"Pelan-pelan." Jaehyun mendekatkan botol air mineral pada Jaemin yang memakan ayamnya rakus. Ia menatap khawatir kekasih manisnya yang makan seperti orang kelaparan, "cukup. Tidak ada saus lagi."
"Berikan padaku." Dengan keringat dan air mata bercucuran menahan pedas, Jaemin berusaha merebut saus pedas yang Jaehyun jauhkan dari jangkauannya. Ia tahu Jaemin suka pedas, karena itu ia membelikan ayam dengan level pedas tertinggi, tapi si manis masih saja menambahkan saus extra pedas yang didapat dari dapurnya.
Jaehyun menggenggam tangan Jaemin setelah meletakkan botol saus jauh-jauh. "Sudah cukup," tangannya terulur mengusap air mata yang menuruni pipi chubby itu, ah sepertinya tidak lagi semenggemaskan dulu karena si manis kehilangan banyak berat badannya.
"Aku masih lapar."
Berdecak sebal, Jaehyun menepis tangan Jaemin yang hendak mengambil lagi ayamnya, membuat dentingan kecil akibat sumpit yang berbenturan dengan lantai.
Jaehyun tahu makan pedas hanya alasan. Jaemin ingin menangis, Jaehyun tahu itu. Ia ingin mengatakannya, tapi mengingat ego Jaemin, ia hanya tidak ingin merusak malam ini.
"Sudah malam. Jangan makan terlalu banyak atau kau akan gemuk."
"Kau tidak suka memiliki kekasih gemuk?"
Jaehyun hanya mengedikkan bahu, tidak berniat menjawab karena bukan itu maksudnya. Tapi tidak berniat meluruskan kesalahpahaman pula.
"Baiklah. Aku tidak akan makan lagi." Jaemin menjauhkan kotak ayamnya yang sisa beberapa potong, "aku akan diet mulai besok."
Jaehyun melotot tidak setuju. "Tidak tidak. Aku yang akan mengatur kapan kau makan."
"Apa aku terlihat jelek kalau gemuk?" Jaemin sibuk memperhatikan penampilannya.
"Mau nonton film?" Jaehyun mengalihkan topik. Ia meraih remot tv dan menyalakan layar datar di hadapan mereka.
"Kau mau nonton film?"
Jaehyun terkekeh gemas melihat wajah mengantuk Jaemin. Sungguh aneh, biasanya orang yang makan pedas akan bebas dari kantuk, tapi si manis ini berbeda.
"Ya Kemarilah." Ia menarik tubuh Jaemin yang menyandarkan kepalanya dengan nyaman di bahu Jaehyun.
Bolehkah aku menjadikan pelukanmu sebagai rumahku?
.
.
"Dia sudah punya kekasih."
"Tidak mungkin. Dia baru saja putus dengan kekasihnya."
"Mungkin. Dia baru saja baikan dengan kekasihnya satu jam sebelum pertemuan kami."
Sooyoung dan kegigihan memang jodoh yang tidak akan pernah terpisahkan. Lihat saja contoh hasil nyatanya, Yook Sungjae Si Manusia Berandal yang berhasil ditaklukan.
Sooyoung tidak akan berhenti sampai ia berhasil, atau dalam hal ini akan berhenti sampai Jaehyun membawa wanita ke rumah. Entah itu yang Sooyoung kenalkan, atau Jaehyun kenal sendiri.
"Sudahlah. Jangan jdoh-jodohkan aku lagi.
"Jaehyun!"
Jaehyun mengunci pintu kamarnya.
"Sooyoung, adikmu baru pulang. Biarkan dia istrirahat."
Dalam hati Jaehyun berterima kasih pada ibunya.
"Jaehyun, mandi lalu makan malam dulu. Jangan langsung tidur."
"Iya, Eomma."
Jaehyun melemparkan tas dan jasnya sembarangan di meja. Ia meraih ponsel dari saku celana, menghubungi kekasih manisnya yang seharian ini belum ia temui. Rasanya rindu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Call It Ours (2Jae)
Fanfiction[JAEJAE] Jaehyun yang selalu gagal dalam percintaannya dengan wanita, bertemu Jaemin-si anak asuh pasangan gay-yang tengah mencari jati diri. "Kau tahu? Cinta bisa tetap dimiliki tanpa harus saling memiliki."