Gay bukanlah hal baru bagi keluarga Jung. Sebuah pengalaman kelam dengan akhir tragis pernah terjadi di keluarga itu.
Tidak lain adalah kakak dari kepala keluarga Jung sendiri. Perbedaan itu membuatnya dikucilkan. Masyarakat bahkan keluarga sendiri tidak memberikan tempat untuknya.
Harinya dipenuhi dengan cacian dan makian yang menyiksa batin. Seolah ia adalah manusia paling berdosa, dimanapun keberadaan di situlah cibiran bertebaran.
Singkat cerita bahkan di akhir hayatnya, tidak ada yang mau menerimanya.
Masa-masa itu begitu kelam bagi ayah Jaehyun. Kenangan buruk yang menghantuinya di setiap hembusan napas, tidak akan terlupakan sedikitpun. Kakak yang ia kagumi, yang keluarganya bangga-banggakan berakhir sebagai "sampah" yang tidak sudi mereka pungut.
Lalu, apa rasa bersalah itu akan membuatnya menerima keadaan sang putra?
Tidak semudah itu. Hati dan kepercayaannya pada Tuhan tentu menolak keras. Di setiap doanya, ia selalu memohon, berserah untuk apapun yang terbaik pada bungsu kesayangannya.
Namun cintanya sebagai ayah tidak pernah bisa merelakan kehancuran bagi putranya. Tiga puluh tahun ia telah menjadi saksi kehidupan putra bungsunya, bagaimana bahagianya Jaehyun tiap bercerita gadis-gadis yang menarik perhatiannya, kisah cintanya yang indah, hingga patah hati yang dirasakannya.
Namun, haruskah seperti ini? Tidak bersediakah Tuhan mengirimkan seseorang tanpa harus menyakiti Jaehyun lagi?
"Namanya Jaemin?"
Berapa kali lagi putra-putranya membawa kejutan? Anak angkat Youngho?
Laki-laki paruh baya yang sudah dipenuhi keriput itu menghela napas. Dalam hati berdoa agar diberi umur panjang, setidaknya kesempatan untuk tidak meninggalkan keluarganya dalam keadaan seperti ini.
"Niat kami hanya membantu, Appa. Sehun adalah sahabatku. Aku ingin memberinya sedikit kebahagiaan ditengah dunia yang tidak menerimanya ini."
Youngho tidak bisa disalahkan. Dengan ia melakukannya atau tidak, tidak akan mempengaruhi keluarga mereka.
"Sudah berapa lama? Berapa usianya?" Rasa kecewa sedikit terbesit, mengetahui putra sulungnya melakukan hal sebesar ini tanpa ia tahu.
"Kami mengadopsinya tujuh tahun lalu. Usianya sembilan belas sekarang."
"Bawa dia kemari besok."
"Appa akan merestuinya dengan Jaehyun?"
Pertanyaan itu membuat semua orang di sana terdiam. Merestui, mampukah ia melawan Tuhan demi kebahagiaan putranya? Namun, benarkah pemuda bernama Jaemin itu memang ditakdirkan untuk Jaehyun?
"Appa juga ingin melihat cucu Appa."
"Tapi Eomma-"
"Appa yang akan bicara dengannya."
.
.
Youngho tidak akan pernah rela masalah ini berlarut. Bagaimana ia mendapatkan sikap dan tatapan dingin dari adik kesayangannya, ia tidak bisa menerima itu.
Youngho sangat menyayangi adik-adiknya. Baik Sooyoung yang jahilnya minta ampun, atau Jaehyun yang selalu mengadu padanya saat dijahili Sooyoung.
Masa kecil mereka begitu indah. Keluarga yang penuh kehangatan dan kasih sayang, tidak pernah terpikirkan sedikitpun akan retak seperti ini.
"Appa ingin bertemu Jaemin."
Jaehyun bahkan enggan menatapnya. Berangkat pagi dan pulang malam, Jaehyun jelas menghindari siapapun di rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Call It Ours (2Jae)
Fanfiction[JAEJAE] Jaehyun yang selalu gagal dalam percintaannya dengan wanita, bertemu Jaemin-si anak asuh pasangan gay-yang tengah mencari jati diri. "Kau tahu? Cinta bisa tetap dimiliki tanpa harus saling memiliki."