11

1.1K 157 36
                                    

"Jae, kau ingat ini?"

Jaehyun menoleh, melihat ibunya datang dengan sebuah album foto usang di tangannya. "Ada apa, Eomma?"

"Eomma sedang membereskan gudang tadi, lalu menemukan album foto ini."

Ibu dan anak itu kini duduk bersisian, dengan senyuman di wajah sang ibu saat kenangan masa lalu berputar kembali dalam ingatan. Sementara si anak yang hanya diam melihat satu persatu foto di sana. Sebentar merasa lucu, sebentar lagi merasa malu dengan apa yang dulu dirinya lakukan.

"Dulu pipimu tembam sekali. Sangat menggemaskan."

"Sekarang juga masih."

Jaehyun meringis saat pipinya ditarik kencang dari belakang. "Noona sakit." Siapa lagi pelakunya jika bukan Sooyoung?

Anak kedua keluarga Jung itu bergabung, duduk di samping Jaehyun yang mendengus kesal karena sang kakak yang menghimpitnya agar lebih jelas melihat foto-foto di dalam album.

"Adikku dulu gendut sekali. Uh lucunya."

"Aku tidak gendut."

"Ya ya ya hanya kelebihan nutrisi saja."

Jaehyun berniat mendorong Sooyoung jauh-jauh sebelum kakaknya berseru penuh semangat.

"Ini foto ulang tahun Jaehyun yang kedua belas 'kan?" Album foto kini beralih ke pangkuan Sooyoung, ekspresi wanita itu mulai berubah, sendu menatap foto anak-anak panti dan relawan di sana.

"Bukankah kau dulu menyukai Jaehee? Sayang sekali dia harus pergi secepat itu."

"Jaehee? Siapa?"

Ekspresi Sooyoung kembali berubah, menatap adiknya dengan dahi berkerut. "Jangan bilang kau terlalu malu untuk menanyakan namanya."

Otak cerdas Jaehyun tidak perlu waktu lama lagi untuk mengerti. Jadi namanya Jaehee?

.

.

Jaehyun menghentikan mobilnya di depan barisan toko kelontong yang masih tutup. Di antara dua toko di depan sana ada sebuah gang kecil yang akan mengantarkan Jaemin ke jalan besar depan sekolahnya. Itu kata Jaemin yang entah tahu dari siapa.

"Nanti aku akan menjemputmu di depan minimarket seperti biasa saja." Matanya tidak lepas dari gang gelap itu, entah bagaimana keadaan di dalam sana dan seberapa jauh Jaemin berjalan dari sini. Jaehyun yang seumur hidupnya tinggal di kota ini baru tahu ada jalan itu

"Kau bilang Minjung mulai curiga."

"Ya. Tapi aku khawatir." Ia meraih tangan Jaemin, membawa kedua tangan mereka untuk bertaut. "Jalan itu terlihat berbahaya. Pasti banyak preman di sana, apalagi kau pulang malam nanti." Sekelabat bayangan muncul di kepalanya seiring dengan raut ketakutan yang semakin kentara.

"Aku laki-laki kalau kau lupa." Jaemin mengeratkan genggamannya, berusaha memberi kekuatan pada Jaehyun yang jelas memiliki pengalaman buruk yang entah apa, "aku bisa menjaga diriku sendiri."

Jaehyun tetap terlihat gelisah. Kejadian masa lalu buruk yang menimpanya dulu kembali teringat.

"Jae, kau baik?"

Jaehyun menarik napas dalam, menenangkan dirinya sendiri, "aku akan ikut ke sana."

"Dan membiarkanmu kembali sendirian?"

"Maaf." Sisi lemahnya muncul. Ia bahkan tidak pernah berpikir untuk masuk ke gang kecil lagi setelah hari itu. "Aku—"

"Apapun yang kau pikirkan, itu tidak akan terjadi." Jaemin memotong ucapan Jaehyun, "aku tidak tahu apa ketakutanmu, tapi aku berjanji. Aku akan baik-baik saja dan menemuimu dengan selamat malam nanti. Di sini."

Just Call It Ours (2Jae)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang