4

1.5K 213 17
                                    

Terima kasih untuk kalian yang membaca sampai chapter ini<3

...

Jaehyun menatap tidak percaya pada Jaemin yang menunjukkan kendaraannya di tempat parkir. Bukan karena Jaehyun tidak pernah melihat model mobil keluaran perusahaan berlogo kuda yang biasa berlalu lalang di jalan, tapi kenyataan bahwa anak di bawah umur itu mengendarainya seorang diri ke bandara.

"Masuklah."

Jaehyun meraih tangan Jaemin, mengambil kunci mobil dari si pemilik sebelum berlalu ke sisi pengemudi. Rasanya menyesal ia membiarkan Jaemin datang. Pada akhirnya Jaehyun harus merelakan tubuh lelahnya mengemudi.

"Biar aku saja. Kau pasti lelah."

Bukannya menurut, Jaemin mengikuti Jaehyun, mengetuk jendela di sisi kemudi. Membuka pintu mobil lalu mencoba menarik si tampan turun. Si manis memang keras kepala.

Ditempatnya Jaehyun menarik napas pelan. Meredakan emosi.

"Masuk."

Sepertinya ketegasan dalam ucapan Jaehyun mampu membuat Jaemin tidak berkutik. Tarikan di tangannya berhenti, dan si pelaku duduk di sampingnya dengan wajah menunduk.

Sepuluh hari lebih tujuh jam tidak bertemu. Tidak ada yang aku rasakan, selain senang karena bisa melihatnya lagi.

Aku memang merindu. Aku rindu wajah marahnya, aku rindu omelannya, aku rindu dirinya yang terganggu dengan apa yang kulakukan, aku juga rindu senyumnya.

Aku harus bersabar untuk mendapatkan yang terakhir.

Tapi hari ini, seperti mendapatkan bonus, aku melihat ekspresinya yang lain.

Khawatir. Jaehyun khawatir padaku.

Aku tidak tahu kalau dikhawatirkan seseorang rasanya semenyenangkan ini.

Aku berusaha keras menyembunyikan senyumku selama perjalanan. Aku hanya merasa... malu.

.

.

"Rumahku kosong."

Jaehyun tidak tahu kenapa hanya dengan satu kalimat itu ia membelokkan mobil ke arah yang berlawanan dengan jalan menuju rumahnya.

"Daddy ada perjalanan bisnis, dan Papa sedang berlibur dengan teman-temannya."

Mereka sampai pada kawasan perumahan elit. Lingkungannya sangat sepi, cocok untuk kehidupan individualis yang tidak perlu memikirkan gunjingan sekitar atas apa yang kita lakukan. Tidak peduli, tidak ikut campur.

Rumah itu tipe minimalis berlantai dua. Ada halaman kecil di depan. Tidak ada yang spesial, hanya ada beberapa tanaman dalam pot yang kurang terawat.

Masuk ke dalam, kesan mewah tidak terlepas dari berbagai perabotan dan pajangan bernilai ribuan dolar.

"Kau mau mandi dulu?" Jaemin membuka sebuah pintu di lantai dua. "Ini kamarku."

Jaehyun menatap sekeliling, kakinya masuk lebih dekat dengan kamar bernuansa putih dan coklat itu. Ini mengingatkannya pada kamarnya saat remaja. Poster dan pajangan dari berbagai pemain bola terkenal dunia.

Tidak banyak perabotan di sana. Single bed, lemari pakaian, dan meja belajar lengkap dengan buku-buku dan komputer gaming.

"Aku akan membuatkanmu makanan."

Jaehyun menoleh tidak yakin, tapi pada akhirnya ia mengangguk. Membiarkan Jaemin keluar dan menutup pintu di belakangnya.

Mendudukkan diri di ranjang sejenak, Jaehyun mengumpulkan sisa-sisa tenaga dalam tubuh lelahnya. Ingin sekali ia merebahkan tubuh sekarang. Apalagi kasur yang didudukinya ini terasa sangat nyaman.

Just Call It Ours (2Jae)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang