Emak sedaritadi memainkan ponselnya sambil duduk santai di sebuah cafe sepertinya emak janjian dengan seseorang.
"Udah lama?" Tanya orang itu lalu duduk si hadapan emak.
"Lumayan" sahut emak menyimpan ponselnya ke dalam tas.
Orang itu melempar senyum yang seri g dulu emak lihat.
"Kamu makin cantik Rose" Jaehyun dengan terang terangan memuji mantan istrinya itu.
Rose tak menanggapi.
"Aku kesini cuma mau bilang, Jihoon akan menikah" Rose menatap datar Jaehyun seorang pria yang pernah mengisi hari harinya di masa lalu.
"Kalian ngundang aku?" Jaehyun nampak ragu mengatakan itu mengingat sosok Jihoon putra sulungnya yanv sangat membenci dirinya.
"Hanya Renjun yang menghormati kamu saat ini, aku kesini atas permintaan anak kedua kamu. Selebihnya boleh kamu temui Jihoon" Rose bangkit dari duduknya.
"Tapi...
Rose sudah pergi tak guna Jaehyun ngomong.
Rose menangis dalam toilet. Rasa sesak kembali menerpa hatinya mengingat betapa banyak kenangan manis bersama Jaehyun.
"Apa kamu masih mencintai aku mas?" Bathin Rose bertanya pada dirinya sendiri seraya menghapus air matanya.
Sementara di temlat lain Jaehyun tengah berada di konter Renjun.
"Sini pak masuk!" Renjun tersenyum membuka pintu ruang istirahatnya ketika dia tak bisa pulang ke rumah.
Jaehyun masuk dan duduk di ranjang kecil milkk Renjun.
"Maaf pak tempatnya kurang nyaman, ini Renjun buat hanya untuk sekedar melepas lelah" kata Renjun.
"Tak apa nak" kata Jaehyun tersenyum.
"Bapak udah ketemu emak" ucapan Jaehyun membuat atensi Renjun menatap sang bapak serius.
"Emak ngomong apa?" Tanya Renjun.
"Soal pernikahan Jihoon. Bapak gak yakin untuk hadir nak" Jaehyun nampak sedih.
Renjun menghela nafas "nanti aku atur semuanya pak. Bapak datang aja gak apa apa" Renjun menggenggam kedua tangan bapaknya.
Jaehyun merasa ada semangat dalam dirinya ketika merasakan genggaman tangan putranya yang begitu hangat.
Semua persiapan udah mantap waahh Jihoon emang ya meski waktunya singkat tapi dia mampu dengan sempurna membereskan semuanya.
"Siap siap jadi nyonya Jihoon ya" Jihoon mengusap pipi Hyunsuk lembut.
Hyunsuk menyentuh punggung tangan Jihoon yang masih menempel di pipinya.
"Dari dulu juga siap tapi aa cuek" Hyunsuk menurunkan tangan Jihoon sambil manyun.
Jihoon terkekeh menatap punggung Hyunsuk yang membelakanginya.
"Maaf ya" Jihoon memeluk si calon istri dari belakang seraya menghirup aroma farfum dari ceruk leher Hyunsuk membuat si empunya merasa geli.
Hyunsuk membalikan badan menghadap Jihoon.
"Si bos galak, jutek ternyata bisa jatuh cinta sama mantan pegawainya" celetuk Hyunsuk sambil terkekeh.
Jihoon smirk menarik pinggang ramping Jihoon. Hyunsuk kaget dong jarak wajah mereka deket banget bahkan hidung mereka udah nempel.
Jihoon memejamkan matanya perlahan bibirnya menyentuh bibir lembut si calon istri melumatnya perlahan membuat Hyunsuk terbuai dan membalas perlakuan Jihoon.
"Ekhem" suara seseorang membuat keduanya kaget dan gugup.
"Ngapain kalian?" Jihoon menatap ketiga adiknya tajam.
"Ya elah aa biasa ae napa" Chenle terkekeh.
"Sabar aa sabar nanti kalau udah nikah gak cuma cium bibir aja kok" Haruto menjilat bibirnya sendiri membuat Jihoon jijik.
"Hati hati a kalau mau mesra mesraan udah tahu punya adik kurang akhlak" sambung Renjun melenggangkan kakinya masuk dalam rumah.
"Lanjut di kamar aja" ucap Chenle tertawa.
"Mendesahnya jangan kekencengan nanti dedek sange" celetuk Haruto.
Renjun hanya terkekeh.
Jihoon hanya mendengus kesal sementara Hyunsuk asli malu banget.
Flash back on
"Renjun badan kamu panas! Aa bawa ke dokter ya" tawar Jihoon panik.
Renjun menggeleng.
Jihoon panik karena pernah waktu kecil Renjun demam ampe pingsan gak sadarnya sampe dua hari.
"Mak gimana nih?" Jihoon tambah panik pas emak datang bawa kompresan.
"Aa tenang dulu, Renjun cuma panas biasa" emak menempelkan kompresan pada kening Renjun.
Renjun memejamkan matanya sementara emak mengusap lembut kepala putranya.
Jihoon terus mengecek detak jantung sang adik. Dia kembali teringat dimana Haruto pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan detak jantungnya melemah bahkan sempat berhenti kemudian berdwtak lagi jelaslah semua itu Jihoon dan emak yang paling panik mengingat hanya Jihoon yang sudah dewasa.
"Emak ke apotek dulu ya a" kata Rose memelankan suaranya takut Renjun terbangun.
Jihoon ngangguk "biar aa yang jaga Renjun"
Setelah Rose pergi Jihoon menatap sendu wajah adiknya "aa minta maaf" cicit Jihoon pelan.
"Aa tahu kamu pasti kefikiran soal aa yang masih marah sama kamu. Maaf ya Njun aa bukan marah hanya entah kenapa aa belum bisa nerima bapak lagi di kehidupan kita" Jihoon lirih air matanya jatuh.
Renjun membuka matanya perlahan. Pandangannya menangkap samar sosok Jihoon tengah terisak.
"Aa kenapa nangis?" Suara Renjun serak.
Jihoon tak menjawab dia malah mengganti kain kompres aang adik.
"Kamu lapar? Aa ambil makan dulu ya!" Jihoon hendak berdiri namun lengannya di tahan Renjun.
"Aku gak laper a. Aku cuma mau dapat maaf dari aa" Renjun berkaca kaca.
"Aa gak marah sama kamu, aa minta maaf bikin kamu kefikiran terus" Jihoon penuh sesal.
Renjun tersenyum "aku yang salah a"
Jihoon menggeleng "udah gak usah di bahas. Aa mau kamu sembuh jangan demam tinggi lagi aa panik tahu"
Hati Renjun rasanya hangat mendengar ucapan sang kakak.
Rose tersenyum dalam tangisnya "maaf sayang emak belum mampu jadi orang tua yang baik buat kalian" ucap emak perlahan menutup pintu kamar Renjun.
Flash back off
"Aa gak keberatan kan kalau aku undang bapak ke pernikahan aa?" Renjun gugup takut Jihoon marah lagi.
Jihoon hanya tersenyum "aa nyerah Njun. Kamu paling hormat sama bapak. Kamu paling menghargai dia. Pernikahan adalah hari penting dimana harusnya keluarga kita utuh merayakan kebahagiaan bersama"
Renjun mencerna setiap kata yang Jihoon ucapkan "apa aa kasih lampu hijau?"
"Karena itu hari penting Njun. Untuk kedepannya aa belum yakin buat nerima bapak lagi" ucap Jihoon lalu pergi.
"Aa tuh hatinya lembut kok" Hyunsuk datang menepuk pundak calon adik iparnya.
Renjun mengangguk merasa dapat semangat dari Hyunsuk untuk membuat Jihoon dan bapak akur lagi.
Part ini agak panjang nampaknya hihi

KAMU SEDANG MEMBACA
Bujang's Emak
Fiksi Penggemarempat anak bujang yang begitu sayang pada sosok emaknya.