19

944 117 37
                                    

Jaemin tidak pernah tahu permasalahan kedua orangtuanya hingga mereka memutuskan untuk berpisah.

Satu hal yang ia tahu, mereka masih saling mencintai. Atau, itu hanya dugaannya saja?

Chanyeol selalu menanyakan kabar Sehun setiap mereka bertemu. Meski pertanyaan singkat dan terkesan basa basi, pandangan matanya tidak bisa berbohong jika ia senang saat Jaemin mengatakan Papanya baik-baik saja.

Sehun seringkali menyebut nama Chanyeol. Papanya itu sama sekali tidak menyembunyikan perasaannya meski tidak pernah mengatakannya secara langsung juga. Biarkan Jaemin berasumsi sendiri.

"Jae, menurutmu kenapa dua orang yang saling mencintai memilih untuk berpisah?" Jaemin bertanya disela kegiatannya makan es krim.

Jaehyun dengan wajah lelahnya sepulang bekerja terdiam beberapa saat. Ada kerutan di dahinya, bersamaan dengan gumaman panjang.

"Apa menurutmu cinta harus saling memiliki?" Si Manis mengganti pertanyaan. Kepalanya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang tidak ia mengerti. Kenapa pikiran orang dewasa mengenai cinta begitu rumit?

Seberapapun ia mencoba mengerti, Jaemin tidak akan pernah bisa menerima perpisahan orangtuanya.

"Kalau kau bertanya pendapatku, menurutku iya." Jaehyun memilih menjawab pertanyaan kedua lebih dulu, "kalau tidak untuk saling memiliki, untuk apa cinta itu ada?"

Jaemin mengangguk, membenarkan ucapan kekasihnya.

"Berbeda cerita jika cinta itu hanya sepihak." Jaehyun melanjutkan, "Perasaan tidak bisa dipaksakan."

Jaemin menatap kekasihnya. Sebersit bahagia muncul di hatinya. Bukankah ia beruntung cintanya tidak sepihak? Ia bahagia memiliki Jaehyun di sisinya, dan Jaehyun, bukankah begitu?

Cup

Jaehyun yang terkejut dengan kecupan di pipinya menoleh sekitar.

"Kau takut? Wajahmu lucu sekali, Jae." Jaemin tertawa, kembali menikmati es krimnya, berpura-pura abai akan tatapan tidak menyenangkan kekasihnya.

.

.

Menghindar satu atau dua kali itu mudah. Tapi jika setiap hari selama seminggu ini Youngho terus mencoba mengajaknya bicara, Jaehyun kehabisan alasan untuk menolak.

"Bagaimana perasaanmu? Sudah memastikannya?"

Jaehyun terdiam. Ia tahu maksud pembicaraan ini, alasannya menghindar bukanlah ragu karena belum membuat pilihan.

"Katakanlah kau yakin dengan perasaanmu. Lalu bagaimana dengannya?"

"Dia mencintaiku."

Youngho menatap lekat sang adik. Wajahnya tenang, juga tidak ada tatapan menghakimi dari matanya.

"Namanya Jaemin 'kan? Park Jaemin."

Jaehyun mengangguk. Mengingat pertemuan mereka di acara kelulusan Jaemin dan Minjung, ia yakin kakaknya itu telah mengetahui banyak informasi tentang Jaemin.

"Dia anak yang manis. Pendiam tapi banyak bicara dengan orang yang membuatnya nyaman. Dulu dia membuat sahabatku jatuh cinta pada pandangan pertama, lalu sekarang adikku." Youngho tersenyum, "aku yakin kau belum tahu, tapi aku mengenalnya saat dia kecil."

Terkekeh pelan, Yougho melanjutkan nostalgia masa lalunya. "Dia lupa padaku. Tapi aku bersyukur dia bertemu orang-orang yang menyayanginya."

Jaehyun menatap Youngho, terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Jaehyun, tidakkah kau pernah berpikir, bagaimana bisa Sehun dan Chanyeol memiliki Jaemin?"

"Mereka mengadopsinya dari panti asuhan." Itulah yang dikatakan Jaemin, dan otak--yang biasanya--cerdas milik Jaehyun tidak sekalipun merasakan kenehan sebelum Youngho mengungkitnya.

Just Call It Ours (2Jae)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang