***

97 13 0
                                    

Pagi hari Jaehyun udah berkutat di dapur menyiapkan sarapan. Rose melihatnya namun untuk menghampirinya itu tak Rose lakukan rasanya akan canggung bila itu terjadi.

Setelah selesai, Jaehyun meletakan celemek pada tempat yang sudah di sediakan kemudian melangkah pergi yes pulang sebelum anak anaknya bangun.

"Mas Jaehyun mau kemana?" Bathin Rose tanpa ada niatan mencegah Jaehyun.

Rose melihat meja makan yang sudah penuh dengan menu sarapan "penataannya masih sama seperti dulu" ucap Rose pelan sambil tersenyum menatap beberapa makanan yang tersaji di meja.

Tanpa sadar Renjun melihat semuanya dari awal Jaehyun nyiapin makanan sampe pergi dan berakhir dengan Rose bersikap seperti tadi.

"Kayanya emak masih sayang sama bapak. Bagus deh itu bakal lebih mudah untuk menyatukan keluarga gue lagi" bathin Renjun kemudian menghampiri emak.

"Pagi emak!" Sapa Renjun.

"Wihhhh emak bangun jam berapa? Masakannya udah siap gini?!" Renjun yang pintar harus pura pura bego untuk sementara.

Rose nampak gelagapan "mmm i-ini bapak kamu yang nyiapin"

Renjun nampak terkejut "bapak?! Masa sih mak? Terus bapaknya mana?" Renjun pura pura bego part 2.

"Udah pergi bahkan gak pamit" sahut emak.

Renjun cuma ngangguk kemudian ke dapur untuk mengambil susu dingin di kulkas. Di saat bersamaan, Renjun menemukan secarik kertas kecil nempel di pintu kulkas.

Rose, aku udah siapin sarapan buat kamu dan anak anak. Maaf aku lancang masuk dapur kamu. Aku pulang dulu ya! Maaf gak pamit.

Renjun tersenyum kemudian membawa kertas itu dan memberikannya pada Rose.

"Apa ini?" Rose membolak balikan secarik kertas kecil tersebut.

Renjun hanya mengangkat bahunya acuh kemudian mengambil roti panggang yang sudah tersedia.

Renjun noleh saat di rasakan ada seseorang duduk di kursi sebelahnya "udah sehat?"

"Mayan kak. Hari ini gue harus ke sekolah ada ulangan soalnya" sahut Chenle mengambil roti yang sama seperti Renjun.

"Ada ulangan apa kangen sama....

"Berisik lo!" Chenle geplak lengan Haruto yang lagi cengengesan.

"Sakit! Lo gak berprikeadikan banget ya!" Omel Haruto dengan santai merampas roti yang di pegang Chenle bahkan hampir di masukan ke dalam mulut.

Chenle mau getok kepala Haruto, tapi gak jadi soalnya Jihoon dan Hyunsuk otw ke arah mereka.

Sepasang suami istri itu duduk bersebelahan kemudian Hyunsuk menyiapkan sarapan untuk suaminya.

"Bapak gak ikut sarapan bareng mak?"

Sepersekian detik Rose loading beda dengan Renjun yang tersedak minumannya sendiri begitupula Chenle dan Haruto.

Hyunsuk tersenyum kecil merasa lega semalaman ngoceh nasehatin Jihoon akhirnya membuahkan hasil meski belum sepenuhnya memaafkan Jaehyun, tapi Hyunsuk bangga Jihoon bisa segampang itu ia luluhkan hatinya.

"Aa gak salah ngomong?" Renjun natap lekat kakak tertuanya itu.

Jihoon berdehem canggung "mungkin kamu yang salah denger"

Chenle cuma diam sedaritadi gak berani menatap Jihoon karena pertengkaran mereka waktu itu belum ada salah satu dari mereka yang minta maaf.

"Ya elah aa to the poin aja sih! Bapak kemana?" Ucap Haruto dengan wajah julidnya "tadi bapak pulang, sempet ketemu adek di teras depan pas adek ngejar tukang bubur ayam" sambung Haruto.

"Sama siapa?" Tanya Jihoon nampak khawatir.

"Sendiri" sahut Haruto membuat Jihoon mendecak.

"Kenapa a?" Tanya Renjun.

"Kamu lupa Njun kalau bapak tuh gak bisa keluar rumah sepagi itu! Sesak nafasnya bisa kambuh!" Jihoon bangkit dari duduknya lalu pergi dengan tergesa gesa.

Renjun loading sementara yang lain masih menatap kepergian Jihoon dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Emang bapak punya penyakit itu ya mak?" Chenle buka suara setelah daritadi hanya diam.

Emak menghela nafas "awalnya bapak gak pernah cerita tapi suatu hari saat aa kalian pengen beli bubur ayam, aa pengen bubur yang deket taman dan itu adanya hanya dari jam lima pagi sampai jam enam. Biasanya aa pergi beli bubur itu sama emak, tapi entah lagi manja atau gimana aa maksa bapak untuk pergi jam lima pagi. Bapak yang emang selalu menuruti maunya aa maka pergilah mereka ke tempat bubur itu. Baru saja setengah jalan, bapak memegangi dadanya dan nafasnya sesak Kami panik membawa bapak ke klinik terdekat. Setelah itu bapak mengakui kalau punya penyakit itu. Setelahnya aa gak pernah ngajak bapak pergi pagi lagi"

Semua mengangguk faham kenapa Jihoon sepanik itu tadi. Ternyata di balik rasa bencinya Jihoon terhadap bapak masih ada rasa sayang dalam hatinya.



















































Kok jadi makin lope ke Jihoon deh 😍

Bujang's EmakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang