Putus cinta. Seharusnya tidak menjadi masalah bagi seorang dewasa seperti Jung Jaehyun.
"Hidup terus berjalan. Jangan menyerah hanya karena cinta."
Kalimat yang mudah diucapkan, tapi sangat sulit untuk dilakukan. Jaehyun tidak tahu kenapa ia bisa merasakan kesakitan teramat sangat saat sekali lagi, untuk kesekian kali, cintanya kandas begitu saja.
"Carilah kekasih. Di usiamu sekarang kau harus menikah."
"Kami ingin segera menggendong cucu."
Tuntutan yang tidak pernah berhenti menggangu Jaehyun di usianya yang ke dua puluh sembilan. Tampan dan mapan, dua hal itu seolah menjadi standar bagi Jaehyun untuk segera mengakhiri masa lajangnya.
Apa manusia harus menikah? Tidak bisakah Jaehyun hidup sendiri saja, terbebas dari para wanita yang mengaku cinta tapi selalu berakhir menorehkan luka?
Jaehyun hanya tidak mau menjadi lebih lemah dari ini. Menydihkan.
"Kali ini kenapa lagi? Kau terlalu cuek? Atau kau diselingkuhi lagi?"
PIP
Jaehyun memutuskan panggilan dengan orang yang beberapa tahun ini mendeklarasikan diri menjadi sahabatnya. Sepertinya cerita putus cinta Jaehyun sudah terlampau biasa. Membosankan.
Berjalan tidak tentu arah, hanya mengikuti langkah kaki. Drama sekali 'kan, hidup Jaehyun?
Masih dengan setelan kantor yang sudah tidak layak pandang. Kemeja kusut, lengannya digulung sampai siku, dasi yang hanya melingkar asal di leher dan jas tersampir sembarangan di bahu. Jangan lupakan rambut yang tadi pagi tertata rapi kini berantakan bagai diterjang badai dan gurat lelah di wajah tampannya.
Jaehyun hanya butuh waktu. Biarkan malam ini ia mengikuti perasaannya yang tidak baik-baik saja. Sebelum esok hari ia harus kembali menjadi Jung Jaehyun si laki-laki ramah penuh semangat dan anak penurut kebanggaan orang tua.
Jaehyun mengantungi kembali ponselnya setelah memberi kabar pada sang ibu.
Anak Mommy.
Jaehyun ingat ia pernah diputuskan di hubungan satu bulan dengan alasan itu. Seolah apa yang Jaehyun lakukan dengan memperhatikan ibunya, selalu memberi kabar dan meminta izin untuk apa yang ia lakukan adalah kesalahan besar.
Miris sekali.
Kota yang Jaehyun tinggali hanyalah bagian kecil dari negara tanah kelahirannya. Bukan kota metroplitan tapi tidak juga tertinggal dalam peradaban. Ada banyak gedung tinggi dan dunia malam telah menjalar.
Jaehyun bukan si polos yang tidak tahu sisi lain kehidupan sosial, yang dianggap tidak normal, tabu, atau apalah itu. Termasuk apa yang ada di dalam pandangannya kini. Dua orang berjenis kelamin sama tengah bercumbu di kap mobil. Begitu intim, seolah dunia hanya milik berdua. Tidak tahu malu, begitu yang pasti akan ibunya katakan jika melihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Call It Ours (2Jae)
Fanfiction[JAEJAE] Jaehyun yang selalu gagal dalam percintaannya dengan wanita, bertemu Jaemin-si anak asuh pasangan gay-yang tengah mencari jati diri. "Kau tahu? Cinta bisa tetap dimiliki tanpa harus saling memiliki."