"Samchon!"
Jaehyun mengikat kembali tali bathrobenya. Hampir saja ia menunjukkan pemandangan tidak senonoh pada si keponakan. Jantungnya serasa hampir copot melihat kepala Minjung menyembul dari balik pintu kamarnya.
"Tidak bisakah kau ketuk pintu dulu?" si tampan yang terlihat segar sehabis mandi itu menunjukkan raut berbeda pada wajahnya. Ia kesal tentu saja. Apa susahnya mengetuk?
Bukannya merasa bersalah, Minjung membuka pintu lebih lebar. "Tidak biasanya Samchon sudah bangun. Sudah mandi pula." Suaranya serak. Anak itu masih mengenakan piyama biru motif doraemonnya. Rambut singa yang dibiarkan berantakan itu menunjukkan Minjung baru bangun dari kasurnya.
Dasar pemalas.
Jaehyun mendorong keponakannya keluar. "Aku tidak ada waktu untuk menjadi sopirmu hari ini."
"Kau mau berkencan?" Minjung tertawa meledek.
BLAM
Pintu kayu itu tertutup kasar.
CLIK
Jaehyun melakukan apa yang ia lupakan tadi. Mengunci pintu.
"Halmeoni! Samchon mau pergi kencan!"
Teriakan Minjung terdengar keras bersama langkah kaki yang menjauh.
Jaehyun memijat pelipisnya. Kenapa menghadapi anak sekolah begitu memusingkan? Tidak Jaemin, tidak Minjung. Ada saja tingkah mereka yang membuat Jaehyun harus lebih ekstra memupuk kesabaran, dan apa itu? Kencan?
Siap-siap saja Jaehyun menghadapi masalah lain pagi ini.
"Jaehyun."
Senyum lebar Ibu menyambut langkah pertama Jaehyun keluar kamarnya.
"Kau mau berkencan?" Ibu merapikan kemeja Jaehyun yang tidak berantakan sama sekali. Senyum terus terukir di wajah cantiknya yang menua, menampilkan cekungan di pipi yang menurun hanya pada si bungsu Jaehyun—kakak-kakaknya tidak ada yang punya.
"Tampan sekali putra ibu. Kau juga memakai parfum."
Apanya yang spesial dari penampilan Jaehyun pagi ini? Ia bahkan melakukannya setiap hari. Tampan memang sudah takdirnya sejak lahir, dan parfum? Jaehyun tidak merasa berlebihan menyemprotkan pewangi itu.
"Kenapa rambutnya berantakan?" Ibu berjinjit untuk merapikan rambut yang hanya Jaehyun sisir asal tadi. "Kau harus memberikan kesan yang bagus saat berkencan."
Jaehyun meraih tangan Ibu yang masih ada di kepalanya, menurunkannya pelan, menatap ibunya lembut.
"Siapa bilang aku kencan? Aku hanya pergi dengan temanku."
Helaan napas berat ibu terdengar, wajahnya berubah murung. Kebenaran memang pahit. Tolong mengertilah, Bu, putra bungsumu itu belum siap hati untuk memulai hubungan baru.
"Eomma." Jaehyun merasa bersalah.
Ibu kembali tersenyum, kali ini terlihat sekali dipaksakan. "Bersenang-senanglah. Hati-hati di jalan."
Merasa tidak tega telah mematahkan harapan pagi hari ibunya, Jaehyun memeluk wanita itu. "Maafkan aku, Eomma."
"Untuk apa minta maaf?"
Jaehyun merasakan usapan pelan di punggungnya. "Aku pasti akan mengabulkan keinginan Eomma. Aku janji, tapi tidak bisa dalam waktu dekat."
"Eomma mengerti." Pelukan mereka terlepas, "jangan terburu-buru sampai menemukan yang benar-benar cocok. Eomma hanya ingin kau bahagia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Call It Ours (2Jae)
Fanfiction[JAEJAE] Jaehyun yang selalu gagal dalam percintaannya dengan wanita, bertemu Jaemin-si anak asuh pasangan gay-yang tengah mencari jati diri. "Kau tahu? Cinta bisa tetap dimiliki tanpa harus saling memiliki."