22

726 85 13
                                    

Dimana ada kebahagiaan, pasti ada kesedihan yang menyertai.

Hari ini adalah hari bahagia untuk pasangan yang telah mengucapkan janji suci dihadapan Tuhan. Semua orang bahagia, tersenyum lebar memberi selamat pada kedua mempelai yang telah memasuki babak baru dalam cinta mereka.

"Selamat Daddy." Jaemin memberikan pelukan pada Chanyeol yang terlihat sangat tampan hari ini, meski biasanya juga tampan. Tapi hari pernikahan selalu membawa aura tersendiri bagi pengantinnya, bukan?

"Terima kasih, Sayang. Kau datang sendiri?"

"Memang siapa yang Daddy harapkan datang bersamaku?" Meski Sehun bersikeras datang ke pernikahan mantan suaminya, Jaemin lebih keras lagi melarangnya. Bukan hanya karena Sehun harus menyaksikan orang yang masih dicintainya bersanding dengan orang lain, tapi juga keluarga Chanyeol yang sampai kapanpun tidak akan menerima kehadirannya.

"Selamat untuk Anda juga." Jemin hanya menatap sekilas pada wanita di samping Chanyeol. Sungguh ia tidak mau berlama-lama di sana. Ia tidak peduli pada wajah murung wanita itu atas sikapnya.

Jaemin akui, wanita itu memang cantik dan baik. Beberapa kali pertemuan mereka, ia ramah dan selalu mencoba mendekatkan diri pada Jaemin.

"Kau belum menyapa kakek dan nenekmu 'kan?"

Jaemin tidak bisa menolak saat Chanyeol membawanya menghampiri orangtuanya yang sibuk menyambut tamu.

Tidak apa-apa. Aku sudah siap dimaki.

Kalimat itu hanya terucap dalam hati. Ia tidak akan berani berlaku kurang ajar seperti apa yang ia pikirkan setiap menghadapi kebencian keluarga Chanyeol padanya. Dipandang remeh dan caci maki yang kerap keluar untuknya sudah menjadi nyanyian setia mereka.

Jaemin sakit hati tentu saja. Tapi Sehun selalu menasehatinya untuk tidak membenci siapapun. Seberapapun ia dibenci, sebanyak apapun orang yang membencinya, jangan pernah membenci siapapun. Hidupnya adalah miliknya sendiri. Jangan dengarkan apapun yang orang lain katakan.

"Jaemin, bagaimana kabarmu?"

Mengernyit heran, Jaemin cukup terkejut dengn respon yang diberikan ibunya Chanyeol. Bahkan wanita itu tengah tersenyum lebar sekarang, senyuman yang begitu mirip putranya. Jika Chanyeol punya anak nanti, apa akan mirip Chanyeol juga?

Tidak berbeda dengan istrinya, ayah Chanyeol bahkan memberikan kotak kecil pada Jaemin. "Ini memang terlambat, tapi terimalah sebagai hadiah kelulusanmu."

Jaemin menatap Chanyeol bingung. Sambutan seperti ini sungguh diluar dugaan.

"Terimalah."

Jaemin tersenyum canggung. Dengan ragu tangannya terulur menerima hadiah itu. "Terima kasih."

Selanjutnya, sepanjang acara hanya Jaemin nikmati sendiri. Ia tidak mengenal siapapun. Chanyeol sibuk menyambut tamu, dan Jaemin cukup untuk menyadari, sedikit kebaikan yang ia terima tadi hanyalah "formalitas" di depan putra bungsu mereka semata.

.

.

Jaemin tidak memiliki kenangan akan orangtuanya sejak lahir. Ibu panti hanya berkata jika keluarganya mengalami kecelakaan dan hanya Jaemin yang selamat. Saat itu ia masih ada di kandungan ibunya yang akhirnya meninggal di meja operasi.

Ibu panti seringkali menunjukkan foto sebuah keluarga kecil padanya. Sepasang laki-laki dan perempuan serta putri kecil mereka yang cantik. Tapi Jaemin selalu enggan melihatnya. Itu karena hatinya yang merasa iri.

Kenapa ia tidak bisa berada diantara mereka?

Lambat laun, ibu panti tidak pernah lagi menunjukkannya. Hingga Jaemin lupa, dan menganggap dirinya tidak pernah diinginkan hadir di dunia.

Just Call It Ours (2Jae)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang