***

163 21 1
                                    

Haruto lagi lihatin kalender entah apa yang dia tulis di kalender tersebut.

"Ngapain lo?" Tanya Chenle menghampiri adiknya.

"Lagi lihat tanggal bang. Ternyata bentar lagi tanggal dua puluh tiga" Haruto melirik Chenle sekilas lalu fokus lagi pada kalender.

"Emang kenapa sama tanggal dua puluh tiga?" Tanya Chenle.

"Abang lupa ya? Tanggal Dua puluh tiga kan ulang tahunnya kakak Renjun" Haruto menaruh kalender di atas nakas.

"Oh iya! Kok gue gak inget ya" Chenle nepok jidatnya sendiri.

Haruto cuma menghela nafas lalu pandangannya menangkap sosok wanita yang selalu ia hormati.

"Emak udah pulang" Haruto menghampiri emak yang sudah duduk di sofa sambil memijat bahunya.

"Emak cape ya? Sini adek pijitin bahunya" Haruto mulai memijit bahunya emak.

Chenle duduk di hadapan emak.

"Bentar lagi kakak ulang tahun mak, kita nanti bikin pesta apa gimana?" Tanya Chenle.

Emak Rose tersenyum "kita tanya kakak sama aa dulu ya" Chenle dan Haruto ngangguk faham.

Jihoon merebahkan tubuhnya di sofa sambil memijat pelipisnya sepertinya Jihoon sedang banyak fikiran.

"Jagoan emak kenapa?" Jihoon melirik emak sekilas.

"Gak apa apa mak" jawab Jihoon.

"Cerita aja a. Walau kita gak bisa bantu seenggaknya kita denger isi hati aa" Jihoon berfikir yang di ucap Chenle ada benernya juga.

Jihoon duduk lalu menghampiri emak yang lagi di pijit Haruto.

Jihoon menggenggam kedua tangan emak sepersekian detik air matanya jatuh.

"Aa kenapa?" Tanya emak menghapus air mata Jihoon.

"Maafin aa mak" Jihoon memeluk emak dengan erat.

Emak cuma menepuk lembut punggung Jihoon.

Haruto dan Chenle saling pandang seolah tatapan mereka mengatakan 'apa yang terjadi?'.

"Tenang dulu sayang. Ceritakan saat kamu siap" ucap emak Rose

Jihoon melepas pelukannya di tatapnya lekat wanita di hadapannya tersebut.

"Brangkas Jihoon di toko hilang mak" Jihoon menunduk.

Emak kaget "bagaimana bisa?"

Haruto dan Chenle pun terkejut. Masalahnya dalam brangkas tersebut isinya bukan hanya uang tapi sertifikat toko tersebut ada di dalamya.

"Maafin aa mak!" Jihoon nangis.

"Ya sudah nanti kita cari. Aa gak usah nangis lagipula uang bisa di cari" emak tersenyum mengusap air mata Jihoon.

"Sertifikatnya mak yang aa fikirin" ucap Jihoon.

"Kamu bisa pergi ke kantor pak Taeyong buat minta data datanya di komputer. Waktu itu kan dia yang ngurus sertifikatnya kan?" Jihoon ngangguk denger penuturan emak.

"Aa udah periksa cctv belum?" Tanya Chenle.

Jihoon melirik Chenle "aa gak kefikiran kesitu. Tadi tuh panik pas brangkas gak ada"

Haruto dan Chenle nepok jidat.

"Ya udah kita buka cctv di toko yuk!" Ajak Chenle dan Jihoon ngangguk.

"Gue gak ikut bang mau bantuin emak nyiapin makan malam" tolak Haruto saat Chenle menatapnya tadi.












"Kira kira siapa ya mak yang udah nyuri brangkasnya aa?" Haruto melirik emak sekilas lalu fokus kembali memotong wortel.

"Emak juga penasaran dek. Yang tahu brangkas kan cuma aa dan para karyawannya" ucap emak.

"Tapi mak kalau yang nyuri karyawannya aa, pasti ada alesannya ya kan mak?" Kata Haruto seiring dia selesai mengupas wortel.

"Meski pelakunya bukan karyawan aa, pasti dia juga punya alasan dek" kata emak dan Haruto ngangguk faham.

'Tingtong' suara bel rumah berbunyi emak dan Haruto saling pandang.

"Dek bukain pintu dulu gih, emak lagi tanggung goreng ayam nih" ucap emak.

"Assiiaaap! Mmuach" Haruto mencium pipi emak lalu berjalan menuju pintu.

'Cklek' pintu terbuka.

"Cari siapa ya om?" Tanya Haruto.

Haruto natap aneh si omnya diem aja. Sepersekian detik Haruto jadi inget dia pernah papasan sama om ini beberapa waktu lalu.

"Hallo om! Nyari siapa?" Haruto mengibaskan tangannya di depan wajah si om.

"O-oh maaf, bener ini rumahnya ibu Rose?" Tanya si om itu.

"Iya betul. Saya putranya" jawab Haruto tersenyum.

"Putra? Siapa dia? Chenle? Atau Haruto?" Bathin Jaehyun menatap Haruto.

"Mmm ada perlu apa ya om?" Tanya Haruto.

"I-ini saya teman bisnis ibu anda" ucap Jaehyun gugup.

Haruto nampak berfikir karena ibunya udah gak mengurusi bisnis lagi sebagian sahamnya di jual yang tersisa hanya toko kelontongan yang kini di kelola Jihoon.

"Siapa dek?!" Emak nyamperin Haruto ke depan.

"Ini mak katanya om ini temen bisnis emak" jawab Haruto.

Rose terkejut melihat sosok laki laki di hadapannya sekarang. Entah mimpi apa dia semalam sehingga bertemu dengan seseorang yang telah menyakitinya.

"Adek tolong siapin piring ke meja makan ya, ini tamu emak" emak tersenyum dan Haruto cuma ngangguk lalu pergi ke dalam rumah.

"Rose" suara Jaehyun pelan.

"Ngapain kamu kesini mas?" Tanya Rose menahan air matanya. Tak bisa di pungkiri luka di hatinya masih terasa sampe sekarang walau sesungguhnya dia merindukan sosok ayah dari anak anaknya tersebut.

"Aku minta maaf, seb.....

"Chenle! Renjun masuk!" Suara seseorang memotong ucapan Jaehyun.

Jaehyun nengok dia melihat tiga bujang tengah berdiri menatapnya.

"Dia siapa a?" Tanya Chenle yang tak di gubris Jihoon.

"Renjun! Bawa Chenle masuk!" Suara Jihoon sedikit membentak.

"Ayo masuk!" Bisik Renjun narik tangan Chenle masuk.

Chenle terus memperhatikan wajah sosok laki laki yang sedang ngobrol bersama emak.


"Cepat anda pergi sebelum saya bertindak kasar!" Bentak Jihoon pada Jaehyun yang notabene ayah kandungnya.

"Jihoon bapak mohon izinkan bapa ngobrol sama emak kamu" Jaehyun memohon.

"Enggak!" Bentak Jihoon sudah mengepalkan tangannya.

Jaehyun mengalah dia memilih pergi.

Setelah kepergian Jaehyun, kaki Jihoon rasanya lemes dia terduduk di lantai bahunya bergetar sepertinya dia nangis.

Emak memeluknya dengan erat "jangan nangis a" ucap emak mengelus lembut kepala putranya tersebut.

"Kenapa dia kembali mak?" Suara Jihoon parau.

Emak cuma diem.

























Gaaaaaiisseeeeuuu perasaan di chap ini Jiun nangis mulu dah mmm maafkan hamba hihi





Bujang's EmakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang