil dan Haruto masih bayi mereka belum ngerti apa apa.

"Kami tahu kakak tahu sesuatu tentang bapak tolong kak ceritakan" Chenle menunduk takut Renjun marah.

"Pliiiiis kak! Kita janji gak akan ngomong sama siapa siapa" mohon Haruto.

Renjun lemah kalau adik adiknya udah pasang wajah memohon.

Renjung menghela nafas "kakak akan cerita kenapa kalian gak pernah melihat sosoknya dan kenapa aa suka marah kalau kalian sebut bapak" kata Renjun. Chenle dan Haruto mgangguk faham.

Flash back on

"Kamu yakin mas mau sama keputusan kamu?" Emak menangis menggendong Haruto bayi.

"Maafkan aku! Tapi aku gak punya pilihan lain" bapak memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Mas usaha kita emang hampir bangkrut harusnya kamu usaha lebih keras mas kita mulai dari nol lagi!" Emak suarannya sedikit meninggi.

"Kamu fikir mudah! Aku udah gak punya apa apa! Anak kita juga banyak! Pusing tahu gak!" Bapak marah.

Jihoon dan Renjun melihat pertengkaran itu.

"Emak sama bapa kenapa a?" Renjun usia enam tahun dan sudah mengerti.

"Gak apa apa. Njun jangan khawatir ya?" Jihoon usia sepuluh tahun dia sudah faham betul apa yang orang tuanya bicarakan.

"Mak, pak, jangan berantem adek adek Jihoon nanti denger" Jihoon menghampiri kedua orang tuanya.

Emak terkejut saat melihat Jihoon ada di belakang mereka lagi nangis dan Renjun memeluk erat pinggang Jihoon.

"Biar aja mereka denger Hoon! Biar kalian tahu bapak pusing banget ngurus kalian!" Ucapan bapak sangat menyakiti Jihoon.

Jihoon melepas pelukan Renjun lalu mengambil sebuah bingkai fhoto keluarga dan membantingnya.

'Prank' semua terkejut dengan sikap Jihoon. Renjun jongkok memeluk lututnya sambil nangis sementara Chenle kecil berusia dua tahun cuma ngintip di pojokan tubuhnya bergetar dia nangis kenceng.

"Kalau gitu bapak pergi aja! Jihoon udah gede gak perlu di urus sama bapak! Jihoon juga bisa ngurusin emak sama adek adek!" Jihoon wajahnya merah air matanya terus mengalir.

"Baiklah! Bapak gak akan kembali selamanya!" Bapak lalu pergi.

Emak nangis dan Haruto yang di gendongan emak nangis kenceng seolah si bayi tahu apa yang sedang terjadi.

Jihoon noleh lihat Renjun lagi nangis dan melihat Chenle lagi ngintip di pojokan.

"Aa janji bakal jagain emak dan kalian. Aa kan udah gede. Njun percaya sama aa kan?" Jihoon memeluk Renjun tak lupa sebelumnya ia menggendong Chenle terlebih dahulu.

Emak menghampiri Jihoon yang sedang memeluk Renjun dan Chenle. Di kecupnya kening Jihoon lalu beralih mengusap kedua kepala Chenle dan Renjun secara bergantian.

"Emak percaya sama aa kan?" Jihoon menengadahkan kepalanya menatap emak yang masih nangis sambil menggendong Haruto bayi.

Emak ngangguk dengan isakan yang belum berhenti. Hati emak sakit rasanya.

Flash back off

"Gitu ceritanya" Renjun menyeka air mata di akhir ceritanya.

"Kamu waktu itu masih kecil mungkin kamu udah lupa sama beliau. Apalagi kamu masih bayi banget jadi gak bakal tahu rupa bapak kaya apa" Renjun yang duduk di tengah merangkul pundak kedua adiknya.

"Kakak harap kalian faham sama hatinya aa" ucap Renjun suaranya bergetar.

Chenle dan Haruto cuma ngangguk mereka gak tahu harus ngomong apa.






















Author kurang jago bikin adegan mewek hihi mian kalau kurang baper :(

Pliiis bintang sama komennya y :)

Mian typo bertebaran :(

Bujang's EmakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang