23

590 53 9
                                    

Halooo long time no see~

...

Jaemin pernah bermimpi. Memiliki ayah dan ibu, kakak atau adik yang menyayanginya. Keluarga bahagia, seperti apa yang teman teman sekolahnya ceritakan.

Bertahun tahun hanya menyaksikan, perlahan mimpi itu terlupakan. Baginya, hidup tenang dan bahagia sudah cukup. Dengan siapapun yang ada di sisinya.

Kehilangan seringkali Jaemin rasakan. Saat saudara pantinya menemukan keluarga baru, mereka pergi. Tidak pernah kembali atau sekedar mengabari, mungkin ingin melupakan masa lalu menyedihkan.

Jaemin tidak pernah merasa menjadi manusia paling tidak beruntung, dengan cobaan paling berat dalam hidup.

Tapi kehilangan yang saat ini ia rasakan membuatnya seperti jatuh dalam jurang yang dalam dan gelap. Rasanya sesak, hingga tidak terpikirkan lagi dalam dirinya untuk bernapas di hari esok.

Semua terjadi begitu cepat. Terlalu tiba-tiba bagi Jaemin yang dua hari lalu masih bisa bermanja dengan Papanya.
Rasanya seperti mimpi paling buruk saat ia melihat Papa tetap menutup mata meski putra kesayangannya menangis.

Ini tidak nyata kan?

"Jaemin, makan dulu ya."

Usapan lembut di bahu membuat Jaemin tersentak. Kini ada Jaehyun duduk disampingnya. Di tangannya ada sop ayam yang masih berasap.

"Aku tidak lapar."

"Kau bisa tetap memandangi foto Papa sepuasmu. Aku akan menyuapimu."

Jaemin menatap enggan sendok berisi potongan daging ayam di depan mulutnya. Ia tidak merasakan apapun sekarang. Matanya yang entah berbentuk apa setelah menangis semalaman, atau perutnya yang tidak terisi apapun sejak kemarin.

Semua terasa hampa.

Apa yang ia punya di dunia ini sekarang?

"Aku mohon. Makan ya."

Lama Jaemin menatap wajah Jaehyun. Wajah tampan itu terlihat kusut, dengan kantung mata tebal dan tatapan lelah. Jaehyun selalu ada di sisinya, menghiburnya yang bahkan tidak mendengarkan sama sekali.

Jaehyun tetap tinggal meski semua orang pergi. Jaehyun memaksa bersamanya meski berulangkali ia usir. Jaemin ingin sendiri, tapi Jaehyun bilang kenapa harus sendiri saat ada orang yang menemani?

Apakah bisa? Apakah bisa ia menjadikan Jaehyun sebagai apa yang ia punya saat ini, besok, dan seterusnya?

Perlahan mulutnya terbuka, membiarkan seulas senyum memunculkan lengkungan di pipi kekasihnya.

Makanan itu terasa perih melewati tenggorokan yang kering. Juga perutnya yang terasa bergejolak. Jaemin mengabaikannya, memilih kembali memandangi foto sang Papa di tangan.

Suapan kedua, memori masa lalu muncul. Dulu Papa juga akan menyuapinya saat Jaemin sakit. Meski sibuk bekerja, Papa akan menyempatkan sedikit waktunya menemani Jaemin sebelum meninggalkannya sendirian. Saat pulang, Papa akan membawakan apapun yang Jaemin inginkan.

Apa nanti Papa juga akan pulang membawa apa yang ia inginkan? Tapi apa yang ia inginkan? Jaemin hanya ingin Papa pulang.

Air mata yang telah mengering itu lagi-lagi berjatuhan. Jaehyun memeluknya erat. Baru 2 hari. Jaemin sudah sangat rindu pelukan papanya.

Jaemin meremas kemeja kekasihnya dengan kuat, menyalurkan sesak yang setiap detik melingkupi hatinya. "Kau tidak akan pergi kan?"

"Ya. Tidak akan." Satu ciuman Jaehyun berikan di surai kelam Jaemin. Tangannya mengusap punggung kekasihnya yang bergetar "Aku tidak akan pergi, Sayang."

Just Call It Ours (2Jae)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang