***

221 22 1
                                    

Chenle dan Haruto lagi ngobrol di ruang tengah entah ngobrolin apaan pokoknya serius banget.

"Ekhem!" Suara deheman seseorang membuat Haruto dan Chenle noleh ke belakang.

"Kalian berdua lagi ngomongin apa?" Jihoon menatap kedua adiknya bergantian.

"Lo aja yang ngomong bang" bisik Haruto nyenggol lengan Chenle.

"Lo aja deh" bisik Chenle.

Mereka saling senggol lengan bikin Jihoon jengah.

"Jangan bikin aa kesel plis!" Jihoon dengan tatapan galaknya menghentikan aktifitas saling senggol kedua adiknya itu.

Emak memperhatikan dari dapur sementara Renjun yang lagi nangkring di tangga perlahan turun pengen tahu apa yang lagi di baca Jihoon.

"Itu surat rapat untuk orang tua" cicit Chenle pelan sambil nunduk.

Di surat tersebut tertulis harus bapak bapak yang ke sekolah disini Jihoon faham kenapa kedua adiknya bertingkah kaya barusan.

"Biar aa yang ke sekolah" Jihoon mlipat surat tersebut menyinpannya pada saku kemejanya.

"Tapi a yang jadi wakil Haru nanti siapa?" Tanya Chenle karena mereka beda kelas dan rapatnya terpisah.

"Ada kak Renjun kan" ucap Jihoon dan Renjun mengulurkan tangannya minta surat tersebut pada Haruto.

"Kalian kan bukan bapak kita" Haruto nunduk sementara Chenle menepuk jidatnya sendiri.

Dugaan Chenle bener Jihoon wajahnya udah gak biasa.

"Ma-maafin Haru a" Chenle memeluk pinggang Jihoon menariknya untuk duduk di meja makan.

"Kamu gimana sih! Kakak udah bilang jangan bahas bapak depan aa" bisik Renjun.

Hening suasana di meja makan emak jadi bingung harus gimana.

"Aa, maafin Haruto ya!" Emak mengusap lengan Jihoon.

"Maaf aa" Haruto menunduk dia bener bener nyesel udah ngomong kaya tadi.

Jihoon bangkit dari duduknya menghampiri Haruto.

Jihoon mengusap lembut kepala Haruto.

Haruto mendongkakan kepalanya.

Tanpa di duga Haruto udah nangis dia takut banget kalau Jihoon marah.

"Maafin aa ya! Aa cuma gak seneng kamu ngucap kata 'bapak' di keluarga kita" Jihoon mengusap air mata Haruto.

Haruto memeluk pinggang Jihoon nyelesepin kepalanya pada perut Jihoon.

Jihoon mengusap kepala Haruto dengan sayang.





Di sekolah murid cewek pada heboh katanya ada cogan ke sekolah.

"Ada apaan sih?" Tanya Haruto sama salah satu temen sekelasnya.

"Ada cogan datang ke sekolah kita!" Pekik temen Haruto tersebut.

"Ck dasar cewek alay! Cogan doang heboh banget" Haruto mendudukan pantatnya pada kursi lalu memainkan ponselnya pasang earphone lalu memejamkan matanya.

"Diem!" Haruto menepis tangan seseorang yang nepuk pundaknya.

Orang itu jengah lalu menarik earphone yang terpasang cantik pada telinga Haruto.

Haruto membuka matanya dengan kesal hampir saja dia melayangkan bogeman mentah pada orang itu.

"Kak Njun" Haruto nyengir menurunkan tangannya yang udah siap jotos orang.

"Dimana ruang rapatnya?" Tanya Renjun.

Haruto bukannya jawab dia malah merhatiin ciwi ciwi lagi pada bisik bisik.

"Sini kak!" Ajak Haruto berjalan mendahului Renjun.

"Haruto lo kenal orang ini?" Salah satu murid cewek berbisik ke telinga Haruto sambil agak jinjit gitu soalnya Harutonya ketinggian haha.

"Denger lo semua cewek alay! Cowok yang lo teriakin dari tadi dia namanya Renjun! Dia abang gue" teriak Haruto matanya menyapu semua cewek yang berkerumun.

Semua cewek itu terdiam lalu memberi akses jalan buat Renjun dan Haruto lewat.

"Gara gara kakak nih ah aku jadi gak famous lagi" Haruto cemberut.

"Terbukti kan kalau kakak lebih ganteng dari kamu" sahut Renjun tertawa lalu masuk ke ruang rapat orang tua karena udah nyampe.

"Haruto!" Suara melengking Chenle menggetarkan telinga sang pemilik nama yang di panggil.

"Gak usah teriak kali bang" kata Haruto.

"Kak Njun udah dateng?" Tanya Chenle.

"Udah tuh lagi duduk manis di pojokan!" Haruto nunjuk Renjun.

Chenle menahan tawa begitu matanya menyapu ruang rapat tersebut.

"Kenapa bang?" Haruto yang menyadarinya langsung bertanya.

"Di dalam sana yang seger cuma kak Njun doang yang lainnya pada keriput" Chenle terkekeh pelan.

"Yeeeeuu kirain apaan" Haruto pergi menjauh takutnya pimpinan rapat keburu dateng.





Kelas semuanya ricuh karena jam pelajaran di kosongkan rapat masih berjalan.

Chenle menatap kosong ke depan dia lagi di belakang sekolah disana ada bangunan kecil tak terpakai dia selalu kesana kalau sedang rindu dengan sosok yang selama ini belum pernah ia temui.

"Bapak itu mirip siapa ya? Mirip aa atau kakak? Atau adek? Atau mirip Chenle? Tapi aa sama Chenle mirip mmm mirip unyunya hehe" Chenle bermonolog sendiri.

"Ya tuhan Chenle gak tahu bapak masih hidup atau enggak, kalau masih hidup semoga Chenle bisa ketemu dia tapi kalau udah meninggal semoga bapak tenang di alam sana" curhat Chenle pada tembok kosong di depannya.

"Chenle gak tahu kenapa aa Jihoon suka marah kalau bersangkutan dengan bapak? Apa bapak jahat?" Chenle membuat coretan abstrak pada tembok tersebut dengan bulir air mata yang telah jatuh.

























Jujur aja sampe sekarang belum nemu visual emak dan bapaknya mereka :(

Kalau kalian punya rekomen silahkan komen ya :) jangan lupa vote juga :)

Bujang's EmakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang